Limit Order menjadi salah satu fitur yang wajib digunakan ketika melakukan transaksi jual-beli aset crypto. Dengan memastikan harga penjualan atau pembelian sesuai rencana yang sudah disiapkan, investor dapat mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh. Namun, bagaimana cara menentukan target harga pada limit order? Ingin tahu cara menggunakan limit order layaknya trader profesional? Semua jawabannya ada di artikel berikut!
Limit Order adalah sebuah fitur yang memungkinkan pengguna untuk membeli atau menjual aset pada harga tertentu. Dengan Limit Order, eksekusi pembelian atau penjualan aset akan dilakukan secara otomatis melalui sistem ketika harga aset mencapai harga yang sudah ditentukan. Adapun, Limit Order terbagi menjadi dua macam yakni buy limit order (pesanan batas beli) dan sell limit order (pesanan batas jual).
Kamu bisa mempelajari lebih lanjut secara mendalam soal limit order melalui artikel berikut.
Fitur limit order tak hanya berguna untuk mempermudah proses jual-beli aset secara otomatis, namun ia juga bisa digunakan sebagai strategi untuk mengoptimalkan trading. Lalu, kapan waktu yang paling ideal bagi trader atau investor untuk menggunakan Limit Order?
Waktu yang paling ideal untuk menggunakan Limit Order adalah ketika harga sedang bergerak secara cepat, baik menguat ataupun melemah. Jika pengguna menggunakan market order, maka ada kemungkinan ia mendapatkan harga yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Pasalnya market order akan mengutamakan kecepatan agar order yang dibuat segera terpenuhi.
Sementara dengan menggunakan Limit Order, pengguna bisa membeli atau menjual asetnya dengan harga yang ia inginkan. Pada fase bullish, penggunaan limit order jual bisa membantu investor menjual asetnya di harga yang paling tinggi. Sementara pada fase bearish, investor bisa menggunakan limit order beli untuk mendapatkan aset dengan harga yang paling rendah.
Selain untuk memanfaatkan momentum jangka pendek, Limit Order juga bisa digunakan untuk jangka panjang selama investor sudah memiliki target harga beli atau jual yang spesifik.
Fitur Limit Order memang sangat mudah digunakan karena kita hanya perlu mengatur harga sesuai yang diingikan. Namun, bagian yang cukup sulit adalah menentukan target harga yang paling tepat.
Dalam menentukan harga pada limit order jual, cara termudah adalah menggunakan presentase seberapa besar keuntungan yang ingin diperoleh. Namun, sepenuhnya mengandalkan metode ini cukup tricky. Idealnya adalah diikuti dengan perhitungan yang matang sehingga memperbesar peluang target harga tersebut bisa tercapai.
Misalnya, kamu membeli SOL ketika berada di US$ 19 dan menginginkan keuntungan 40%. Dengan demikian, kamu hanya perlu mengatur limit order jual di US$ 26,6 atau pada harga yang lebih tinggi 40% dari harga pembelian. Hanya saja, tanpa adanya perhitungan, waktu terisinya order tersebut akan lebih sulit diprediksi. Karena bisa saja, dalam satu momentum, harga SOL ternyata hanya menguat hingga 30%. Jadi cara ini akan lebih cocok bagi investor jangka panjang, yang tidak mempermasalahkan durasi tercapainya limit order mereka.
Metode lain yang bisa digunakan dalam menentukan target harga Limit Order adalah dengan menggunakan level support dan resistance. Sebelumnya, kamu bisa mempelajari soal support dan resistance melalui artikel Pintu Academy berikut. Idealnya, lakukan pembelian pada area support, dan kemudian menjualnya ketika memasuki area resistance.
Monica adalah seorang trader jangka pendek. Belum lama ini, ia melakukan pembelian BTC di level US$ 25.500. Tak lama setelah pembelian, BTC berada dalam tren positif. Ia pun bersiap untuk mengambil keuntungan dengan menggunakan Limit Order agar eksekusinya bisa berjalan sesuai rencana.
Indikator di bawah ini memperlihatkan BTC berada dalam tren bullish, namun dua candle terakhir memperlihatkan tekanan jual yang tinggi. Hal tersebut bisa menjadi sinyal berakhirnya tren kenaikan harga. Untuk mengonfirmasi apakah akan terjadi tren downtrend, Monica menggunakan indikator Exponential Moving Average (EMA).
Dalam menentukan target harga untuk limit order jual pada kasus ini, ia menggunakan EMA 55 hari sebagai titik support. Idenya adalah jika BTC ditutup melewati EMA 55 hari yang berada di US$ 27.120 maka mengonfirmasi akan terjadinya tren downtrend. Hal tersebut sekaligus memperlihatkan BTC kesulitan menembus titik 27.200, menjadikannya sebagai area resistance.
Dengan begitu, Monica bisa memasang target harga untuk limit order jual di sekitar titik EMA 55 hari tersebut, level US$ 27.100 misalnya. Jadi, jika BTC bergerak melewati EMA 55 hari dan kembali ke area US$ 26.000, Monica sudah berhasil memanfaatkan limit order jual di area resistance dan memaksimalkan trading-nya.
Indikator lain yang bisa digunakan untuk memprediksi area support dan resistance adalah Fibonacci Extension. Cara menggunakannya pun cukup mudah, tinggal petakan titik tertinggi dan dan terendah. Untuk contoh kasus ini, kita akan menggunakan pergerakan ETH. Pada grafik di bawah, US$ 2.029 adalah titik tertinggi, dan US$ 1.510 adalah titik terendah. Rentang ini digambarkan 0-100%.
Fibonacci extensions berisi semua level fibonacci retracement yang melebihi level standar 100%. Fibonacci extensions memprediksi bahwa sebuah pergerakan akan naik hingga mencapai level Fibonacci 161,8% atau 261,8% dan kemudian berbalik arah.
Terlihat bahwa level 100% pada fibonacci extensions berikut ada di US$ 1.510 (area berwarna abu-abu). Mengingat harga ETH pada penutupan minggu sebelumnya ada di US$ 1.602, maka level US$ 1.510 bisa dijadikan target price untuk limit order beli. Pasalnya, jika tren koreksi berlanjut, akan ada kemungkinan ETH menuju ke area support tadi, menjadikan area yang tepat untuk melakukan pembelian. Area pembelian berikutnya juga bisa di rentang US$ 1.190 – US$ 1.510 (Fibonaci 161,8%) jika level support awal tadi tertembus.
TradingView menjadi salah satu senjata andalan bagi trader yang ingin melakukan analisis teknikal. Cari tahu cara menggunakannya di sini.
Setelah mengetahui cara menentukan target harga untuk Limit Order, timbul pertanyaan berikutnya: bagaimana cara menggunakan limit order secara efektif? Tenang, berikut ini adalah beberapa tips dalam menggunakan Limit Order:
Sama seperti strategi investasi dan trading pada umumnya, tentukan tujuan dan rencana trading terlebih dahulu. Investor harus tahu lama jangka waktu dalam memegang aset tersebut. Apakah ingin menjual aset tersebut dalam jangka waktu pendek, menengah, atau panjang. Jangka waktu tersebut akan menentukan strategi Limit Order yang digunakan.
Lakukan analisis kondisi pasar untuk memahami situasi yang paling optimal saat ini. Apakah waktunya sudah tepat untuk masuk atau keluar. Kombinasikan analisis teknikal dan fundamental. Penting mengetahui kondisi fundamental seperti makroekonomi atau kebijakan moneter bank sentral karena akan menentukan arah pasar. Sementara analisis teknikal seperti support dan resistance bisa digunakan untuk menetukan titik masuk dan keluar seperti yang sudah dicontohkan.
Dalam menggunakan Limit Order, ada baiknya trader memecah order-nya dalam beberapa bagian yang lebih kecil. Alih-alih membeli aset di harga US 1.000 dengan seluruh modal yang dipunya, kamu bisa membaginya ke dalam order yang lebih kecil. Misalnya, 50% dari modal untuk memasang limit order beli ketika harganya di US$ 1.000, lalu sebesar 25% untuk masing-masing harga US$ 975 dan US$ 950.
Hal yang sama juga bisa diterapkan ketika menetapkan limit order jual. Cara ini bisa membuat kamu mendapatkan rata-rata harga beli yang lebih rendah atau harga jual yang lebih tinggi.
Limit Order hanya bisa dieksekusi jika terdapat likuiditas (pasokan dan permintaan) yang mencukupi. Sebagai contoh, harga aset Synthetix saat ini sebesar US$ 2 dan seorang trader memasang limit order jual di US$ 3,5 senilai US$ 10.000. Ketika harga aset Sythetix mencapai level tersebut, ternyata permintaan beli hanya senilai US$ 12.000. Seiring order yang ditempatkan tadi tidak terisi, maka limit order jual pun tidak tereksekusi. Oleh sebab itu, pastikan untuk mencari aset dengan likuiditas yang tinggi agar Limit Order dapat bekerja secara optimal.
Ketika menggunakan limit order jual, jangan sekadar pasang target price. Jangan lupa untuk memasang stop loss sebagai tindakan preventif jika pasar berbalik arah. Apalagi, jika kamu jenis investor yang tolerasi risikonya tidak terlalu tinggi.
Misalnya, kamu telah membeli BTC di level US$ 18.000 dan kemudian memasang limit order jual di US$ 22.000. Namun tiba-tiba tren berbalik arah dan harga BTC justru terkoreksi ke bawah US$ 18.000. Jika kamu memasang stop loss di US$ 17.800, kamu bisa menghindari risiko kerugian yang lebih besar jika ternyata tren koreksi berlanjut.
Tak ada satu pun yang bisa memprediksi pasar. Selalu terdapat kemungkinan harga bergerak secara drastis dan tiba-tiba, terlebih di pasar crypto. Terlalu bergantung pada Limit Order bisa membatasi peluang yang bisa didapat.
Sebagai contoh, Reno memasang limit beli pada aset Uniswap di US$4. Tak berapa lama, harga asetnya jatuh dari US$4,5 menjadi US$3 karena sentimen negatif. Seiring dengan target harga yang tercapai, Reno berhasil mendapatkan Uniswap di harga US$4. Namun, jika ia segera membatalkan Limit Order tersebut, Reno bisa mendapatkan Uniswap dengan harga lebih murah.
Ada kalanya, limit order jual tak kunjung terisi tapi trader berada di posisi untung. Misalnya, Reno beli aset di harga US$ 200 dan memasang sell order US$ 300. Ternyata harga aset tersebut bertahan lama di area US$ 280 dan kesulitan untuk naik. Bagi trader oportunis, karena khawatir harga justru turun atau perlu waktu yang lebih lama mencapai target harga tersebut, mereka langsung merealisasikan keuntungan dan menjual asetnya di harga US$ 280.
Jika tradingmu merugi jangan panik, segera lakukan hal ini agar bisa bangkit dari kerugian besar!
Limit Order tidak hanya menjadi fitur yang memudahkan bagi para penggunanya untuk melakukan jual beli aset crypto. Namun, ia juga bisa digunakan sebagai alat bantu mengoptimalkan strategi trading. Limit Order sangat ideal digunakan ketika harga sebuah aset crypto bergerak cepat, baik dalam tren bullish dan bearish.
Dalam menentukan target harga pada Limit Order, pengguna dapat mengandalkan area support dan resistance dan indikator teknikal lainnya. Namun, pengguna tetap harus melakukan analisis fundamental untuk memahami kondisi pasar dan mengetahui tren momentum. Lalu bagiamana cara menggunakan Limit Order secara efektif? Bisa dengan cara memecah order menjadi beberapa bagian, memastikan ketersediaan likuiditas, mengombinasikannya dengan stop loss dan strategi trading lainnya. Namun, sebaiknya investor tidak bergantung sepenuhnya pada Limit Order karena pasar crypto memiliki volatilitas yang tinggi.
Pintu kini sudah mempunyai fitur Limit Order sehingga bisa membuat pengalaman trading kamu lebih maksimal. Kamu bisa menjajal cara menggunakan target harga untuk Limit Order dan berbagai tips di atas.
Saat ini, kamu bisa menggunakan Limit Order untuk ke-17 token berikut: PTU, BNB, GALA, LPT, SNX, APT, REN, WLD, XRP, DOGE, ACH, COMP, AUCTION, CRV, LTC , MATIC dan LDO. Aset crypto favorti kamu belum ada? Tenang, Pintu akan terus menambah token yang didukung Limit Order secara berkala.
Aplikasi Pintu juga kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Bagikan