Apa itu Web2.5?

Update 4 Sep 2023 • Waktu Baca 6 Menit
Gambar Apa itu Web2.5?
Reading Time: 6 minutes

Kehadiran media sosial seperti Facebook, Twitter, dan YouTube memungkinkan kita berbagi konten dan terhubung dengan pengguna lain. Inilah yang kita kenal sebagai era Web2. Namun, seiring perkembangan internet, Web3 muncul dengan tawaran kontrol penuh atas data dan konten kita. Lalu, di mana kita berada saat ini? Selagi Web3 masih dalam pengembangan, nampaknya kita berada di era Web2.5, yang berfungsi sebagai area perantara antara Web2 dan Web3. Untuk menggali lebih dalam tentang apa itu Web2.5 dan apa saja implikasinya, yuk baca artikel berikut!

Ringkasan Artikel

  • 🌐 Web2.5 adalah tahap adopsi teknologi Web3 di dalam ekosistem Web2. Web2.5 berfungsi sebagai titik tengah antara Web2 yang stabil dan Web3 yang inovatif.
  • ✨ Salah satu aspek utama Web2.5 adalah integrasi aset Web3 seperti NFT (Non-Fungible Tokens) dan aset crypto.
  • 🤝 Dalam Web2.5, kerja sama antara perusahaan Web2 dan proyek Web3 semakin umum. Contohnya, perusahaan lelang Sotheby’s yang memfasilitasi penjualan NFT dan menerima pembayaran dalam aset crypto.
  • ⛓️ Web2.5 menggunakan teknologi blockchain untuk menyimpan data pengguna, mendorong kolaborasi komunitas, dan memberikan lebih banyak kontrol kepada pengguna atas data pribadi mereka.

Apa itu Web2.5?

Sumber: NFTIFY

Sebelum membahas tentang Web2.5, sebaiknya kita pahami dahulu apa itu Web2 dan Web3 secara singkat. Web2 adalah generasi internet yang hadir sejak awal tahun 2000-an. Pada Web2, kita berinteraksi dengan situs web, membagikan konten, dan berkomunikasi dengan orang lain melalui sosial media. Sedangkan Web3 adalah evolusi internet masa depan yang lebih maju dari Web2. Web3 memungkinkan kita memiliki kendali penuh atas data dan identitas kita sendiri. Sifat utama dari Web3 adalah desentralisasi.

Pahami lebih dalam tentang Web3 di artikel Apa itu Web 3.0 dan Apa Kelebihannya?

Web2.5 adalah tahap adopsi teknologi Web3 di dalam ekosistem Web2. Web2.5 berfungsi sebagai titik tengah antara Web2 yang stabil dan Web3 yang inovatif. Ini adalah arena di mana kita melihat tren adopsi aset Web3 seperti NFT dan aset crypto berkembang. Dalam hal ini, perusahaan Web2 dapat menjelajahi teknologi Web3, seperti NFT, tanpa perlu mengganti seluruh infrastruktur mereka.

Web2.5 bekerja dengan mengintegrasikan teknologi blockchain ke dalam aplikasi Web2. Hal ini memungkinkan pengguna untuk memiliki serta mengendalikan data pribadi mereka sendiri, sembari masih menikmati fitur-fitur interaktif dan kolaboratif yang ditawarkan oleh Web2.

Baca juga: Web2 vs Web3: Perbedaan dan Masa Depannya.

Mengapa Web2.5?

Web2.5 sebenarnya bukanlah konsep yang baru dalam dunia teknologi. Beberapa perusahaan dalam bidang crypto terkemuka seperti Pintu, Coinbase, Nifty Gateway, dan lain-lain telah mengadopsi pendekatan Web2.5.

Pendekatan ini menggabungkan elemen dari Web2 yang bersifat sentralisasi untuk mempercepat pertumbuhan, memastikan kepatuhan, serta meningkatkan pengalaman pengguna (UX).

Di samping itu, perusahaan-perusahaan tersebut juga berkontribusi pada penyebaran pengetahuan dan adopsi aset crypto. Meskipun tidak sepenuhnya terdesentralisasi, model Web2.5 dapat menjembatani kesenjangan antara keuntungan Web2 dan teknologi blockchain.

Salah satu contoh integrasi aset Web3 dengan infrastruktur Web2 adalah kemampuan pengguna dalam membeli aset crypto ETH langsung dengan kartu debet di Coinbase.

Apa Saja Karakteristik Web2.5?

  • Teknologi Blockchain: Web2.5 menggunakan teknologi blockchain untuk menyimpan data pengguna. Ini berarti data disimpan dalam blockchain terdesentralisasi yang aman dan tidak dapat dimanipulasi.
  • Keterlibatan Komunitas: Web2.5 mendorong kolaborasi yang lebih efisien antara pengguna dan memfasilitasi keterlibatan komunitas yang kuat.
  • Pemberdayaan Pengguna: Salah satu fitur penting Web2.5 adalah memberikan lebih banyak kontrol dan kepemilikan data dan pengelolaan aset kepada pengguna.
  • Kombinasi Model Bisnis: Web2.5 dapat menggabungkan model bisnis Web2 yang sudah ada dengan elemen-elemen baru dari Web3. Misalnya, perusahaan Web2.5 dapat mengizinkan pembayaran dengan aset crypto sambil tetap menjalankan model bisnis konvensional mereka.

Integrasi Aset Web3 dalam Infrastruktur Web2.5

Sumber: Serotonin

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Web2.5 adalah konsep di mana perusahaan-perusahaan menggabungkan aset-aset teknologi Web3 dengan infrastrutur Web2 yang sudah ada. Sejauh ini, NFT menjadi aset Web3 paling populer yang diadopsi oleh perusahaan Web2.

Berikut beberapa sektor yang menggambarkan Web2.5 dalam dunia nyata:

1. Karya Seni Digital

‘Fade’ karya Pak yang terjual 528.000 dolar AS di Sotheby’s. Sumber: Sotheby’s

Dalam proses adopsi NFT, terdapat dua kategori seniman: seniman digital dan seniman tradisional. Meskipun keduanya menciptakan karya seni yang memiliki nilai, perbedaan utamanya terletak pada media artistik yang mereka gunakan.

Dengan melakukan kurasi komunitas seniman digital dan tradisional, perusahaan lelang dan institusi seni seperti Sotheby’s telah memperluas basis konsumennya dengan cepat. Seniman digital membawa kolektor Web3 mereka ke dalam dunia seni rupa. Sementara seniman tradisional yang memasuki dunia NFT, membantu mengarahkan kolektor tradisional menuju teknologi terdesentralisasi.

Sotheby’s memfasilitasi penjualan NFT di platformnya dan memungkinkan pembayaran dalam aset crypto seperti BTC dan ETH. Pembayaran melalui KYC wallet yang dikelola oleh perusahaan seperti Coinbase, Gemini, Fidelity, atau Paxos.

Cara ini mewakili konsep web2.5, di mana perusahaan mengintegrasikan aset crypto untuk menarik pengguna mata uang fiat tanpa melanggar aturan kepatuhan dan norma keuangan web2.

Meskipun harga barang seni di Sotheby’s dalam mata uang USD atau Poundsterling, aset crypto yang setara ditentukan pada saat pembayaran barang tersebut.

2. Olahraga

Sumber: Sotheby’s Metaverse

Dalam dunia olahraga, basis penggemar yang kuat adalah aset berharga. Hal ini membuat klub sepak bola asal Inggris, Liverpool FC (LFC), menemukan cara bagaimana NFT dan pendekatan Web2.5 dapat memperkuat dan memperluas keterlibatan penggemar mereka.

Pada 24 Maret 2022, LFC meluncurkan proyek NFT ‘LFC Heroes Club’. Proyek NFT ini diluncurkan di marketplace NFT Sotheby’s, yaitu Sotheby’s Metaverse. Dengan memiliki NFT Heroes Club, seorang penggemar dapat menunjukan loyalitasnya pada klub dan mendapatkan beberapa rewards lainnya.

Tak hanya dari olahraga sepak bola, olahraga lain juga mulai membanjiri Web2.5 dengan mengadopsi aset-aset Web3 (NFT dan aset crypto) dan pengalaman metaverse. Mulai dari NFL (NFL All Day) hingga NBA (NBA Top Shot), UFC (UFC Strike) hingga NASCAR (RaceDay).

NFL bekerja sama dengan Roblox dalam program metaverse-nya. Pengguna dapat bersaing dengan pengguna lain untuk memenangkan Super Bowl dan items lainnya. Pengguna juga dapat menggunakan toko NFL dalam game untuk membeli pakaian bermerek avatar mereka.

3. Consumer Packaged Goods (CPG) dan Industri Makanan dan Minuman

NFT Bone Shaker. Sumber: AtomicHub

Perusahaan Web2 memiliki keunggulan unik dalam memasuki ranah Web3. Mereka dapat memanfaatkan komunitas yang sudah ada. Salah satu contohnya adalah langkah yang diambil oleh Hot Wheels untuk melibatkan komunitas mereka dalam penjualan NFT.

Hot Wheels menggiring anggota komunitasnya ke dalam ekosistem Web3 melalui pembangunan proyek NFT mereka di atas blockchain WAX yang ramah pemula. WAX menawarkan kemudahan pembuatan akun melalui platform seperti Facebook dan Google, yang mempermudah pemula untuk memulai tanpa kendala teknis yang rumit.

Kunci sukses perusahaan Web2 dalam berkecimpung di dunia Web3 adalah menggabungkan pesan perusahaan dengan NFT dan melibatkan komunitas dengan baik. Budweiser, Pringles, dan Coca-cola suskes merancang NFT dengan kolaborasi artistik. Namun, McDonald’s dengan McRibNFT, mungkin tidak berhasil dalam upayanya karena bersinggungan dengan isu rasis yang dilakukan salah satu anggota komunitasnya.

Baca juga: Adopsi Teknologi Web3 Oleh Brand Web2.

Kesimpulan

Setelah mengetahui tentang apa itu Web2.5, dapat disimpulkan bahwa Web2.5 bertindak sebagai jembatan antara Web2 yang mapan dan Web3 yang inovatif. Ia memfasilitasi perusahaan dan pengguna yang telah akrab dengan Web2 untuk merasakan fitur dan infrastruktur Web3 tanpa perlu melakukan perubahan besar dalam infrastruktur yang telah ada.

Implementasi Web2.5 merujuk pada cara perusahaan dan pengguna menggabungkan elemen-elemen kunci dari Web3 ke dalam lingkungan Web2. Beberapa contoh implementasi Web2.5 melibatkan adopsi NFT, aset crypto, dan pemberian pengguna kendali yang lebih besar atas data pribadi mereka.

Membeli Aset Crypto di Aplikasi Pintu

Kamu bisa berinvestasi pada aset crypto seperti BTC, ETH, SOL dan lainnya tanpa harus khawatir adanya penipuan melalui Pintu. Selain itu, semua aset crypto yang ada di Pintu sudah melewati proses penilaian yang ketat dan mengedepankan prinsip kehati-hatian.

Aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.

Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.

Referensi

  1. Serotonin Team, Introducing Web2.5, Serotonin, diakses 31 Agustus 2023.
  2. Everett Muzzy, Introducing Web2.5: How Hundreds of Brands are Entering the Metaverse, Nasdaq, diakses 31 Agustus 2023.
  3. Ly Dam, Web2.5: The NFT-powered transition to the new internet, NFTIFY, diakses 31 Agustus 2023.
  4. Rashi Sharma, WEB 2.5: A Practical Steppingstones for Web3, Nasscom, diakses 31 Agustus 2023.

Penulis:Ginisita Dofany

Bagikan