Biar Terhindar, Yuk Ketahui Apa itu Exit Liquidity

Update 5 Jan 2024 • Waktu Baca 7 Menit
Gambar Biar Terhindar, Yuk Ketahui Apa itu Exit Liquidity
Reading Time: 7 minutes

Exit liquidity merupakan salah satu istilah yang populer dalam dunia crypto dan NFT. Istilah tersebut umumnya ditujukan kepada para investor yang “nyangkut” karena baru membeli aset di saat harga sedang tinggi-tingginya, sementara investor awal sudah berhasil menjual asetnya. Exit liquidity termasuk salah satu risiko dalam investasi crypto, terlebih dalam kondisi bull market. Oleh sebab itu, dengan mengetahui apa itu exit liquidity, diharapkan kamu tidak menjadi korbannya. Cari tahu informasi lebih lengkapnya pada artikel berikut.

Ringkasan Artikel

  • 🤑 Investor menjadi exit liquidity ketika mereka membeli aset di harga yang tinggi dan kemudian menjadi likuiditas bagi para investor awal untuk keluar dari pasar.
  • 🔎 Skenario umum yang digunakan untuk menjadikan investor sebagai exit liquidity adalah initial offerings, pump & dump, rug pulls, dan wash trading.
  • 😖 Contoh nyata exit liquidity yang belum lama ini terjadi adalah rug pull pada token BALD. Investor yang membeli di pucuk akhirnya menjadi korban exit liquidity setelah tim pengembang menarik seluruh dananya.
  • 💪 Cara untuk menghindari exit liquidity adalah dengan melakukan riset mendalam, menghindari FOMO, menerapkan manajemen risiko yang ketat, dan menggunakan bursa pertukaran yang terpercaya.

Apa itu Exit Liquidity?

Seperti yang kita tahu, pasar bekerja berdasarkan likuiditas atau jumlah uang yang tersedia di pasar. Likuiditas yang tinggi memungkinkan pelaku pasar untuk masuk dan keluar dari pasar tanpa memengaruhi harga aset secara signfikan. Sementara likuiditas yang rendah dapat memengaruhi harga secara signifikan ketika pelaku pasar keluar atau masuk dari pasar.

Dalam beberapa kasus, likuiditas dapat dibuat dan dimanipulasi. Umumnya, proyek crypto baru **jadi sasaran karena mempunyai kapitalisasi yang kecil dan likuiditas yang rendah. Kondisi tersebut kemudian bisa dimanfaatkan oleh investor dengan porsi kepemilikan besar atau dikenal dengan whale.

Para whale tidak tidak akan melakukan penjualan ketika likuiditasnya rendah guna menghindari crash. Oleh karena itu, mereka akan menyiasatinya dengan memperbesar likuiditas aset tersebut. Caranya, mereka menyebarkan hype terhadap aset yang hendak dijual. Jika berhasil, hype tersebut bisa membuat investor tertarik membeli asetnya karena dorongan FOMO.

Dengan adanya pembeli yang standbywhale bisa menjual aset yang dimiliki tanpa khawatir harganya akan jatuh secara signifikan. Setelah para whale menjual asetnya, harganya pun perlahan mulai turun.

Jika pembeli standby tadi yang tetap menahan kepemilikannya ataupun terlambat menjual asetnya mereka berpotensi merugi karena membeli aset di harga yang tinggi. Mereka lah yang kemudian disebut sebagai exit liquidity. Sehingga exit liquidity dapat disimpulkan sebagai investor yang membeli aset di harga yang sudah tinggi dan kemudian menjadi likuiditas bagi para investor awal untuk keluar dari pasar dan mengeruk keuntungan.

Greater Fool Theory

Konsep exit liquidity sebenarnya bisa dibedah menggunakan teori greater fool. Teori ini berpendapat bahwa harga sebuah aset yang overvalued atau bahkan tidak punya fundamental sekalipun, akan terus naik selama pemiliknya bisa menjual aset tersebut ke “greater fool.” Namun, ketika tidak ada lagi greater fool yang tersisa, dengan sendirinya harga aset akan jatuh.

Sumber: Hemanth Medium

Dalam konteks exit liquidity, maka investor yang menjadi exit liquidity adalah sosok yang dianggap sebagai greater fool. Mereka bisa terhindar sebagai exit liquidity selama bisa menjual asetnya ke calon “exit liquidity” atau greater fool lainnya.

Namun jika mereka terlambat menyadari situasinya, mereka tidak akan bisa menjual asetnya. Hal ini dikarenakan sudah tidak ada lagi pelaku pasar yang menjadi greater fool untuk membeli asetnya. Tak sedikit korban exit liquidity yang akhirnya harus “nyangkut” dan terpaksa merugi besar.

Skenario Exit Liquidity

Sebenarnya terdapat beragam skenario yang membuat seorang investor akhirnya berakhir sebagai exit liquidity. Berikut ini adalah beberapa skenario umum yang sering terjadi:

1. Initial Offerings

Proses Initial Coin Offering (ICO) atau Initial DEX Offering (IDO) seringkali dimanfaatkan proyek crypto baru untuk menggalang dana. Jika terdapat investor yang kurang teliti dalam melakukan riset, mereka bisa saja berakhir membeli token yang sebenarnya tidak bernilai.

Ketika token tersebut di-listing di sebuah bursa pertukaran, lalu investor awal dan tim inti menjual kepemilikannya, maka investor tadi akan menjadi exit liquidity bagi mereka. Apalagi ketika tidak ada permintaan dari pembeli lain, maka harga aset akan jatuh dan berpotensi memperbesar kerugian.

Artikel berikut akan membantumu untuk memahami cara kerja IDO dan cara untuk berpartisipasinya.

2. Pump & Dump

Pump-and-dump adalah skenario yang paling umum digunakan untuk mencari exit liquidity. Cara kerjanya adalah dengan memanipulasi harga sebuah aset melalui pembelian terkoordinasi dan shilling di media sosial. Pada fase tersebut, harga aset akan mengalami kenaikan (pump).

Sumber: NFT Doctor Twitter

Setelah harga naik signifikan, para investor awal tadi akan menjual asetnya dan mengeruk keuntungan. Harga aset pun kemudian mengalami koreksi secara bertahap (dump). Jika seorang investor membeli pada fase pump dan baru menjualnya di fase dump, maka ia menjadi exit liquidity.

3. Rug Pulls

Skenario rug pulls merupakan versi yang lebih berbahaya dari skenario pump-and-dump. Pada rug pulls, tim developer atau whale akan secara mendadak menarik seluruh dana mereka dari kolam likuditasnya. Hal ini membuat token menjadi tidak berharga.

Berbeda dengan pump-and-dump, pada skenario rug pulls investor tidak diberikan kesempatan untuk melakukan cutloss. Jika berada dalam proyek rug pulls, maka investor menjadi exit liquidity bagi tim pengembang yang tidak bertanggung jawab.

4. Wash Trading

Skenario wash trading lebih marak ditemui pada perdagangan NFT. Ia adalah praktik manipulatif berupa jual-beli aset yang sama secara berulang sehingga menghasilkan volume perdagangan yang palsu. Padahal, alamat transasksi jual-beli tersebut dikelola oleh orang yang sama.

Hal ini dilakukan untuk menciptakan ilusi tingkat likuiditas ataupun meningkatkan nilai dari koleksi NFT tertentu. Ketika ada investor yang tertipu ilusi tersebut dan membeli koleksi NFT-nya, ia pada dasarnya menjadi exit liquidity para pelaku wash trading.

Cari tahu skenario wash trading dan cara menghindarinya melalaui artikel berikut.

Contoh Exit Liquidity

Salah satu contoh exit liquidity yang sempat menghebohkan komunitas crypto belum lama ini adalah rug pull yang dilakukan token BALD. Ia merupakan token meme yang diciptakan oleh developer anonim (The Boss) yang beroperasi di jaringan Base.

The Boss menciptakan BALD pada 29 Juli 2023. Keesokan harinya ia menambahkan lebih dari 100 ETH ke kolam likuiditas BALD secara bertahap hingga mencapai 6.187 ETH. Pada 31 Juli, ia kembali menyuntikkan 1.150 ETH ke dalam pasar. Imbasnya, harga BALD naik dari 0.05455 menjadi 0.09578. Sejak pertama diluncurkan, harga BALD telah naik lebih dari 4.000%.

Setelah rangkaian kenaikan harga (pumping), secara tiba-tiba The Boss menarik 10.705 ETH (sekitar 20 juta dolar AS) dari likuiditas pool BALD. Dampaknya, harga BALD turun tajam hingga 92% pada 31 Juli 2023, seperti yang terlihat pada gambar di atas.

Token BALD adalah contoh exit liquidity dengan skenario rug pull. Bagi investor yang membeli token BALD pada 30 Juli dan terlambat melakukan take profit ataupun cut loss maka mereka menjadi korban exit liquidity dari The Boss.

Cara Menghidar dari Exit Liquidity

Berikut ini adalah beberapa cara menghindar dari exit liquidity:

1. Riset Mendalam

Kunci utama terhindar menjadi korban exit liquidity adalah melakukan riset secara mendalam dan menyeluruh. Cari tahu tim yang bertanggung jawab terhadap proyek tersebut. Pastikan tim tersebut berisikan sosok yang berpengalaman dan punya track record jelas. Selain itu pastikan proyek tersebut punya roadmap yang jelas. Hal tersebut memperlihatkan keseriusan tim dalam mengembangkan proyeknya secara jangka panjang.

Riset lain yang bisa dilakukan adalah membedah tokenomik atau whitepaper dari proyek tersebut. Hindari proyek yang memiliki red flag seperti alokasi token yang tidak seimbang, use-cases yang tidak jelas, serta jadwal yang simpang siur.

Cari tahu cara menbedah tokenomik secara mendalam melalui artikel berikut.

2. Perhatikan Jadwal Vesting dan Token Unlocks

Venture capital dan para whale senang melakukan dump ke investor yang teledor. Oleh sebab itu, perhatikan jadwal vesting dan token unlocks untuk mengetahui potensi penjualan token secara masif ke depannya.

Jika tidak ada jadwal atau tanggalnya simpang siur, hal tersebut bisa mengindikasikan red flag. Tim pengembang bisa terindikasi melakukan dump. Jadwal peluncuran dan distribusi token harus diumumkan, diperbarui secara berkala, dan dapat diakses dengan mudah oleh publik.

3. Waspadai FOMO

Seluruh skenario exit liquidity selalau melibatkan faktor Fear of Missing Out (FOMO). Oleh sebab itu, pastikan untuk tidak terjebak dan memutuskan berinvestasi hanya atas dasar FOMO.

Cara lain untuk terhindar dari FOMO adalah dengan memantau berita dan sentimen terkait aset tersebut. Dengan selalu up to date terhadap berita terbaru, kamu bisa bergerak cepat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Gunakan Manajemen Risiko yang Ketat

Jika memang ingin mencari keuntungan dari token berkapitalisasi kecil, sebaiknya jangan memakai seluruh modal yang dipunya. Alokasikan modal sesuai dengan toleransi risiko. Asumsikan jika seluruh modal tersebut hilang, kamu tidak akan merasa rugi dan bisa menerimanya.

Untuk memastikan exit strategy yang tepat, sebaiknya gunakan analisis teknikal. Ia berguna dalam menentukan target harga untuk mengambil keuntungan ataupun stop loss untuk membatasi kerugian. Dengan mempunyai strategi yang jelas dan manajemen risiko yang ketat, hal tersebut bisa membantumu terhindar dari jebakan exit liquidity.

Yuk belajar di sini agar bisa melakukan manajemen risiko secara lebih ketat.

5. Pilih Bursa Pertukaran Terpercaya

Pada bursa pertukaran terpercaya, aset yang diperjual belikan sudah melalui seleksi ketat terlebih dahulu. Mengeleminasi adanya token-token dengan latar belakang yang tidak jelas. Pintu adalah salah satu bursa pertukaran crypto yang terpercaya dan telah teregulasi oleh pemerintah. Seluruh token yang ada di Pintu juga telah melalui proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Kesimpulan

Exit liquidity merujuk pada investor yang membeli aset pada harga tinggi dan kemudian dijadikan sebagai likuiditas bagi investor awal untuk keluar dari pasar. Beberapa skenario exit liquidity yang sering terjadi adalah initial offerings, pump & dump, rug pulls, dan wash trading.

Untuk menghindari menjadi exit liquidity, disarankan untuk melakukan riset mendalam, memperhatikan jadwal vesting dan token unlocks, waspada terhadap FOMO, menggunakan manajemen risiko yang ketat, dan memilih bursa pertukaran yang terpercaya. Seluruh langkah-langkah ini bertujuan untuk menghindari pembelian aset overvalued yang berpotensi rugi.

Beli Aset Crypto di Pintu

Tertarik berinvestasi pada aset crypto? Tenang saja, kamu bisa membeli berbagai aset crypto seperti BTC, ETH, SOL, dan yang lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

Penulis:Hikma Dirgantara

Bagikan