Ada banyak keputusan yang dilakukan oleh seorang pebisnis untuk mempertahankan eksistensi bisnisnya, salah satunya adalah keputusan untuk melakukan pivot. Apa itu pivot dalam bisnis? Pivot dalam bisnis adalah mengubah haluan atau model bisnis ketika produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan keinginan pasar.
Pivot sendiri sebenarnya adalah sebuah istilah dalam dunia basket, yaitu gerakan memutar dengan satu kaki dan kaki lainnya diam pada satu titik untuk menjadi porosnya. Gerakan ini dilakukan ketika pemain lawan melakukan blok untuk menghalangi lajunya. Seorang pemain yang melakukan pivot akan mengubah haluannya, namun tujuannya tetap sama yakni memasukkan bola ke arah ring basket lawan.
Dengan kata lain, apa itu pivot dalam bisnis adalah suatu keputusan untuk mengubah haluan fundamental bisnis tanpa mengubah visi bisnis sebelumnya disaat perusahaan menemui halangan atau stagnansi. Dalam artian yang lebih sederhana, pivot dalam bisnis adalah mengubah strategi tanpa mengubah visi awalnya.
Pivot dalam bisnis bisa terjadi dalam berbagai bentuk seperti mengubah produk dengan keunggulan yang sama, fokus pada keunggulan fitur, atau mengubah target konsumen. Jadi dapat kita simpulkan dengan bahasa yang lebih sederhana lagi, pivot dalam bisnis adalah mengubah strategi bisnis tanpa mengubah visi awal perusahaan.
Sebuah buku yang ditulis oleh Eric Ries Berjudul “The Lean Startup” juga mendefinisikan pivot sebagai sebuah koreksi terstruktur yang dibuat untuk melakukan uji coba terhadap hipotesa fundamental baru pada suatu produk, strategi, dan juga mesin pertumbuhan.
Pada perusahaan rintisan, diperlukan lebih banyak keputusan pivot dikarenakan mereka belum mengenal karakter pasar. Sehingga tidak mengherankan apabila ada banyak perusahaan yang nampak sangat berbeda jika dilihat pada saat mereka baru memulai debut. Mereka melakukan rebranding, perubahan jasa, hingga perubahan jenis produk.
Baca juga: Perbedaan Hukum Permintaan dan Penawaran: Pengertian, Contoh, dan Bunyinya
Akan tetapi, jika kita lihat lagi contoh di atas, kita bisa simpulkan bahwa keputusan tersebut tidak bersifat fundamental. Artinya, apabila pandemi berakhir mereka akan kembali memproduksi barang yang mereka buat sebelumnya dan tidak lagi membuat produk yang berkaitan dengan pandemi.
Untuk dapat lebih memahami perusahaan mana saja yang mengubah fondasi fundamental perusahaannya menjadi inti bisnis yang baru, kita bisa melihat contoh-contohnya di bawah ini.
Netflix adalah contoh yang bagus untuk memahami pivot pada bisnis online. Beberapa tahun yang lalu Netflix adalah perusahaan penyewaan DVD yang mengirimkan DVD ke rumah pelanggannya.
Namun seiring teknologi streaming lebih murah dan fleksibel akhirnya secara bertahap platform ini menambahkan layanan streaming. Karena banyak konsumen tidak lagi menikmati film dengan menyalakan pemutar DVD tetapi terbiasa dengan streaming video di smartphonenya.
Netflix adalah contoh luar biasa dari keberhasilan pivot dengan memanfaatkan pasar yang didorong oleh teknologi.
Nintendo telah melakukan pivot bisnis berkali-kali selama debutnya. Sebelumnya Nintendo berkecimpung di berbagai industri termasuk hotel, mie ramen, dan penyedot debu. Hingga pada tahun 1980-an akhirnya Nintendo memutuskan untuk mencoba memasuki bisnis game.
Kesuksesan Donkey Kong dan Mario Brothers yang luar biasa membuat Nintendo mampu mengalahkan pesaing seperti Atari. Nintendo Merupakan kesuksesan pivot agar berani masuk pada industri baru yang sedang booming pada saat itu.
Starbucks didirikan pada tahun 1971 dan mulai menjual pembuat espresso dan biji kopi. Pada tahun 1982 Schultz telah melakukan perjalanan ke Italia dan kembali dengan visi yang benar-benar baru. Starbucks melakukan pivot yakni merubah haluan bisnisnya dari penjual pemanggang kopi dan berganti dengan meniru kafe bar espresso ala Italia. Starbucks juga menemukan kesuksesan baru dengan menambahkan lokasi drive-through.
IBM dikenal sebagai perusahaan raksasa produsen komputer pribadi atau PC. Namun IBM tidak lagi memiliki keunggulan setelah munculnya pesaing baru yang tangguh yakni Apple, Dell Computer, dan Microsoft.
IBM kemudian memilih untuk pivot dengan membuat salah satu perubahan paling berani yang pernah ada. Mereka menghentikan bisnis inti mereka sebagai produsen komputer menjadi perusahaan yang fokus menyediakan layanan konsultasi TI.
IBM berhasil beradaptasi dan sekarang dikenal bukan sebagai perusahaan komputer, tetapi sebagai perusahaan penyedia layanan konsultasi TI khusus untuk organisasi-organisasi besar seperti bank dan pemerintah.
Baca juga: Maksimalkan Keuntungan dengan Strategi Investasi
Meskipun keputusan untuk pivot pada bisnis dapat menghembuskan nafas kehidupan baru pada bisnis yang sebelumnya kurang sukses, namun hal itu juga berarti bahwa kamu harus memulai lagi semua langkah bisnis kamu dari awal dan meninggalkan semua investasi dan upaya yang sebelumnya telah kamu masukkan ke dalam perusahaan.
Banyak perusahaan rintisan yang berfokus untuk membangun basis pengguna mereka terlebih dahulu dan kemudian menentukan cara terbaik untuk memonetisasi basis pengguna tersebut. Misalnya, Slack dimulai sebagai perusahaan game bernama Tiny Spec, dan aplikasi komunikasi timnya dikembangkan untuk penggunaan internal. Perusahaan segera menyadari bahwa aplikasinya dapat berguna untuk bisnis lain, dan begitulah cara itu berputar menjadi salah satu alat kolaborasi tim paling populer.
Jika kamu telah berpikir untuk pivot pada bisnis kamu, maka kamu harus tahu apa yang diperlukan sebelum kamu melanjutkan langkah tersebut.
Pivot bukanlah sebuah solusi instan yang dapat menyelesaikan semua masalah bisnis. Perusahaan sebaiknya mampu mengenali dan mempertimbangkan kapan waktu pivot yang tepat untuk benar-benar diterapkan. Karena bisa jadi hal ini menjadi pilihan terakhir ketika semua pilihan lain telah habis.
Beberapa kondisi yang dapat menjadi indikator waktu kapan waktu pivot yang tepat diantaranya adalah:
Setelah kamu mengenali waktu yang tepat untuk melakukan pivot, yang harus kamu lakukan kemudian adalah mengambil tindakan yang tepat dalam melakukan pivot. Di antara tindakan-tindakan tersebut adalah:
Hal ini bisa dilihat dari studi kasus instagram yang pada awalnya merupakan sebuah aplikasi pemesanan tempat yang kaya akan fitur. Namun hanya fitur sharing foto saja yang menjadi fitur favorit di sana. Akhirnya pihak manajemen mengambil keputusan pivot dengan mengalihkan semua sumber daya manusia dan keuangan pada fitur tersebut.
Jika produk kamu tidak laris terjual tetapi kamu tidak menemukan masalah dengannya, kamu mungkin hanya menjualnya kepada audiens target yang salah. Kamu mungkin memiliki produk yang sempurna untuk dijual pada konsumen B2B, namun produk malah dijual ke konsumen akhir.
Sebelum melakukan pivot, lihat apa yang dilakukan pesaing dan temukan solusi bagaimana kamu dapat melakukannya dengan lebih baik. Jika kamu berencana untuk menawarkan produk atau layanan yang sama dengan pesaing dengan kisaran harga yang sama, kamu mungkin tidak dapat melihat hasil yang signifikan. Kamu harus menemukan nilai pembeda antara kamu dan pesaing.
Perusahaan seringkali menawarkan produk atau layanan baru namun tidak sesuai dengan konsumennya. Untuk itu perlu bagi kamu untuk dapat memahami dan menerka apa yang sebenarnya diinginkan oleh konsumen.
Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan tindakan tegas ketika mengambil keputusan pivot dalam bisnisnya. Contoh-contoh keberhasilan pivot di atas dapat menjadi pelajaran bagi kita untuk mampu mengganti haluan bisnis kita tanpa meninggalkan visi utama saat menemukan hambatan di industri yang selama ini mereka usahakan.
Referensi
Alexander Gilmanov, Famous Business Pivot, diakses pada tanggal 3 November 2021
Vikas Agrawal, How To Pivot Succsfully in Business, diakses pada tanggal 3 November 2021
Fajria Anindya Utami, Apa Itu Pivot Bisnis, diakses pada tanggal 3 November 2021