Bagi perusahaan, memastikan keakuratan nilai persediaan yang dimiliki merupakan hal yang penting lebih dari sekedar memenuhi standar pelaporan keuangan. Memastikan nilai persediaan yang akurat juga berarti memastikan ketersediaan stok barang yang dibutuhkan konsumen agar dapat memenuhi permintaan yang datang sewaktu-waktu.
Artikel berikut ini akan membahas tentang empat metode penilaian persediaan yang umum digunakan oleh perusahaan, yakni FIFO, LIFO, FEFO, dan weighted average. Yuk, simak bersama!
Metode FIFO (first-in-first-out) adalah salah satu metode perpetual untuk menghitung dan menilai sisa persediaan di gudang. Metode ini dilandasi adanya asumsi bahwa stok barang yang pertama kali masuk menjadi barang yang pertama kali keluar dari gudang. Dengan asumsi tersebut, maka saldo akhir persediaan menurut metode FIFO akan dinilai berdasarkan harga pembelian terakhir.
Baca juga: Pengertian dan Rumus Persediaan Akhir yang Wajib Kamu Ketahui!
Berikut ini merupakan beberapa kelebihan penerapan metode FIFO, diantaranya:
Agar lebih memahami tentang metode FIFO, perhatikan contoh beringkut. PT. DCBA bergerak di bidang distributor mie instan. Di awal bulan Oktober, PT. DCBA membeli 5.000 dus mie instan seharga Rp85 ribu per dus. Di minggu berikutnya, PT. DCBA membeli sebanyak 3.000 dus seharga Rp87 ribu per dus. Apabila PT. DCBA menggunakan metode FIFO, maka gudang akan mengeluarkan mie instan seharga Rp85 ribu per dus dari stok persediaan terlebih dahulu.
Pada dasarnya, cara menghitung persediaan menggunakan metode FIFO cukup mudah yakni dengan mengalikan sisa persediaan akhir dengan harga pembelian terakhir.
Misanya, sisa saldo persediaan PT. DCBA pada 31 Oktober 2022 adalah senilai 1.500 dus mie instan dan diasumsikan PT. DCBA tidak melakukan pembelian lagi di bulan Oktober, maka saldo persediaan akhir adalah senilai Rp130.500.000 (Rp1.500 x Rp87.000).
Metode LIFO (last-in-first-out) adalah salah satu metode perpetual yang dapat digunakan untuk menghitung nilai persediaan akhir. Metode LIFO didasari oleh asumsi bahwa barang yang terakhir kali dibeli menjadi barang yang pertama keluar dari gudang.
Dengan demikian, saldo akhir persediaan yang dicatat pada laporan posisi keuangan di akhir periode akuntansi adalah senilai harga barang yang pertama kali masuk ke gudang.
Penggunaan metode LIFO untuk menghitung nilai persediaan dinilai menguntungkan dari sisi perusahaan. Pasalnya, pemilihan metode LIFO akan membuat biaya persediaan menjadi semakin besar dan hal ini bisa mengurangi keuntungan perusahaan yang tercatat pada laporan laba-rugi. Dengan demikian, maka dasar pengenaan pajak pendapatan akan semakin kecil, begitupun jumlah pajak yang dibayarkan.
Metode LIFO pada dasarnya merupakan kebalikan dari metode FIFO. Agar lebih memahami perbedaannya, mari perhatikan lagi contoh ilustrasi tentang pembelian stock PT. DCBA selama bulan Oktober pada poin sebelumnya.
Berdasarkan ilustrasi tersebut, apabila PT. DCBA memiliki penjualan selama bulan Oktober, maka gudang akan mencatat barang kedua, yakni mie instan seharga Rp87 ribu per dus sebagai barang yang pertama kali keluar.
Cara menghitung persediaan menggunakan metode LIFO dapat dilakukan dengan mengalikan antara saldo persediaan akhir dengan harga beli barang yang pertama kali masuk ke gudang.
Masih dari kasus PT. DCBA, kita misalkan bahwa di akhir bulan Oktober tercatat sisa persediaan akhir di bulan Oktober adalah sebanyak 1.500 dus, maka laporan keuangan akan mencatat sisa saldo persediaan di akhir bulan Oktober seharga Rp127.500.000 (1.500 dus x Rp85.000).
Metode FEFO (first-expiry-first-out) adalah salah satu metode pencatatan perpetual terhadap persediaan yang didasarkan atas asumsi bahwa barang di gudang akan keluar berdasarkan urutan tanggal kadaluarsanya. Sebenarnya, tak banyak perusahaan yang mengaplikasikan metode FEFO. Biasanya, metode ini digunakan oleh perusahaan yang memproduksi atau mendistribusikan bahan maupun produk-produk medis.
Baca juga: Pengertian dan Contoh Jurnal Retur Penjualan dan Pembelian, Sudah Tau?
Kendati jarang digunakan, namun sebenarnya metode FEFO memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
Agar lebih memahami penggunaan metode FEFO, perhatikan contoh berikut ini. PT. Cantik merupakan distributor resmi dari produk kosmetik A yang menjual masker wajah dan body lotion.
Pada minggu pertama bulan Oktober, PT. Cantik membeli dari pabrik produk A masker wajah sebanyak 300 paket dus yang masing-masing berisi 12 pcs seharga Rp85 ribu per dus yang diperkirakan akan kadaluarsa pada tahun 2024. Karena kekurangan stok, pada minggu kedua PT. Cantik kembali membeli dari pabrik produk A masker wajah sebanyak 200 paket dus dengan harga promo sebesar Rp75 ribu per dus yang diperkirakan akan kadaluarsa pada tahun 2023.
Berdasarkan metode FEFO, apabila terdapat penjualan maka gudang akan mengeluarkan stok masker yang akan kadaluarsa pada tahun 2023 terlebih dahulu meskipun masker wajah yang kadaluarsa pada tahun 2024 telah masuk gudang lebih awal.
Sama seperti halnya metode FIFO dan LIFO, saldo akhir persediaan menggunakan metode FEFO dapat dihitung dengan cara mengalikan antara sisa saldo dengan harga belinya. Dalam kasus PT Cantik, apabila saldo akhir persediaan tercatat sebanyak 50 dus masker yang akan kadaluarsa pada tahun 2023 dan 120 dus masker yang akan kadaluarsa pada tahun 2024, maka persediaan akan dicatat sebesar:
Sisa Saldo = (50 x Rp75.000)+(120 x Rp85.000) = Rp13.750.000
Metode weighted average adalah salah satu metode pencatatan perpetual persediaan yang dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang dari harga masing-masing produk di gudang. Jika pada metode FIFO, LIFO, dan FEFO persediaan dicatat pada harga beli masing-masing produk, maka metode weighted average produk akan dicatat pada harga rata-rata.
Metode weighted average persediaan merupakan metode perhitungan persediaan yang bisa dikatakan paling rumit dibanding metode lainnya. Metode ini menghitung harga pokok penjualan yang dibebankan berdasarkan harga rata-rata produk yang dibeli.
Hal tersebut tentunya memudahkan perusahaan dari segi pembebanan harga pokok penjualan karena tidak perlu melakukan tracing biaya pada masing-masing produk. Selain itu, besar harga pokok penjualan menjadi lebih proporsional alias tidak terlalu besar maupun kecil yang akan menguntungkan perusahaan dalam mengurangi besar biaya pajak.
Agar lebih memahami metode weighted average pada persediaan, perhatikan kembali ilustrasi PT. Cantik pada poin penjelasan tentang contoh metode FEFO. Berdasarkan metode weighted average, maka urutan keluar barang dari gudang tidaklah penting karena aliran biaya dibagi secara merata. Artinya admin gudang bisa saja mengeluarkan masker wajah yang akan kadaluarsa pada tahun 2023 terlebih dahulu untuk menghindari biaya overhead atau memilih untuk mengeluarkan masker wajah yang akan kadaluarsa di tahun 2024 terlebih dahulu sesuai urutan masuk.
Kunci penerapan metode weighted average terletak pada cara perhitungannya. Weighted average menghitung nilai persediaan dengan cara membagi antara total biaya yang dikeluarkan untuk membeli produk dan total kuantitas produk.
Pada ilustrasi PT. Cantik, maka kamu bisa menghitung nilai produk dengan cara berikut:
Apabila sebagaimana tercatat pada kasus tersebut, saldo persediaan PT. Cantik di akhir Oktober adalah sebanyak 170 dus, maka nilai persediaan yang dicatat pada laporan keuangan adalah sebesar Rp13.770.000 (170 dus x Rp81.000).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dirangkum bahwa perbedaan antara metode perhitungan antara FIFO, LIFO, FEFO, dan weighted average adalah sebagai berikut:
Perbedaan paling mencolok yang membedakan antara metode FIFO, LIFO, FEFO, dan average terletak pada urutan keluar barang dari gudang.
Berikutnya, metode FIFO, LIFO, FEFO, dan average juga memiliki perbedaan dalam menentukan dasar perhitungan persediaan akhir.
Jadi itulah perbedaan antara metode FIFO, LIFO, FEFO, dan average. Semoga informasi ini bermanfaat ya!
Temukan informasi lainnya seputar akuntansi dan finansial di Pintu Blog! Buat kamu yang ingin menumbuhkan aset dan berinvestasi, download Pintu sekarang di sini! Pintu adalah aplikasi crypto yang telah terdaftar resmi di Bappebti, di mana kamu bisa berinvestasi secara mudah mulai dari Rp11.000 saja!
Referensi: