Dalam lingkup keuangan, ada berbagai teori yang harus dipahami oleh investor maupun trader untuk mengidentifikasi tren dan menentukan posisi saat memasuki pasar. Salah satunya adalah dow theory.
Artikel kali ini akan membahas tentang apa itu dow theory, apa saja prinsip-prinsip di dalamnya, serta bagaimana penerapannya dalam aktivitas trading. Yuk, simak bersama!
Dow theory pertama kali dikembangkan oleh Charles H. Dow melalui jurnal Wall street pada tahun 1896 dan telah menjadi dasar berbagai pendekatan dan analisis teknikal terhadap tren serta pergerakan pasar.
Dow theory adalah suatu teori kerangka kerja teknis yang mampu memprediksi apakah pasar berada dalam tren naik jika salah satu rata-ratanya mengalami kenaikan dari titik puncak yang berhasil dicapai sebelumnya, dan diikuti oleh kenaikan serupa pada rata-rata lainnya.
Lahirnya dow theory didasarkan atas gagasan bahwa pasar memberikan diskon terhadap segala sesuatu dengan cara yang konsisten dan disertai dengan hipotesis pasar yang efisien.
Baca juga: Analisis Pasar Terbaru Dirangkum Langsung Oleh Tim Pintu Akademi
Dow theory merupakan prinsip inti dari analisis teknis modern. Para trader menggunakan dow theory untuk melakukan konfirmasi apakah akan terjadi tren naik atau turun. Hal ini akan memberikan informasi kepada para trader kapan saat yang tepat bagi mereka untuk membeli atau menjual aset agar mereka mampu memperoleh keuntungan yang maksimal.
Sementara itu, bagi para investor, analisis teknis sesuai dengan dow theory akan membantu dalam membuat keputusan investasi dengan cara mendeteksi apakah tren dapat bertahan dalam jangka panjang, mengengah, atau pendek.
Dow theory memiliki 6 prinsip dalam analisis teknikal, antara lain:
Dow theory menyebutkan bahwa terdapat tiga macam tren pasar yang memiliki dampak signifikan terhadap perdagangan apabila dilihat dari durasinya, yakni tren primer, sekunder, dan minor.
Tren primer alias tren naik-turun yang berlangsung dalam kurun waktu beberapa bulan hingga bertahun-tahun dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis fase yang berbeda berdasarkan jenis tren perdagangan.
Pada kondisi bearish, fase tren primer terbagi dalam fase distribusi, fase partisipasi publik, dan fase kepanikan. Sementara pada kondisi bullish atau naik, fase tren primer terbagi dalam fase akumulasi, fase partisipasi publik, dan fase kelebihan.
Prinsip ketiga dalam dow theory adalah adanya diskon pasar saham. Kamu perlu memahami bahwa dow theory beroperasi pada hipotesis pasar efisien yang menyatakan bahwa harga aset menggabungkan setiap informasi mengenai entitas atau bahkan ekonomi secara keseluruhan.
Pendekatan ini memunculkan lahirnya faktor-faktor yang mempengaruhi harga aset di pasar, mulai dari potensi pendapatan, keunggulan kompetitif, hingga kompetensi manajemen. Tak hanya itu, dow theory juga mendiskontokan peristiwa yang mungkin terjadi pada masa mendatang dalam bentuk risiko.
Prinsip lain penerapan dow theory adalah konfirmasi tren dengan cara mengamati volume perdagangan. Volume perdagangan akan mengalami peningkatan selama tren naik dan menurun selama terjadi depresi.
Selain volume perdagangan, konfirmasi tren juga dapat dilakukan dengan memperhatikan pola pergerakan beberapa indeks. Indeks-indeks yang bergerak dalam pola yang sama berarti memberikan sinyal yang sama. Para investor atau trader dapat menilai tren berdasarkan sinyal tersebut.
Terakhir, prinsip yang ditekankan oleh dow theory adalah pentingnya bagi investor dan trader agar berhati-hati dalam melakukan konfirmasi tren dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk yang kuat. Tujuannya ialah untuk menghindari kemungkinan terjadinya pembalikan tren atau reversal.
Baca juga: Jenis-Jenis Reversal Pattern yang Wajib Kamu Ketahui!
Sebagaimana telah dijelaskan dalam poin pembahasan mengenai prinsip dow theory, terdapat 3 fase tren primer yang dapat dibedakan berdasarkan jenis tren perdagangan – bearish atau bullish.
Secara umum, tiga fase pergerakan menurut prinsip dalam dow theory adalah sebagai berikut:
(Sumber: TradingView)
Pada fase ini, para investor atau pelaku perdagangan memasuki pasar untuk melakukan transaksi berdasarkan opini pasar pada saat tertentu. Masuknya para investor atau trader ini didorong oleh dua macam motivasi, yakni untuk melakukan transaksi penjualan atau pembelian instrumen investasi.
Ketika para investor atau trader hendak melakukan transaksi penjualan, maka tren primer bearish mungkin akan terjadi, dan fase ini disebut fase distribusi. Sebaliknya, ketika para investor atau trader sebagian besar melakukan transaksi pembelian, maka tren primer bullish akan terjadi dan fase ini disebut dengan istilah fase akumulasi.
Fase kedua yang terjadi adalah partisipasi publik, dimana terdapat lebih banyak investor atau trader yang memasuki pasar. Kondisi ini nantinya akan berdampak terhadap kondisi pasar dan mempengaruhi tinggi rendahnya harga aset.
Terakhir, fase kepanikan atau fase kelebihan. Fase kepanikan terjadi ketika kemungkinan tren bearish menguat. Sebaliknya, fase kelebihan terjadi ketika kemungkinan tren bullish menguat dan berdampak terhadap meningkatnya spekulasi pasar yang mendorong investor untuk memperoleh lebih banyak keuntungan.
Dalam dunia perdagangan, dow theory memberikan petunjuk mengenai sinyal yang seharusnya ditangkap oleh trader sebelum melakukan transaksi jual-beli aset di pasar. Berikut ini merupakan beberapa sinyal mengenai kapan trader dapat membeli aset:
Di sisi lain, berikut ini merupakan beberapa sinyal trader untuk menjual aset, diantaranya:
Itu dia penjelasan singkat mengenai apa itu Dow Theory dan pemanfaatannya dalam trading. Semoga informasi tersebut bermanfaat!
Temukan informasi lain seputar trading di Pintu Blog dan buat kamu yang ingin belajar lebih lanjut tentang crypto, salah satu aset yang kini tengah menarik perhatian masyarakat luas dengan total investor di Indonesia mencapai 16,27 orang per September 2022, kunjungi Pintu Akademi.
Pintu adalah aplikasi jual beli crypto di Indonesia di mana kamu bisa berinvestasi mulai dari Rp11.000 saja secara mudah. Download Pintu di sini.
Referensi: