TVL Sebagai Kunci Berinvestasi pada Proyek Crypto

Update 29 Sep 2023 • Waktu Baca 6 Menit
Gambar TVL Sebagai Kunci Berinvestasi pada Proyek Crypto
Reading Time: 6 minutes

Total Value Locked (TVL) bisa menjadi kunci dalam investasi aset crypto. Ia bisa memperlihatkan seperti apa prospek sebuah token secara jangka panjang. Namun, sepenuhnya bergantung pada TVL juga bisa memberikan hasil analisis yang misleading. Oleh karena itu, investor tetap perlu menggunakan metrik lain untuk mendapatkan hasil analisis yang optimal. Lalu, apa saja metrik yang sebaiknya juga digunakan? Bagaimana caranya menjadikan TVL sebagai kunci dalam investasi crypto? Cari tahu jawaban lengkapnya di sini.

Ringkasan Artikel

  • 🔬 TVL adalah indikator utama dalam DeFi yang mengukur total aset kripto yang terkunci. Ia bisa mencerminkan tingkat kepercayaan dan pertumbuhan protokol, serta dijadikan acuan dalam menilai prospek protokol DeFi.
  • 🪙 Selain TVL, likuiditas stablecoin dan rasio antara market cap dengan TVL juga merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Keduanya digunakan untuk memastikan pertumbuhan organik dan menilai apakah protokol tersebut overvalued atau undervalued.
  • 🎯 Sebagai indikator, TVL tidak bisa digunakan sendiri. Sebaiknya gunakan juga TVL dalam valuasi native token, serta metrik lain seperti jumlah token terkunci, aktivitas pengguna, dan interaksi smart contract agar mendapatkan analisis yang lebih akurat.

Sekilas Tentang TVL

TVL merupakan jumlah keseluruhan nilai aset crypto yang disimpan dan tersedia dalam protokol Decentralized Finance . Hal ini membuat TVL hanya berlaku untuk blockchain DeFi saja, jadi blockchain seperti Bitcoin tidak termasuk. Nilai dari TVL terdiri dari staking, kolam likuiditas, sistem pinjaman terdesentralisasi, dan market makers.

Sebagai metrik, TVL umumnya digunakan untuk mengukur tingkat kesehtaan sebuah protokol DeFi. Namun, lebih dari itu, ia juga bisa dijadikan sebagai indikator dalam menentukan apakah sebuah protokol layak diinvestasikan atau tidak.

Kamu bisa mempelajari lebih lanjut soal apa itu TVL melaui artikel berikut.

Mengapa TVL Menjadi Kunci Berinvestasi pada Proyek Crypto?

TVL bisa menjadi tolak ukur dalam melihat seberapa besar modal terhadap keuntungan dan kegunaan aplikasi sebuah DeFi bagi investor. Setidaknya terdapat tiga hal yang dapat diambil dengan menjadikan TVL sebagai indikator analisis:

  • ⭐ Indikator Kepercayaan. Jika sebuah protokol memiliki angka TVL yang tinggi, maka memperlihatkan tingginya minat investor. Artinya, investor mempercayai mempercayai prospek dan keamanan protokol tersebut.
  • 📈 Pertumbuhan Protokol. Tren kenaikan TVL yang stabil mengindikasikan protokol tersebut mencatatkan pertumbuhan positif. Hal ini sekaligus menandakan semakin banyak pengguna yang berpartisipasi dan mengunci aset mereka di protokol tersebut.
  • 🛡️ Penilaian Risiko. TVL yang tinggi dianggap lebih aman karena memperlihatkan tingginya kepercayaan investor. Sementara TVL yang rendah dianggap lebih berisiko karena masih rendahnya kepercayaan investor ataupun protokol tersebut belum teruji.

Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Menganalisis TVL

Berikut ini adalah beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika menggunakan TVL sebagai indikator untuk investasi:

1. Nilai TVL

Pada industri keuangan tradisional seperti bank, para investor umumnya akan mencari bank dengan jumlah deposan terbanyak. Semakin tinggi volume deposit yang dimiliki, maka akan semakin kuat juga tingkat kepercayaan investor. Pada industri DeFi, konsep yang sama juga berlaku.

Semakin tinggi TVL sebuah protokol DeFi, maka akan semakin tinggi juga tingkat kepercayaan investor. Hal ini dikarenakan semakin banyak investor yang menyimpan dana mereka di protokol tersebut. Selain itu, nilai TVL juga memengaruhi kolam likuiditas ataupun market makers dari protokol tersebut. Jika TVL-nya tinggi, artinya kolam likuiditas yang ada akan semakin kuat dan semakin kecil juga slippage-nya.

Waspadai protokol dengan nilai TVL kecil namun menawarkan angka APY staking yang tinggi. Sebuah protokol kecil umumnya juga punya deposan yang sedikit. Jadi tingginya imbalan yang ditawarkan patut dicurigai karena bisa jadi hanya strategi pemasaran atau upaya rugpull.

2. Likuiditas Stablecoin

Apakah kenaikan TVL secara drastis menandakan protokol tersebut tengah naik daun dan akan menjadi big player berikutnya? Belum tentu, jangan langsung percaya dan tergiur. Perlu diingat, kenaikan nilai TVL tidak selamanya berarti semakin banyak token yang ada di chain. Nilai TVL juga bisa naik ketika harga token tersebut juga mengalami kenaikan.

Untuk memastikan bahwa pertumbuhan nilai TVL terjadi secara organik, periksalah likuiditas stablecoin pada jaringan tersebut. Ia merupakan indikator yang menghitung seberapa banyak jumlah stablecoin yang ada. Caranya mudah, cukup bandingkan grafik likuiditas stablecoin yang bisa diakses melalui Defi Llama.

Contoh kenaikan nilai TVL (BASE) yang dibarengi dengan kenaikan likuiditas stablecoin. Sumber: Defi Llama.

Jika likuiditas stablecoin ikut naik beriringan dengan kenaikan TVL, maka hal tersebut menjadi indikator bagus bahwa pertumbuhannya terjadi secara organik. Hal ini dikarenakan pengguna juga membawa token baru ke jaringan tersebut.

Selain likuiditas stablecoin, ada juga empat jenis analisis stablecoin lainnya. Cari tahu cara menggunakannya di sini.

3. Rasio Market Cap dan TVL

Selain melihat nilai TVL, perhatikan juga rasio antara market cap dengan TVL. Caranya adalah dengan membagi nilai market cap dengan nilai TVL. Jika hasilnya di atas 1.0, maka protokol tersebut dianggap overvalued dan ke depannya akan ada peluang koreksi. Sementara jika hasilnya di bawah 1.0, maka protokol tersebut dianggap undervalued dan harganya mungkin naik ke depannya.

Sebagai contoh, sebuah protokol mempunyai market cap sebesar US$ 5 juta dengan TVL sebesar US$ 30 juta. Maka rasionya adalah 5/30 atau 0,16. Mengingat nilainya di bawah 1,0, artinya protokol tersebut undervalued.

Tentu indikator ini tidak bersifat mutlak. Jika sebuah protokol memiliki nilai rasio market cap dan TVL di atas 1,0, bukan berarti tidak layak untuk diinvestasikan. Bagaimanapun, selalu ada peluang protokol tersebut punya potensi kinerja yang baik secara jangka panjang. Begitupun yang di bawah 1,0, jika tidak dikembangkan secara optimal maka prospek jangka panjangnya bisa memudar.

Dengan rasio market cap dan TVL, setidaknya investor dapat menyortir ribuan protokol DeFi dan mencari yang nilainya masih undervalued. Barulah kemudian melakukan riset yang lebih mendalam mencari tahu mana dari sekian protokol tersebut yang paling potensial dari segi fundamental ataupun prospek ke depannya.

Apakah Indikator TVL Reliabel?

Sama halnya dengan indikator lain, TVL tentunya tidak bisa bersanding sendiri. Harus ada indikator lain yang digunakan agar hasil analisis lebih akurat dan menyeluruh. Apalagi, jika hanya fokus pada TVL dalam USD, maka sangat mungkin mendapatkan hasil yang misleading, terlebih dengan tingginya volatilitas aset crypto.

Untuk memberi gambaran, bayangkan nilai dolar AS LIDO turun hingga 50%. Artinya, angka TVL LIDO dalam dolar AS juga akan turun dengan jumlah yang sama. Walau secara valuasi turun, bisa saja protokol LIDO tetap tumbuh jika dilihat dari nilai TVL dalam LIDO ataupun metrik lain.

Oleh karena itu, pastikan untuk menggunakan TVL dalam native token untuk analisis yang lebih akurat. Pertimbangkan juga metrik penting lainnya seperti aktivitas pengguna, jumlah token yang terkunci, serta alamat wallet unik yang bertransaksi dengan protokol, terlebih jika ingin mengukur potensi jangka panjang.

Grafik Cardano di bawah ini bisa menjadi contoh yang tepat. Terlihat sejak Oktober 2023, TVL Cardano dalam USD bergerak naik-turun mengikuti harga token ADA. Tapi TVL dalam valuasi ADA justru memperliahtkan kenaikan tren yang cukup signifikan. Hal tersebut mengindikasikan masih tumbuhnya aktivitas jaringan ADA serta kepercayaan dari peggunanya. Secara prospek hal tersebut memberikan sinyal positif. Berbeda jika kasusnya TVL dalam USD dan ADA sama-sama turun, tentu menjadi pertanda negatif.

Sumber: DeFi Llama.

Oleh karena itu, sebuah protokol bisa dinilai tetep mempunyai prospek jangka panjang yang potensial selama:

  • Jumlah keseluruhan token yang terkunci terus bertumbuh.
  • Jumlah transaksi yang diproses masih terus naik.
  • Pembuatan alamat dompet baru dan interaksi smart contract dengan protokol tetap bertambah.
  • Volume transfer dan trading yang diukur dengan token crypto masih mengalami kenaikan

Jangan lewatkan, metode dan cara melakukan analisis on-chain lainnya melalui artikel berikut.

Kesimpulan

Sebagai indikator analisis, TVL memberikan gambaran mengenai tingkat kepercayaan, pertumbuhan, dan penilaian tingkat risiko sebuah protokol DeFi. Walaupun demikian, TVL tidak bisa dijadikan satu-satunya parameter. Faktor-faktor seperti likuiditas stablecoin, rasio market cap dan TVL, serta analisis nilai dalam native token juga penting untuk menghindari interpretasi yang misleading akibat volatilitas harga aset crypto.

Selain itu, tingginya angka TVL belum tentu merefleksikan kualitas dan potensi dari sebuah protokol. Sebagai alat analisis tambahan, TVL sangat berguna dan membantu untuk menilai sebuah protokol DeFi. Namun, jangan sampai terlena dan tetap gunakan dengan berbagai pertimbangan matang.

Beli Aset Crypto di Pintu

Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

Penulis:Hikma Dirgantara

Bagikan