Apa itu Decentralized Cloud Storage?

Update 26 Oct 2023 • Waktu Baca 6 Menit
Gambar Apa itu Decentralized Cloud Storage?
Reading Time: 6 minutes

Ketika kita berurusan dengan banyak data besar, biasanya kita menuju ke layanan penyimpanan seperti Google Cloud atau AWS sebagai pilihan utama. Namun, penyedia penyimpanan data konvensional ini sering kali mengenakan biaya tinggi, terutama ketika kapasitas penyimpanan yang dibutuhkan meningkat. Di dunia Web3, ada alternatif yang menjanjikan: Decentralized Cloud Storage (DCS). DCS adalah sistem penyimpanan data terdesentral yang tidak hanya dapat mengatasi tantangan penyimpanan data yang mahal, tetapi juga menawarkan berbagai manfaat lainnya. Artikel ini akan mengulas lebih dalam apa itu Decentralized Cloud Storage, cara kerjanya, dan apa saja contoh proyek dalam bidang ini.

Ringkasan Artikel

  • ☁️ Decentralized Cloud Storage (DCS) adalah sistem penyimpanan data yang terdesentralisasi, di mana data disimpan di berbagai node yang tersebar di seluruh jaringan, bukan di satu lokasi sentral.
  • 🔐 Tujuan DCS adalah memberikan keamanan dan kepemilikan data yang lebih besar kepada pengguna untuk menghilangkan ketergantungan pada penyedia terpusat seperti AWS atau Google Cloud.
  • 🌟 Cara kerja DCS melibatkan enkripsi data, pemisahan data ke dalam bagian-bagian kecil, dan distribusi data ke berbagai node. Hal ini dapat meningkatkan keamanan, privasi, dan ketersediaan data.
  • 🤩 Beberapa contoh proyek dalam bidang DCS seperti Filecoin, Arweave, Storj, dan Siacoin.

Apa itu Decentralized Cloud Storage (DCS)?

Decentralized Cloud Storage (DCS) adalah sistem penyimpanan data secara terdesentral di seluruh jaringan komputer (nodes) yang saling terhubung. Data tidak disimpan di satu lokasi sentral atau server pusat, melainkan data dibagi dan disimpan ke sejumlah nodes yang tersebar di seluruh jaringan global.

Setiap node dalam jaringan memiliki salinan data yang sama. Ini menciptakan redundansi yang tinggi dan memastikan data tetap aman bahkan jika beberapa node mengalami kegagalan atau serangan.

Decentralized Cloud Storage juga sering disebut sebagai Web3 storage karena melibatkan penyimpanan data menggunakan blockchain melalui jaringan-jaringan terdistribusi. Beberapa contoh proyek dalam bidang DCS adalah Filecoin, Arweave, Storj, Siacoin, dan lain-lain.

Tujuan dari penyimpanan data terdesentral ini adalah untuk memastikan data-data diamankan dengan baik dan menawarkan kepemilikan yang sebenarnya kepada pengguna karena mereka benar-benar mengendalikan data mereka.

Dengan demikian, pengguna tidak lagi bergantung pada satu entitas pusat untuk menyimpan data, seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, atau Microsoft Azure. Hal ini karena penyimpanan terpusat berisiko atas pelanggaran data dan privasi serta penyensoran data.

Cara Kerja Decentralized Cloud Storage

Sumber: LeewayHertz

Secara umum, penyimpanan data pada DCS terdiri dari tiga langkah: enkripsi, pemisahan, dan pendistribusian data.

Berikut adalah cara kerja penyimpanan data pada Decentralized Cloud Storage:

  • Enkripsi: Ketika kamu menyimpan data di platform DCS, data tersebut akan dienkripsi secara otomatis oleh sistem platform. Enkripsi adalah proses mengubah data menjadi format yang hanya bisa dibaca dengan kunci enkripsi yang tepat. Tanpa kunci (private key) dan izin yang valid, tidak ada yang bisa melihat data.
  • Pemecahan data: Setelah data terenkripsi, data kemudian dipecah menjadi bagian-bagian lebih kecil, disalin dan disimpan oleh nodes yang berbeda. Setiap node hanya memiliki beberapa potongan data (tidak utuh). Kamu tidak perlu mempercayai penyedia DCS karena mereka tidak dapat melihat data kamu meskipun mereka menginginkannya.
  • Penyebaran ke Nodes: Setelah data dienkripsi dan dipecah, potongan data disebarkan ke berbagai node dalam jaringan terdesentralisasi global. Artinya, data kamu tidak disimpan di satu tempat. Node-node ini dipilih secara acak berdasarkan latensi dan reputasi lokalnya.

Beberapa salinan dari potongan data dapat ditempatkan di berbagai node untuk meningkatkan redundansi. Ini memastikan bahwa data tetap tersedia bahkan jika beberapa node mengalami kegagalan.

Untuk mengakses data kembali atau rekonstruksi data, kamu perlu memiliki kunci enkripsi yang sesuai. Ini memastikan hanya pemilik data yang memiliki akses ke data tersebut.

Perbedaan Centralized Cloud Storage dengan Decentralized Cloud Storage

Sumber: Messari

Penyimpanan data terpusat dan penyimpanan data terdesentral adalah dua model penyimpanan data yang memiliki perbedaan signifikan.

Penyedia layanan DCS bersaing dengan penyedia penyimpanan terpusat berdasarkan biaya. Biaya pembangunan pusat data yang tinggi pada penyimpanan data terpusat memungkinkan penyedia layanan besar seperti Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, atau Microsoft Azure untuk mengenakan biaya premium. Ini berbeda dengan DCS yang memanfaatkan kapasitas penyimpanan tidak terpakai di seluruh dunia, dari perusahaan hingga individu, untuk menyediakan layanan penyimpanan yang lebih ekonomis.

Dari gambar di atas, penyimpanan terpusat, seperti AWS, membebankan biaya 23 dolar AS per terabyte per bulan untuk 50 TB data dengan layanan penyimpanan S3 mereka. Sementara itu, penyedia penyimpanan terdesentralisasi menawarkan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan penyedia terpusat.

Di samping itu, pada model penyimpanan data terpusat, data disimpan di pusat data yang dimiliki dan dioperasikan oleh penyedia layanan besar. Sedangkan model DCS, data didistribusikan di seluruh jaringan peer-to-peer global dari node yang dioperasikan secara individual, bukan di satu pusat data terpusat.

Pengguna layanan DCS memiliki opsi untuk membayar biaya layanan menggunakan aset crypto yang sesuai dengan platform mereka. Sebagai imbalan atas kontribusi penyedia penyimpanan, operator node juga menerima aset crypto. Langkah ini bertujuan untuk menjaga kekuatan dan aktifitas jaringan.

Keuntungan Menggunakan Decentralized Cloud Storage

  • Keamanan yang Lebih Tinggi: Dengan DCS, data dienkripsi dan tersebar di banyak node. Ini membuatnya lebih sulit bagi pihak luar untuk mengakses atau mencuri data. Sebagai contoh, pada platform Storj, data dipecah menjadi 80 bagian dan untuk merekonsruksi data, perlu 30 bagian. Hal ini sangat sulit bagi pihak yang tidak memiliki kunci enkripsi untuk menggabungkan bagian-bagian tersebut.
  • Privasi: Data kamu terenkripsi secara end-to-end, sehingga tidak ada pihak, termasuk penyedia layanan, yang dapat mengakses atau memata-matai data kamu.
  • Biaya yang Lebih Efisien: DCS seringkali lebih ekonomis karena memanfaatkan sumber daya yang ada, seperti kapasitas penyimpanan yang tidak terpakai pada komputer pribadi atau server peserta dalam jaringan.
  • Ketahanan Data: Karena data tersebar di seluruh dunia, penyimpanan terdesentral (DCS) lebih tahan terhadap bencana alam atau peristiwa luar biasa yang dapat memengaruhi pusat data sentral.

Contoh Proyek Decentralized Cloud Storage (DCS)

Sumber: Messari

1. Filecoin (FIL)

Filecoin adalah platform penyimpanan yang dibangun di atas InterPlanetary File System (IPFS), sebuah protokol untuk menyimpan dan mentransfer data.

Platform ini juga merupakan sebuah marketplace untuk layanan penyimpanan data. Pengguna dapat memilih harga dan keandalan penyimpanan yang mereka inginkan. Filecoin memberikan insentif kepada penyedia penyimpanan dengan memberikan token FIL sebagai kompensasi, dan pengguna membayar untuk penggunaan penyimpanan ini.

Dengan menggunakan bukti kriptografi seperti Proof-of-Replication dan Proof-of-Spacetime, Filecoin memastikan keamanan dan ketersediaan data. Platform ini menciptakan persaingan di pasar penyimpanan data yang menawarkan harga lebih baik dan kualitas lebih tinggi.

Pada platform ini, pengguna juga dapat membayar biaya tambahan untuk pengambilan data yang lebih cepat.

2. Arweave (AR)

Arweave adalah platform penyimpanan data terdesentralisasi yang memanfaatkan blockweave untuk menyediakan penyimpanan data yang dapat diskalakan, tangguh, dan efisien. Blockweave adalah struktur data inovatif yang lebih efisien daripada blockchain tradisional.

Arweave menggunakan model “bayar sekali, simpan selamanya” di mana pembayaran satu kali mencakup biaya penyimpanan data untuk selamanya, tanpa biaya tambahan untuk mengambil data tersebut.

Dikutip dari Messari, sebagian kecil dari setiap biaya transaksi penyimpanan langsung masuk ke penambang, sementara sisanya masuk ke dalam protokol Storage Endowment. Biaya tersebut digunakan untuk membayar penambang Arweave dari waktu ke waktu, menjamin setidaknya 200 tahun penyimpanan.

3. Sia (SC)

Sia adalah platform penyimpanan data yang memprioritaskan privasi pengguna dan menawarkan solusi penyimpanan dengan biaya yang jauh lebih murah daripada layanan penyimpanan data tradisional.

Platform storage ini menggunakan smart contract berbasis blockchain untuk memastikan pengguna dan penyedia penyimpanan (host) memenuhi kewajiban mereka. Ketika mereka sepakat melakukan transaksi penyimpanan data, pengguna dan host masing-masing menyetorkan Siacoin (SC) ke dalam akun escrow. Kemudian, host harus memberikan bukti kriptografi bahwa ia menyimpan data yang dibutuhkan.

File yang diunggah pengguna lalu dibagi menjadi 30 bagian kecil (segmen) yang didistribusikan ke berbagai nodes. Untuk merekonstruksi file asli, Sia hanya membutuhkan 10 segmen saja.

4. Storj (STORJ)

Storj menggunakan blockchain Ethereum untuk memfasilitasi pembayaran dan transaksi. Di samping itu, Storj juga menggunakan jaringan terdesentralisasi, Tardigrade, untuk penyimpanan data yang tahan lama dan aman. Basis kode mereka adalah open source, dan token STORJ memainkan peran penting dalam ekosistemnya.

Ketika mengunggah data ke Storj, data dipecah menjadi 80 segmen terenkripsi dan didistribusikan secara global. Untuk merekonstruksi data kembali, Storj membutuhkan 30 segmen dari file tersebut.

Baca juga: Apa itu Render Network (RNDR)? Layanan Rendering Berbasis Blockchain.

Kesimpulan

Penyimpanan terpusat berisiko pelanggaran data, privasi, dan penyensoran. Penyimpanan terdesentralisasi (DCS) memecahkan masalah ini dengan mendistribusikan data pada node terdistribusi untuk meningkatkan keamanan dan ketersediaan data.

Meskipun DCS masih terus dikembangkan, teknologi ini menawarkan solusi yang layak dengan dukungan blockchain. Perlu lebih banyak penelitian dan pengembangan di bidang ini, tetapi DCS telah digunakan di dunia nyata melalui proyek seperti Filecoin, Storj, dan lain-lain.

Referensi

  1. Sami Kassab, Seth Bloomberg, dan Mihai Grigore, The Essential Guide to Decentralized Storage Networks, Messari, diakses 24 Oktober 2023.
  2. Finn Miller, Top 6 Decentralized Storage Platforms for Storing Data on the Blockchain, Dailycoin, diakses 24 Oktober 2023.
  3. Kyle Reidhead, Is Decentralized Cloud Storage the Next Big Web3 Industry? Web3 Academy, diakses 25 Oktober 2023.
  4. LeewayHertz Team, A Detailed Overview of Decentralized Cloud Storage, LeewayHertz, diakses 25 Oktober 2023.
Penulis:Ginisita Dofany

Bagikan