Menghindari Inflasi dengan Bitcoin: Crypto Sebagai Lindung Nilai

Update 30 Jan 2022 • Waktu Baca 8 Menit
Gambar Menghindari Inflasi dengan Bitcoin: Crypto Sebagai Lindung Nilai
Reading Time: 8 minutes

Jumlah uang beredar yang terus bertambah, membuat nilai mata uang menjadi semakin menurun dan mendorong terjadinya inflasi. Hal ini memicu banyak orang mencari alternatif alat tukar yang nilainya terus meningkat, salah satunya adalah Bitcoin. Lalu, apa yang menyebabkan inflasi? Dan bagaimana menghindari inflasi dengan Bitcoin? Simak penjelasannya lebih lanjut di artikel ini.

Ringkasan Artikel

  • 📉 Terjadinya inflasi disebabkan oleh banyak faktor, tetapi faktor utama adalah percetakan uang yang berlebih, perekonomian yang anjlok dan kelebihan peredaran uang di negara tersebut.
  • 🚀 Bitcoin yang memiliki jumlah terbatas yaitu 21 juta Bitcoin saja, dianggap sebagai alternatif pilihan aset lindung nilai dari inflasi dikarenakan nilainya yang terus meningkat.

Apa yang menyebabkan inflasi dan apa dampaknya?

Inflasi adalah ukuran tingkat kenaikan harga barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Inflasi menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok seperti pangan, dapat berdampak negatif bagi masyarakat. Inflasi mengikis daya beli konsumen dan bahkan dapat mengganggu daya beli masyarakat di masa depan.

Menurut pakar ekonomi Keynes, beberapa faktor yang menyebabkan inflasi antara lain adalah demand pull inflation dan cost pull inflation. Demand pull inflation terjadi akibat bertambahnya permintaan barang dan jasa, sehingga terjadi peningkatan harga. Sedangkan cost pull inflation terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi (input), seperti kenaikan upah buruh atau kenaikan harga bahan bakar.

Akan tetapi inflasi juga dapat terjadi akibat peningkatan jumlah uang dan kredit. Inflasi dalam hal ini tidak didefinisikan sebagai kenaikan harga, akan tetapi ini efek jangka panjang dari peningkatan jumlah uang yang beredar dan kredit bank.

Pada saat uang bertambah, harga beberapa komoditas dan jasa akan naik; harga lain pun juga naik. Umumnya, masyarakat tidak mengharapkan harga untuk naik melainkan mereka berharap bahwa harga akan jatuh. Ini menggambarkan situasi hari ini, para ekonom lebih khawatir tentang deflasi dan orang-orang menghemat uang tunai dan deposito… Ketika kenaikan harga semakin cepat, pemerintah menyalahkan spekulasi dan pencatutan, dan mereka memperkenalkan kontrol harga yang pasti mengarah pada kekurangan banyak barang pokok. Ketika masyarakat menyadari bahwa uang kehilangan daya beli, mereka semakin membelanjakkannya secepat mungkin. Ini akan menyebabkan kekacauan dan mata uang akan hancur.

Ludwig Von Mises

Dampak dari inflasi antara lain:

  1. Inflasi akan mengurangi daya beli masyarakat
  2. Inflasi akan memicu pembelanjaan daripada simpanan
  3. Inflasi akan memicu inflasi yang lebih parah lagi
  4. Inflasi akan memicu semakin lemahnya mata uang yang kita miliki

Sebagai contoh kita bisa melihat apa yang terjadi di negara seperti Weimar Republic (Pemerintahan Jerman 1919-1933) dan Zimbabwe.

Hyperinflasi di Jerman

Setelah kekalahan pada perang dunia pertama, pemerintah Jerman harus menanggung biaya reparasi untuk negara-negara yang memenangkan perang dalam bentuk emas atau perak. Akibat kekalahan ini pemerintah Jerman kehilangan teritori dan juga tentara. Jerman menggunakan obligasi untuk membiayai perang dunia pertama, sehingga pemerintah Jerman memiliki hutang yang besar untuk membiayai perang. Diestimasikan bahwa jumlah obligasi untuk membiayai perang tersebut sebesar 175% dari total GDP Jerman.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mencetak uang untuk membayar hutang dan juga menanggung biaya reparasi. Kejadian ini sungguh parah hingga pada awal tahun 1922 harga 1 buah roti setara dengan 163 marc, pada September 1923, 1 buah roti setara dengan 1,5 milyar marc dan dua bulan berikutnya 1 buah roti setara dengan 200 milyar marc.

Masyarakat bahkan menerima gaji setiap jamnya, dan sangat umum melihat orang menggunakan gerobak untuk membawa uang kemana-mana. Inflasi mencapai angka yang luar biasa tinggi hingga mata uang marc dibakar untuk menghangatkan rumah. Pemerintah akhirnya mengganti mata uang dengan dibacking oleh emas untuk menstabilkan situasi ekonomi ini.

Hyperinflasi di Zimbabwe

Setelah perjuangan melawan kolonial, pada tahun 1982 Zimbabwe mendapatkan kemerdekaannya. Robert Mugabe menjadi pemimpin dari Zimbabwe dan memimpin secara otoriter dinaungi oleh satu partai.

Pada tahun 2000 Robert Mugabe memperkenalkan program reformasi tanah yang mana melarang orang kulit putih untuk memiliki tanah dan kompensasi, melupakan kerjasama dengan pemerintah Inggris. Yang mana kebanyakan orang kulit putih melakukan pertanian di Zimbabwe. Bank Sentral memberikan pinjaman kepada warga pribumi untuk menjalankan pertanian. Para petani kulit putih yang memiliki pengalaman digantikan oleh petani pribumi pemula.

Pertanian Zimbabwe terperosok karena ketidakmampuan petani pribumi belum lagi juga terjadi musim kekeringan. Karena pertanian tidak menghasilkan maka perekonomian mandek. Terjadi kekurangan pangan dan juga protes di mana-mana. Karena ketidakstabilan perekonomian, investor asing pun juga enggan berinvestasi di Zimbabwe. Sejak kemerdekaan dan pemerintahan Mugabe, pemerintah Zimbabwe selalu mengalami defisit dan hyperinflasi mulai terjadi.

Pemerintah melakukan redenominasi, memberikan batasan pengambilan uang setara dengan 1 dolar per hari. Pada akhirnya masyarakat memilih untuk menggunakan mata uang negara lain seperti dolar AS, euro bahkan Bitcoin. Pada tahun 2009, Zimbabwe akhirnya tidak lagi menggunakan mata uangnya dan menggantikan Zimbabwe Dollar dengan dolar AS dan mata uang lain. Hingga saat ini Zimbabwe masih mengalami hyperinflasi lebih dari 50% setiap bulannya.

Kenapa Bitcoin jadi pilihan lindung nilai terhadap inflasi?

Berdasarkan contoh dari dua kejadian hyperinflasi di atas dapat kita lihat efek dari percetakan uang yang berlebih. Bitcoin memiliki jumlah yang terbatas yaitu 21 juta Bitcoin saja, berbeda dengan uang fiat yang pasokannya tidak terbatas.

Baca juga: Apa itu Bitcoin?

Sebenarnya pemerintah menargetkan laju inflasi sebanyak 2% setiap tahunnya. Hal ini berarti setiap tahunnya nilai mata uang kita menurun sebanyak 2%. Tetapi pada kenyataannya beberapa negara bahkan mengalami inflasi lebih dari 2%.

grafik inflasi berbagai negara

Bitcoin dengan jumlah terbatas memiliki sifat kebalikan dari pada inflasi yaitu deflasi. Deflasi adalah keadaan di mana nilai mata uang mengalami kenaikan dan harga-harga barang mengalami penurunan. Deflasi sangat menguntungkan bagi para konsumer karena mereka dapat membeli lebih banyak barang.

Coba kita lihat perbandingan harga handphone iPhone bila dibandingkan dengan rupiah dan bitcoin. Dengan sistem deflasi harga-harga menjadi semakin murah. Dan dengan sistem inflasi harga-harga semakin mahal.

harga iphone dari masa ke masa seharga bitcoin

Contoh penggunaan bitcoin untuk menghindari inflasi di berbagai negara

Dengan tidak stabilnya mata uang fiat di beberapa negara, maka mereka menggunakan bitcoin sebagai jangkar mereka untuk melawan inflasi. Berikut adalah contoh beberapa negara yang saat ini rakyatnya aktif menggunakan bitcoin untuk melawan inflasi.

Argentina

Tingkat inflasi Argentina adalah yang tertinggi ke empat di dunia, sekitar 24%. Baru-baru ini, mantan Presiden Argentina, Cristina Fernández de Kirchner berusaha menstabilkan inflasi dengan menetapkan nilai tukar antara peso dan dolar. Ia kemudian membatasi akses dolar di Argentina untuk menghindari menipisnya pasokan cadangan dolar AS, yang merupakan aset Bank Sentral Argentina yang paling stabil.

Kontrol mata uang ini membuat hampir tidak mungkin bagi orang Argentina untuk mendapatkan dolar AS di luar pasar gelap. Peso Argentina sangat berkaitan erat dengan dolar AS karena berbagai pemerintah Argentina menggunakan dolar untuk membantu menstabilkan peso dan menurunkan inflasi. Peso dikaitkan dengan dolar dengan rasio satu banding satu. Tapi karena bank sentral Argentina mencetak uang berlebih, rasio ini pun berubah menjadi 9:1 bahkan di pasar gelap bisa mencapai 16:1.

Masyarakat Argentina pada awalnya menggunakan uang dolar sebagai jangkar mereka dari inflasi tetapi akses untuk mendapatkan dolar semakin sulit, pemerintah menjaga ketat perdagangan dolar AS, bahkan mempersulit masyarakat yang ingin membeli dolar secara fisik ataupun secara digital. Warga Argentina terkadang bahkan memiliki dua akun paypal, satu akun argentina pesso dan satu lagi akun dolar AS. Mereka berpura-pura untuk menjual barang dari Argentina dan membelinya sendiri agar bisa mendapatkan mata uang dolar. Paypal akan segera mengkonversi Argentina peso ke dalam mata uang dolar menggunakan harga dari pemerintah. Lalu mereka akan meminta seseorang dari Amerika Serikat untuk menarik uang tersebut dan mengirimnya ke Argentina. Ini adalah contoh seberapa rumitnya proses yang harus dilalui oleh warga Argentina demi mengamankan hartanya.

Peran Bitcoin di Argentina

Menurut perkiraan, pengguna bitcoin di Argentina berdagang $70,000-$80,000 over the counter per hari. Ada sekitar 145 bisnis di Buenos Aires yang menerima bitcoin (termasuk setidaknya satu Subway toko sandwich). Menurut Wences Casares, pebisnis dari Argetina, penggunaan bitcoin di Argentina adalah sangat nyata. “Orang yang menggunakan bitcoin tidak tahu teknologi, mereka tidak cerdas secara finansial. Mereka setiap hari menggunakan bitcoin, bukan karena mereka berpikir itu keren atau glamor tetapi karena itu memecahkan masalah mereka”, ujarnya.

Ada beberapa komunitas Argentina yang berkembang yang secara aktif mempromosikan penggunaan bitcoin dan pengembangan infrastruktur bitcoin di Argentina. Salah satu contohnya adalah Bitcoin Argentina, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan untuk memajukan penggunaan Bitcoin di Argentina. Organisasi ini bekerja sama dengan universitas untuk menghasilkan makalah dan informasi berkualitas tentang Bitcoin. Ia juga menjadi tuan rumah pertemuan individu dalam komunitas Bitcoin di Argentina dan menyediakan seminar pendidikan untuk bisnis untuk memberi tahu mereka tentang Bitcoin.

Turki

Sejak tahun 1980an, Turki mengalami krisis keuangan, dan salah satu cara untuk menangani krisis ini adalah dengan mencetak uang lebih banyak. Turki mencetak uang sebanyak 20% lebih banyak setiap tahunnya. Kondisi pemerintahan yang tidak stabil dan juga diktator menjadikan perekonomian Turki tidak menjadi lebih baik. Presiden Erdogan juga menurunkan suku bunga sehingga membuat inflasi menjadi lebih buruk. Dengan menurunkan suku bunga berarti membuat uang menjadi lebih murah dan lebih banyak.

Saat ini inflasi Turki mencapai 18% per tahunnya. Ini berarti harga-harga di Turki setiap tahunnya 18% lebih mahal. Maka dari itu masyarakat Turki mencari alternatif untuk menjaga nilai mata uang mereka dari inflasi. Pada tahun 2017, GDP Turki turun drastis dari $950 milyar AS menjadi $720 milyar AS. Perekonomian pun belum juga pulih karena kebijakan yang tidak pas dan ketidakstabilan negara.

grafik krisis turki

Peran Bitcoin di Turki

Dari generasi ke generasi, masyarakat Turki membeli real estate atau emas sebagai tabungan mereka melawan inflasi. Dengan berkembangnya aset kripto, masyarakat Turki pun beralih untuk membeli aset kripto, dan banyak yang memilih untuk menghindari inflasi dengan bitcoin. Saat ini pencarian “Cryptocurrency” di google menduduki peringkat pertama di Turki. Beberapa vendor mulai menerima Bitcoin. Dan volume trading di Turki mencapai 218 milyar Lira dalam kurun waktu satu bulan (dari Februari hingga Maret 2021) dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu hanya 1 milyar lira.

Berdasarkan data dari bursa kripto di Turki pada January 2021, harga Bitcoin di Turki $500 AS lebih mahal dibandingkan dengan negara-negara lain. Mata Uang Lira lebih tidak stabil dibandingkan dengan Bitcoin, sehingga membuat masyarakat lebih memilih untuk menyimpan hartanya dalam bentuk kripto.

Pada Bulan April 2021, Bank Sentral Turki memutuskan untuk melarang penggunaan cryptocurrency untuk pembayaran. Hal ini juga berujung kepada demonstrasi yang dilakukan oleh warga Turki.

Nigeria

Pada 2019, GDP per kapita Nigeria adalah $2.229, dengan inflasi yang merajalela selama empat tahun berturut-turut, yang mencapai angka 17,3% pertahunnya di tahun 2016. Hal ini disebabkan oleh jatuhnya harga minyak yang menggerus ekonomi Nigeria karena minyak bumi adalah ekspor utama Nigeria. Hal ini menyebabkan harga-harga makanan naik sebesar 21.8% pada bulan Februari 2021.

Untuk mengatasi hal ini, Bank Sentral Nigeria melarang masuknya impor Dollar AS. Bank Sentral Nigeria juga melarang pembelian barang melebihi $500 AS. Tetapi hal ini justru membuat inflasi semakin memburuk.

Peran Bitcoin di Nigeria

Dengan berkurangnya pergerakan ekonomi, sulitnya pengiriman uang antar negara, warga Nigeria beralih kepada aset kripto. Dengan 210 juta penduduk hampir 90% lebih memiliki smartphones. Hal ini mendorong semakin banyaknya masyarakat Nigeria yang menghindari inflasi dengan bitcoin.

beberapa negara yang warganya punya crypto

Walaupun Bank Sentral Nigeria melarang jual beli aset kripto, harga Bitcoin malah sempat mencapai $80,000 AS di Nigeria karena permintaan yang tinggi. Dan hampir mustahil bagi Bank Sentral Nigeria untuk melarang warganya bertransaksi jual beli bitcoin karena mayoritas penduduk Nigeria menggunakan layanan peer-to-peer. Harga bitcoin juga tidak konsisten karena harga dollar dengan naira juga bervariasi baik di pasar forex ataupun di pasar gelap.

Kesimpulan

Negara mengalami inflasi dikarenakan banyak faktor, tetapi faktor utama adalah percetakan uang berlebih, perekonomian yang anjlok dan kelebihan peredaran uang di negara tersebut. Bagi negara-negara yang mengalami inflasi, penduduk akan mencari aset atau uang yang lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan mata uang mereka. Hal ini yang mengapa banyak orang memilih untuk menghindari inflasi dengan Bitcoin. Bitcoin menawarkan solusi kepada negara-negara ini karena sifatnya yang terbuka dan tanpa batas.

Membeli Bitcoin

Setelah memahami lebih dalam bagaimana menghindari inflasi dengan bitcoin, kalau tertarik untuk memiliki bitcoin, kamu dapat membelinya melalui aplikasi pertukaran kripto seperti Pintu yang telah secara resmi terdaftar sebagai Pedagang Fisik Aset Kripto di bawah BAPPEBTI. Untuk mengetahui lebih lengkapnya, ayo download Pintu saja!

Referensi

Penulis:Dea Rezkitha

Beri nilai untuk artikel ini

Penilaian kamu akan membantu kami.

Apa yang kamu tidak suka?

Apakah ada saran untuk artikel ini?

Terima kasih untuk masukanmu!Tutup
Masukan gagal terkirim. Silakan coba lagi.Tutup

Bagikan