CAPM adalah penggambaran ideal tentang bagaimana pasar keuangan menentukan harga aset dan menentukan pengembalian atas investasi modal. Meskipun begitu, validitas CAPM sering dipertanyakan dan penerapannya terus memicu perdebatan. Simak artikel berikut untuk tahu lebih lanjut tentang apa itu CAPM, fungsi hingga bagaimana cara menghitungnya.
Baca juga: 7 Jenis Investasi Risiko Sedang Menurut Para Ahli
Dilansir dari laman Investopedia, Ben McClure menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model adalah model analisis yang membantu investor menghitung risiko dan pengembalian investasi terhadap aset milik mereka, misalnya saham. Tim Nasdaq menegaskan bahwa satu-satunya risiko yang dihitung dalam CAPM adalah risiko sistematis aset.
William Sharpe, seorang ekonom keuangan, pertama kali memperkenalkan pengertian CAPM di tahun 1970 melalui bukunya yang berjudul “Portfolio Theory and Capital Markets”. Penemuan ini berhasil menjadikannya pemenang Nobel di bidang ekonomi kala itu.
Meski CAPM adalah model perhitungan yang dinilai tidak sempurna, Will Kenton mengatakan bahwa konsep CAPM banyak digunakan aktivis pasar keuangan untuk menentukan harga sekuritas berisiko serta menghasilkan pengembalian dari aset dengan melihat risiko aset dan biaya modal.
Will Kenton menyebutkan bahwa fungsi CAPM adalah untuk mengevaluasi tingkat kewajaran investasi dengan melihat perbandingan antara risiko aset dengan besarnya pengembalian yang diharapkan. Jika pengembalian investasi dan apresiasi modal lebih besar, maka investasi dinilai wajar terhadap risikonya.
David W. Mullins dari Harvard Business Review mengungkapkan bahwa CAPM telah banyak diterapkan oleh manajer investasi dan telah dikembangkan agar bisa dimanfaatkan secara lebih praktikal guna mengukur risiko dan memberikan hasil yang objektif sehingga dapat diterapkan secara luas untuk menerjemahkan risiko ke dalam perkiraan pengembalian yang diharapkan.
David menyebutkan bahwa kegunaan lain dari model CAPM adalah dapat diaplikasikan untuk estimasi biaya modal ekuitas. Namun, fungsi ini relatif jarang digunakan karena algoritmanya dinilai masih kurang sempurna.
Terlepas dari kekurangannya, pengujian model mengonfirmasi bahwa CAPM cukup membantu dalam pengambilan keputusan keuangan. Well Kinton juga mengatakan bahwa CAPM banyak digunakan karena sederhana dan mudah digunakan untuk membandingkan berbagai alternatif investasi.
CAPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus CAPM di bawah ini:
Sumber: corporatefinanceinstitute.com
Keterangan:
Ra  = Pengembalian yang diharapkan dari aset
Rrf  = Tingkat bebas risiko
Ba  = Nilai beta dari aset
Rm = Perkiraan pengembalian dari pasar
Rm-Rrf = Premi risiko
Baca juga: Wah, Sejumlah Investor dan Perusahaan Terkenal Ikut Investasi Bitcoin
Berdasarkan artikel yang ditulis oleh tim Corporate Finance Institute, notasi yang digunakan untuk menghitung CAPM memiliki arti seperti berikut:
Menunjukkan bagaimana investasi aset modal akan memberikan pengembalian dari waktu ke waktu dalam jangka panjang.
Tingkat bebas risiko “Rrf”, diartikan sebagai nilai waktu dari uang yang disesuaikan dengan negara tempat investasi dilakukan. Jumlahnya biasanya sama dengan imbalan obligasi paling likuid, yaitu obligasi dengan rentang waktu 10 tahun.
Beta merupakan sensitivitas aset terhadap risiko pasar. Volatilitas pengembalian dari aset tercermin melalui pengukuran fluktuasi perubahan harga aset terhadap pasar secara keseluruhan.
Will Kenton menjelaskan bahwa saham yang lebih berisiko dari pasar memiliki nilai beta lebih dari satu. Sebaliknya, jika saham memiliki risiko yang lebih rendah dari pasar, maka nilai beta kurang dari satu.
Premi risiko pasar merupakan nilai pengembalian tambahan di atas Rrf yang diperlukan untuk memberikan sejumlah kompensasi kepada investor yang melakukan investasi pada kelas aset yang lebih berisiko. Semakin volatil aset, semakin tinggi premi risiko pasarnya.
Menelusur dari konsep CAPM di atas, Ben McClure menjelaskan bahwa notasi beta merupakan satu-satunya ukuran risiko saham yang relevan. Nilai beta memiliki hubungan dengan tingkat pengembalian saham.
Di samping seluruh pro kontra yang meliputi CAPM, Ben menegaskan bahwa investor dapat mengambil kesimpulan bahwa pengembalian investasi yang lebih tinggi daripada pasar hanya akan tercapai jika investor mengambil saham dengan beta (risiko) yang lebih tinggi. Namun, bagi investor yang cenderung menghindari risiko, mereka bisa mengambil saham dengan nilai beta rendah.
Ben menambahkan bahwa CAPM adalah model perhitungan yang membantu investor untuk menyesuaikan portofolio saham mereka dengan melihat pergerakan harga di pasar. Investor dapat melakukan hold saham apabila nilai beta lebih dari 1 saat pasar naik atau saham dengan beta kurang dari 1 ketika pasar sedang dalam kondisi turun.
Demikian informasi mengenai apa itu CAPM, rumus, dan penerapannya untuk menilai investasi saham.
Selain saham, investasi crypto juga tengah menarik minat masyarakat Indonesia. Per Desember 2021, jumlah investor crypto Indonesia bahkan telah mencapai 11 juta orang, meningkat hingga nyari 5 juta dibandingkan Mei 2021 lalu. Wajar saja, mengingat pemilihan aset crypto yang tepat bisa memberikan pengembalian yang menggiurkan.
Namun sebelum memilih aset crypto, pastikan kamu telah memiliki setidaknya pengetahuan mendasar mengenai aset ini. Kamu bisa belajar crypto untuk pemula secara gratis di Pintu Akademi. Sementara itu, kamu juga bisa berinvestasi dan trading aset crypto di Pintu mulai dari Rp11.000 saja, lho! Pintu sendiri telah terdaftar resmi di Bappebti dan bisa kamu download secara mudah di sini.
Selamat berinvestasi!
Referensi:
Corporate Finance Institute. What is CAPM? Diakses tanggal: 15-02-2022.
Harvard Business Review. Does The Capital Asset Pricing Model Work? Diakses tanggal: 15-02-2022.
Investopedia. Explaining The Capital Asset Pricing Model (CAPM). Diakses tanggal: 15-02-2022.
Investopedia. Capital Asset Pricing Model (CAPM). Diakses tanggal: 15-02-2022.
Nasdaq. Capital Asset Pricing Model (CAPM). Diakses tanggal: 15-02-2022.