Seiring dengan adanya penggunaan dan pemanfaatan aset atau aktiva tetap, nilai aktiva tetap akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Weygand, Kieso, dan Kimmel (2005) mengklasifikasikan metode dan cara menghitung penyusutan aktiva tetap ke dalam 3 metode, yaitu metode garis lurus, units of activity, dan declining balance. Simak selengkapnya di bawah ini!
Baca juga: Perbedaan Aktiva dan Pasiva dalam Akuntansi
Berdasarkan metode ini, besarnya penyusutan atau depresiasi sama untuk setiap tahun masa manfaat dari aset. Dengan menggunakan metode garis lurus, nilai depreciable cost (nilai yang dijadikan dasar penyusutan) selanjutnya dibagi dengan masa manfaat aset.
Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / Manfaat Aset (t)
Keterangan:
Biaya Perolehan Aset = biaya yang dikeluarkan ketika membeli aset tersebut
Nilai Residu = nilai aset di masa akhir gunanya
Manfaat Aset (t) = rentang periode/waktu aset tersebut bisa digunakan oleh perusahaan.
Diketahui harga sebuah mesin senilai Rp100.000.000, dengan nilai residu sebesar Rp20.000.000. Diperkirakan mesin tersebut bisa digunakan selama 5 tahun. Berapa nilai penyusutan metode garis lurus dari aset tersebut?
Dengan menggunakan rumus sebelumnya,
Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / Manfaat Aset (t)
Penyusutan = (Rp100.000.000 – Rp20.000.000) / 5
Penyusutan = Rp16.000.000
Nilai penyusutan mesin tersebut adalah sebesar Rp16.000.000/tahunnya.
Berdasarkan metode units of activity, masa manfaat dinyatakan dalam total unit produksi, bukan sebagai periode waktu. Metode ini cocok digunakan untuk mesin pabrik dan tidak cocok untuk bangunan atau perabot karena penyusutan kedua aset tersebut lebih merupakan fungsi dari waktu dibandingkan penggunaan.
Penyusutan per Unit = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / Manfaat Aset
Keterangan:
Biaya Perolehan Aset = biaya yang dikeluarkan ketika membeli aset tersebut
Nilai Residu = nilai aset di masa akhir gunanya
Manfaat Aset = total unit produksi yang dihasilkan oleh aset tersebut sebelum masa gunanya berakhir
Diketahui harga sebuah mesin senilai Rp100.000.000, dengan nilai residu sebesar Rp20.000.000. Diperkirakan mesin tersebut bisa digunakan untuk memproduksi 100 produk. Berapa nilai penyusutan metode units of activity dari aset tersebut?
Dengan menggunakan rumus sebelumnya,
Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / Manfaat Aset
Penyusutan = (Rp100.000.000 – Rp20.000.000) / 100
Penyusutan = Rp800.000
Nilai penyusutan mesin tersebut adalah sebesar Rp800.000 untuk tiap produk yang dihasilkan oleh mesin tersebut.
Baca juga: Bagaimana Langkah Investasi Crypto di Pintu?
Metode ini menggunakan depresiasi periodik yang didasarkan pada nilai buku menurun dari aset. Beban penyusutan tahunan dihitung dengan mengalikan nilai buku pada awal tahun berjalan dengan tarif penyusutan saldo menurun.
Pada metode ini, nilai depresiasi akan relatif tinggi di tahun-tahun awal dan semakin mengalami penurunan seiring dengan umur aset yang semakin tua.
Penyusutan per Unit = (Nilai Buku Bersih – Nilai Residu) x Tingkat Depresiasi (%)
Untuk bisa menghitung penyusutan dengan metode Declining Balance, kamu perlu menghitung nilai aset di akhir periode untuk tiap tahunnya.
Sebagai contohnya, apabila diketahui sebuah mesin dibeli dengan harga Rp11.000.000, dengan nilai residu sebesar Rp1.000.000 dan tingkat depresiasi sebesar 20%, serta mesin bisa digunakan selama 4 tahun, maka berapa nilai penyusutannya apabila digunakan Metode Declining Balance?
Penyusutan = (Nilai Buku Bersih – Nilai Residu) x Tingkat Depresiasi (%)
Penyusutan = (Rp11.000.000 – Rp1.000.000) x 20%
Penyusutan = Rp2.000.000
Sementara itu, nilai aset di akhir tahun pertama adalah:
= Nilai Buku Bersih – Nilai Residu – Penyusutan Tahun 1
= Rp11.000.000 – Rp1.000.000 – Rp2.000.000
= Rp8.000.000
Penyusutan = (Nilai Aset di Akhir Periode 1) x Tingkat Depresiasi (%)
Penyusutan = Rp8.000.000 x 20%
Penyusutan = Rp1.600.000
Sementara itu, nilai aset di akhir tahun kedua adalah:
= Nilai Aset di Akhir Periode 1 – Penyusutan Tahun 2
= Rp8.000.000 – Rp1.600.000
= Rp6.400.000
Penyusutan = (Nilai Aset di Akhir Periode 2) x Tingkat Depresiasi (%)
Penyusutan = Rp6.400.000 x 20%
Penyusutan = Rp1.280.000
Sementara itu, nilai aset di akhir tahun ketiga adalah:
= Nilai Aset di Akhir Periode 2 – Penyusutan Tahun 3
= Rp6.400.000 – Rp1.280.000
= Rp5.120.000
Penyusutan = (Nilai Aset di Akhir Periode 3) x Tingkat Depresiasi (%)
Penyusutan = Rp5.120.000 x 20%
Penyusutan = Rp1.024.000
Sementara itu, nilai aset di akhir tahun keempat adalah:
= Nilai Aset di Akhir Periode 3 – Penyusutan Tahun 4
= Rp5.120.000 – Rp1.024.000
= Rp4.096.000
Dari contoh cara menghitung penyusutan aktiva tetap dengan metode declining balance di atas, bisa dilihat bahwa tingkat penyusutan per tahunnya berbeda karena nilai buku bersih dianggap baru untuk tiap tahunnya setelah dikurangi depresiasi dari tahun sebelumnya.
Nah, itulah pembahasan singkat mengenai metode dan cara menghitung penyusutan aktiva tetap beserta contohnya. Cukup mudah dipahami, bukan?
Berbicara tentang aset, investasi menjadi salah satu cara terbaik untuk memperoleh penghasilan tambahan dari aset kamu. Belakangan ini, investasi crypto pun sedang menarik minat banyak orang. Untuk kamu yang tertarik berinvestasi dan trading crypto, download Pintu sekarang! Jual beli crypto di Pintu bisa mulai dari Rp11.000 saja, lho!
Referensi:
Accounting Coach, What is the units-of-activity depreciation? Diakses tanggal: 28-12-2021.
Corporate Finance Institute, Straight Line Depreciation. Diakses tanggal: 28-12-2021.
Wall Street Mojo, Declining Balance Method. Diakses tanggal: 28-12-2021.