Surplus merupakan suatu istilah yang umum kamu temukan dalam dunia akuntansi dan keuangan. Istilah ini biasanya digunakan untuk menggambarkan kondisi saat jumlah pemasukan lebih dari jumlah pengeluaran. Namun, sebenarnya arti surplus sebenarnya jauh lebih luas lagi. Lalu, apa itu surplus? Simak pengertian dan jenis-jenis surplus dalam artikel berikut ini!
Baca juga: 12 Konsep Dasar Akuntansi untuk Pelaporan Keuangan, Sudah Tau?
Pada dasarnya, surplus adalah sumber daya atau aset yang porsinya melebihi jumlah aset yang digunakan secara aktif. Istilah ini sendiri bisa diterapkan ke berbagai konsep, termasuk modal, pendapatan, keuntungan, maupun jumlah persediaan barang
Dalam konteks persediaan, istilah surplus terjadi ketika stok barang yang tersedia lebih besar dari kebutuhan perusahaan. Lain halnya dengan surplus dalam konteks anggaran yang terjadi saat jumlah pendapatan melebihi jumlah biaya yang harus dibayar.
Akan tetapi, surplus sendiri tidak selalu menguntungkan. Contohnya, sebuah pabrik yang terlalu banyak memproyeksikan jumlah permintaan produk tertentu di masa depan bisa menyebabkan stok produk yang menumpuk dan tidak terjual. Tentu saja, hal ini berakibat pada kerugian keuangan perusahaan itu sendiri nantinya.
Apalagi, jika terjadi surplus pada komoditas yang mudah mengalami kerusakan, di antaranya seperti biji-bijian yang bisa menyebabkan terjadinya kerugian secara permanen. Sebab, persediaan tersebut bisa mengalami kerusakan sehingga tidak bisa dijual kepada konsumen.
Secara garis besar, terdapat dua jenis surplus dalam bidang ekonomi, yaitu:
Berdasarkan definisinya, surplus konsumen adalah perbedaan nilai antara jumlah maksimum yang mampu dibayar oleh konsumen untuk suatu produk tertentu dengan harga produk tersebut.
Sederhananya, kamu bersedia membayar sekarung beras dengan harga sebesar Rp350.000, namun ternyata harga beras yang diinginkan hanya sebesar Rp300.000 per karung. Dengan demikian, kamu sebagai konsumen mendapatkan surplus sebesar Rp50.000.
Dari contoh tersebut di atas bisa disimpulkan, bahwa surplus konsumen adalah kondisi di mana konsumen membayar harga yang lebih murah atau lebih rendah ketimbang harga yang bersedia dibayar oleh mereka.
Sama seperti surplus konsumen, surplus produsen adalah keuntungan yang diterima produsen dari selisih harga yang sebenarnya dengan harga yang diterima oleh produsen. Bisa juga diartikan sebagai harga jual yang diterima produsen jauh lebih besar ketimbang harga yang awalnya mereka kehendaki.
Misalnya, perusahaan XYZ berniat menjual smartphone seri terbaru seharga Rp5.000.000 dan ternyata produk tersebut laku terjual di pasaran dengan harga Rp7.500.000. Dengan demikian, perusahaan XYZ sebagai produsen smartphone tersebut mendapat surplus sebesar Rp2.500.000.
Dalam bidang keuangan, surplus sebenarnya memiliki arti yang agak sedikit berbeda, seperti misalnya surplus finansial. Jenis surplus ini mengacu pada jumlah anggaran untuk memprediksi seberapa banyak pendapatan yang diperoleh dibandingkan pengeluarannya.
Selain itu, pemerintah, perusahaan, atau individu juga bisa mengalami surplus anggaran. Hal ini menunjukkan bahwa pihak terkait membelanjakan uang yang lebih sedikit daripada jumlah pendapatan atau penghasilan mereka dalam periode tertentu.
Setiap anggaran dalam rumah tangga, negara, maupun perusahaan bisa mengalami surplus atau defisit. Tentu saja, hal tersebut tergantung dari besar penghasilan dan pengeluaran dari tiap perusahaan. Pengertian surplus dan defisit harus dipahami oleh setiap orang karena tidak asing lagi muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, dalam konteks keuangan, surplus merupakan kondisi di mana tingkat pendapatan yang diterima jumlahnya melebihi pengeluaran belanja. Sementara defisit adalah situasi saat jumlah pengeluaran lebih besar dibandingkan jumlah pendapatan.
Sementara itu, pengertian defisit menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah sejumlah kekurangan dalam suatu anggaran belanja.
Berbeda dengan yang diketahui masyarakat awam, surplus tidak selamanya baik, begitu juga defisit yang tidak selamanya menjadi tanda bahaya terhadap seluruh tatanan perekonomian.
Dalam anggaran rumah tangga, surplus berarti kondisi keuangan yang terjadi saat pendapatan anggota keluarga memiliki jumlah lebih besar dari anggaran belanja. Misalnya seperti pembayaran untuk tagihan air dan listrik, cicilan kendaraan, dan lain sebagainya.
Sementara pendapatan bisa berupa gaji, sewa, laba, maupun profit. Jika jumlah gaji maupun pendapatan lain memiliki jumlah yang lebih kecil dibanding pengeluaran yang harus ditanggung, maka akan terjadi defisit.
Suatu perusahaan bisa dikatakan mengalami surplus jika penjualan produk atau jasa yang dihasilkan memiliki jumlah lebih besar dari pengeluaran operasional.
Beberapa contoh pengeluaran operasional adalah upah karyawan, bahan baku, biaya material, hingga utilitas seperti air dan listrik.
Pun sebaliknya, defisit terjadi jika hasil penjualan yang diterima perusahaan jauh lebih rendah daripada pengeluaran operasional perusahaan.
Tidak jauh berbeda dengan informasi di atas, surplus dalam pemerintahan bisa terjadi saat pendapatan pemerintahan yang meliputi retribusi, pajak, maupun pendapatan perusahaan milik negara melebihi kebutuhan operasional., mulai dari biaya pembangunan, gaji para pegawai negeri, dan lain sebagainya.
Begitu juga sebaliknya, anggaran yang mengalami defisit berarti situasi di mana pengeluaran pemerintah lebih besar ketimbang pendapatan secara keseluruhan.
Itulah tadi sekilas informasi mengenai apa itu surplus dalam dunia ekonomi yang perlu kamu ketahui.
Untuk kamu yang tertarik berinvestasi dan trading crypto secara mudah hanya dengan menggunakan smartphone kamu, download Pintu sekarang  Jual beli crypto di Pintu bisa mulai dari Rp11.000 saja, lho!
Referensi:
Christina Majaski. Consumer Surplus vs. Economic Surplus: What’s the Difference?. Diakses 12 Desember 2021
Steven Scalia. Surplus in Economics: Definition & Overview. Diakses 12 Desember 2021
Will Kenton. Surplus. Diakses 12 Desember 2021
Wikipedia. Economic surplus. Diakses 12 Desember 2021