Pasar keuangan terkadang terlihat misterius dan tidak bisa ditebak akan seperti apa pergerakannya. Namun, jika dilihat secara menyeluruh dan diperhatikan dari waktu ke waktu, akan selalu ada tren dan pola yang berulang. Semua instrumen keuangan, mulai dari saham, obligasi, hingga aset crypto akan selalu dipengaruhi oleh pasokan, permintaan, sentimen, serta emosi dari pelaku pasar.
Memperkirakan pergerakan pasar memang sesuatu yang sulit dan tidak bisa dijamin. Akan tetapi, dengan mengamati dan memahami pola dan siklus yang kerap kali terulang dari waktu ke waktu, bisa membantu investor dalam mengambil keputusan. Dalam artikel berikut, kita akan mempelajari seputar fase siklus pasar crypto!
Siklus pasar adalah pola pergerakan secara spesifik yang terjadi di pasar didorong oleh kondisi psikologis peserta pasar dan kondisi ekonomi secara umum. Mengingat namanya adalah siklus, maka kondisi ini akan terjadi secara berulang. Siklus pasar sendiri terjadi di seluruh jenis pasar, termasuk juga pasar crypto.
Siklus pasar crypto memiliki empat fase, yakni fase akumulasi, kenaikan harga, distribusi, dan penurunan harga. Secara historis, pasar crypto dan Bitcoin sebagai aset utamanya, telah mengalami beberapa kali siklus tersebut. Pada setiap siklus, harga sebuah aset akan mengalami pergerakan dari level all time low ke all time high, dan sebaliknya. Namun, setiap fase mempunyai durasi dan tingkat intensitas yang berbeda-berbeda.
Perlu diingat bahwa siklus pasar crypto bukanlah model proyeksi yang sempurna dan dapat diprediksi tingkat akurasinya. Selain itu, menentukan periode awal dan akhir dari sebuah siklus pasar juga merupakan hal yang sangat sulit. Kendati begitu, siklus pasar crypto dapat dijadikan sebagai alat bantu analisis maupun sebagai informasi tambahan bagi investor untuk memahami dinamika pasar crypto.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, terdapat empat fase dalam sebuah siklus pasar crypto. Setiap fase bisa dilihat berdasarkan aktivitas yang ada di pasar serta sentimen yang mendorong perilaku pelaku pasar tersebut. Berikut ini adalah fase-fase dalam sebuah siklus pasar crypto:
Fase akumulasi adalah kondisi di mana pasar bergerak secara datar dan tidak ada perubahan yang signifikan. Biasanya, fase akumulasi mulai terjadi ketika pasar baru saja mengalami crash besar.
Beberapa karakteristik yang bisa terlihat di fase akumulasi adalah sebagai berikut:
Dalam artikel berikut, kamu bisa mempelajari lebih dalam mengenai siklus bull run Bitcoin.
Setelah fase akumulasi, pasar akan berlanjut ke fase kenaikan harga. Pada fase ini, kenaikan harga sebuah aset menjadi lebih konsisten dan terjadi secara jangka panjang. Banyak pihak yang menyebut fase ini sebagai periode bull run.
Fase kenaikan harga dalam dua siklus terakhir memperlihatkan kenaikan harga BTC yang sangat signifikan. Pada periode 2017, harga BTC menguat dari US$ 700-an menjadi US$ 20.000-an atau hampir tiga kali lipat. Sementara pada 2020-2021, harga BTC juga meroket dari US$ 15.000-an menjadi US$ 69.000-an, naik sekitar empat kali lipat.
Beberapa karakteristik yang bisa terlihat di fase kenaikan harga adalah sebagai berikut:
Fase distribusi merupakan penanda berakhirnya periode bull run atau fase kenaikan harga. Pada fase ini, investor kembali terbagi menjadi dua kelompok, yakni investor yang meyakini “yang terbaik sudah berakhir”, dan yang meyakini harga masih akan terus naik.
Beberapa karakteristik yang bisa terlihat di fase distribusi adalah sebagai berikut:
Jangan lewatkan, belajar lebih lanjut soal indikator Fear and Greed dan cara membacanya di artikel berikut.
Pada fase penurunan harga, gelembung akhirnya pecah yang memicu terjadinya tren koreksi.
Beberapa karakteristik yang bisa terlihat di fase distribusi adalah sebagai berikut:
Tak selamanya fase penurunan harga merupakan hal yang buruk. Bagi trader yang melakukan short, momen ini bisa digunakan untuk melakukan short dan meraup keuntungan ketika harga aset mengalami koreksi.
Fase penurunan harga akan terus berlanjut sampai pasar meyakini bahwa “yang terburuk sudah berakhir” dan harga tidak bisa turun lebih dalam dari posisi saat ini. Pada kondisi tersebut, harga aset akan mulai stabil dan bergerak pada rentang yang lebih terbatas.
Mulai stabilnya kondisi pasar akan mendorong sebagian investor untuk kembali masuk ke pasar dan membeli aset di harga yang sedang “diskon”. Hal tersebut sekaligus menjadi penanda bahwa fase penurunan harga berakhir. Mulai masuknya investor sekaligus menjadi penanda bahwa fase akumulasi sudah dimulai. Dengan demikian, satu siklus pasar crypto telah selesai dan bersiap memulai kembali siklus berikutnya.
Dengan memahami setiap fase pada siklus pasar crypto, tentunya kita sebagai investor bisa menyusun strategi investasi agar mendapatkan imbal hasil yang paling optimal. Idealnya adalah dengan membeli aset crypto ketika berada di fase akumulasi, lalu menjualnya ketika berada di fase distribusi. Dengan demikian, investor bisa membeli aset crypto di harga paling murah dan menjualnya di harga yang paling tinggi.
Untuk mempermudah menemukan setiap fase tersebut, sebaiknya investor menggunakan analisis tambahan, yakni analisis on-chain. Dengan melakukan analisis on-chain, kita bisa menemukan data-data terkait supply dan demand dari sebuah koin, psikologi pasar, dan juga aktivitas yang berkaitan dengan jaringan. Tak hanya itu, lewat analisis on-chain, kita juga bisa memantau aktivitas para whale di crypto. Beberapa platform analisis on-chain yang bisa kamu gunakan adalah IntoTheBlock, Glassnode, Nansen, Dune, dan sebagainya.
Selain itu, investor juga bisa mengawasi sentimen yang sedang ada di pasar crypto. Salah satu cara mengukur sentimen yang ada di pasar melalui indeks fear and greed. Indeks tersebut memperlihatkan angka dari 0-100 di mana 0 mengindikasikan extreme fear, sedangkan 100 mengindikasikan extreme greed. Indeks fear and greed dihitung dengan mempertimbangkan faktor seperti volatilitas, momentum pasar, serta aktivitas media sosial.
Dalam berinvestasi aset crypto, kamu juga bisa mencoba menggunakan lima strategi investasi berikut.
Siklus pasar crypto pada dasarnya cukup mudah untuk dipahami. Hanya saja, aset crypto merupakan kelas aset investasi yang tergolong baru, dengan teknologi sebagai underlying-nya. Ini membuat pergerakan pasar crypto menjadi jauh lebih dinamis dan masih punya potensi untuk terus berevolusi. Ditambah lagi, siklus pasar crypto mungkin saja tidak punya pola yang sama.
Akan tetapi, pemahaman tentang siklus pasar crypto beserta masing-masing karakteristik setiap fase dan perilaku pelaku pasar di dalamnya dapat membantu investor membuat keputusan mengenai investasi mereka. Siklus pasar crypto bisa menjadi alat analisis tambahan sebelum mengambil keputusan investasi.
Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Kirsty Moreland, Crypto Market Cycles – How to Read Them; Why They Matter, The Ledger, diakses pada 13 Maret 2023.
Velvet Capital, Understanding Crypto Market Cycles, Coin Market Cap, diakses pada 13 Maret 2023.
Coinbase, From avoiding FOMO to having a plan, 5 key ways to manage a crypto down cycle, diakses pada 13 Maret 2023.
Bagikan