Equity dilution adalah sebuah konsep penting yang harus dipahami oleh investor, terutama pemegang saham di suatu perusahaan. Dilution atau dilusi dapat diartikan sebagai penurunan atau pengurangan kekayaan para pemegang saham. Cari tahu lebih lanjut mengenai definisi lengkap, dampak, contoh, dan bagaimana cara menghitung equity dilution dalam artikel berikut!
Equity dilution adalah dilusi ekuitas yang terjadi saat perusahaan menerbitkan saham baru. Kebijakan ini mengakibatkan penurunan persentase kepemilikan dari para pemegang saham yang sudah ada.
Seseorang yang membeli saham sebuah perusahaan memiliki kepemilikan ekuitas di perusahaan tersebut. Selain saham yang sudah dimiliki oleh para investor, perusahaan biasanya memiliki “public float”, yaitu jumlah saham yang beredar dan diperdagangkan secara terbuka di pasar saham.
Apabila perusahaan memutuskan untuk menjual saham tambahan, maka “public float” akan meningkat dan nilai saham yang dimiliki oleh para pemegang saham awal akan menurun.
Bagaimana cara menghitung nilai intrinsik saham? Ini penjelasannya!
Perusahaan tentu saja tidak sembarangan mengeluarkan kebijakan equity dilution. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap equity dilution di antaranya adalah:
Dalam kebanyakan kasus, para pemegang saham tidak dapat mencegah terjadinya dilusi ekuitas. Akan tetapi, setiap pemegang saham berhak untuk menjual saham yang mereka miliki apabila mereka melihat dilusi ekuitas ini akan membahayakan stabilitas keuangan mereka.
Ketika perusahaan membuat kebijakan ini, jajaran eksekutif dan manajemen akan memberikan penjelasan rinci kepada para investor mengenai alasan dilusi saham yang dilakukan. Dalam tahap ini, investor dapat mempertimbangkan apakah mereka ingin terus berinvestasi di perusahaan tersebut atau tidak. Sebaliknya, perusahaan juga memberikan kebebasan kepada para investor untuk memilih melanjutkan investasi atau menjual semua saham mereka.
Equity dilution atau dilusi saham bisa mempengaruhi nilai *earning per share* (EPS) perusahaan.
Sebagai contoh, EPS perusahaan sebelum penerbitan saham baru adalah Rp50 rupiah. Kemudian setelah dilusi, nilainya bisa turun menjadi Rp20 rupiah. Namun jika dilusi saham dapat meningkatkan pendapatan perusahaan secara signifikan, maka kemungkinan EPS tidak akan terpengaruh. Ketika pendapatan perusahaan mengalami peningkatkan dari kenaikan saham yang terjual, nilai laba per saham (EPS) kemungkinan tetap konstan.
Baca juga: Bagaimana Efek Right Issue Terhadap Harga Saham?
Agar kamu lebih mudah memahami equity dilution, berikut contoh atau simulasi sebagai penggambarannya.
Perusahaan ABCD memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp10.000.000 dan memiliki 100 investor yang masing-masing memegang 100 lembar saham. Dengan demikian, setiap investor memiliki 1% saham dari perusahaan atau senilai Rp100.000. Jika perusahaan menerbitkan Rp10.000.000 saham tambahan, maka kapitalisasi pasarnya pun akan berlipat ganda menjadi Rp20.000.000. Namun persentase kepemilikan saham dari investor sebelumnya berkurang menjadi 0,5% saja per orang.
Sekilas, equity dilution mirip dengan stock split. Namun keduanya benar-benar berbeda. Dalam stock split, harga saham memang diturunkan, namun pemegang saham lama menerima saham tambahan sehingga nilai investasi atau kepemilikan mereka tidak berkurang. Kebijakan stock split dibuat agar perusahaan dapat menerima lebih banyak uang dari pembelian saham dan perusahaan ingin agar saham mereka dapat lebih mudah diakses oleh investor individu. Hal ini berbeda dengan equity dilution, di mana penambahan jumlah saham yang dijual ke publik justru mengurangi persentase kepemilikan pemegang saham yang lama.
Selain saham, salah satu investasi yang tengah menarik minat masyarakat luas saat ini adalah crypto. Buat kamu yang ingin memulai investasi crypto tapi bingung harus melakukannya dari mana, kunjungi Pintu Academy. Di Pintu Academy, kamu bisa belajar crypto dari nol hingga mahir. Ada pula Pintu News yang bisa menjadi sumber berita *crypto* terbaru dan terpercaya sebagai inspirasi kamu ketika berinvestasi.
Download Pintu sekarang di sini.
Referensi: