Pengertian dan Rumus Interest Coverage Ratio (ICR)

Updated
December 1, 2021
• Waktu baca 3 Menit
Gambar Pengertian dan Rumus Interest Coverage Ratio (ICR)
Reading Time: 3 minutes

Sebelum menyetujui pinjaman suatu perusahaan, bank biasanya akan menggunakan berbagai macam indikator untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar utang mereka, salah satunya adalah Interest Coverage Ratio. Simak secara lengkap pengertian dan rumus Interest Coverage Ratio dalam artikel berikut ini!

Baca juga: Apa itu Biaya Peluang dalam Investasi?

Pengertian Interest Coverage Ratio

pengertian interest coverage ratio

Dikutip dari Investopedia, Interest Coverage Ratio (ICR) adalah kombinasi antara rasio utang dan profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk menghitung seberapa mudah perusahaan dapat membayar bunga atas utang yang belum dibayar.

Istilah coverage dalam rasio ini menunjukkan berapa kali perusahaan dapat membayar bunga pinjaman menggunakan pendapatannya. Semakin tinggi tingkat coverage perusahaan terhadap biaya utang yang harus dibayar, maka semakin baik.

Secara umum, Interest Coverage Ratio atau lebih dikenal sebagai Times Interest Earned (TIE) memberikan informasi tentang kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka panjang, rasio ini dapat membantu perusahaan dalam memahami apakah utang akan menjadi beban bagi perusahaan.

Selain itu, Interest Coverage Ratio juga digunakan oleh pemberi pinjaman, investor, dan kreditur untuk menentukan risiko perusahaan terhadap jumlah pinjaman saat ini maupun di masa yang akan datang.

Rumus Interest Coverage Ratio

Cara menghitung Interest Coverage Ratio adalah sebagai berikut.

Interest Coverage Ratio = EBIT / Interest Expense

Adapun EBIT adalah earnings before interest and tax atau pendapatan bersih sebelum dikurangi bunga dan pajak, sedangkan interest expense adalah besar beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan.

Beberapa pemberi pinjaman, investor, dan kreditur juga terkadang menggunakan variasi rumus untuk menghitung Interest Coverage Ratio, yakni dengan cara mengganti EBIT dengan EBITDA atau EBIAT.

EBITDA adalah earnings before interest, tax, depreciation, and amortization atau pendapatan perusahaan sebelum dikurangi bunga pinjaman, biaya pajak, depresiasi, dan amortisasi. Dengan menggunakan EBITDA, maka rasio ICR yang dihasilkan akan menjadi lebih tinggi.

Di sisi lain, EBIAT adalah earnings before interest after tax atau pendapatan perusahaan setelah dikurangi biaya pajak namun sebelum dikurangi biaya bunga. Penggunaan EBIAT dinilai  dapat memberi gambaran yang lebih akurat mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunganya karena pajak merupakan salah satu pertimbangan penting untuk pengambilan keputusan perusahaan.

Contoh Cara Menghitung Interest Coverage Ratio

PT. SJC merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi selai buah untuk kemudian didistribusikan ke seluruh wilayah di dalam negeri. Tahun 2021, perusahaan berniat untuk memperluas wilayah operasi perusahaan. Oleh karena itu, pihak manajemen mengajukan pinjaman pada bank untuk membeli mesin pengalengan.

Besar pendapatan PT. SJC sebelum dipotong biaya bunga dan pajak adalah sebesar USD 50.000 dan besar biaya bunga diperkirakan sebesar USD 15.000. Maka nilai ICR dari perusahaan tersebut adalah sebagai berikut.

Interest Coverage Ratio = EBIT / Interest Expense

Interest Coverage Ratio = USD 50.000 / USD 15.000 = 3,33

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh bahwa rasio ICR PT. SJC adalah sebesar 3,33 yang berarti PT. SJC menghasilkan pendapatan 3,33 kali lebih banyak daripada jumlah bunga yang harus dibayar saat ini.

Contoh Analisis Interest Coverage Ratio

rumus interest coverage ratio

Dari contoh yang telah disebutkan sebelumnya, PT. SJC dianggap cukup mampu membayar bunga atas utangnya dan memiliki risiko yang rendah terhadap gagal bayar bunga pinjaman karena penghasilannya masih cukup untuk membayar tagihan.

Meski demikian, perlu dicatat bahwa masing-masing perusahaan di industri yang berbeda juga memiliki tingkat coverage yang berbeda pula.

Perusahaan yang tergolong mapan dan mendapatkan fasilitas dari pemerintah biasanya memiliki tingkat produksi dan penghasilan yang lebih konsisten namun tingkat coverage yang lebih rendah.

Sedangkan perusahaan di bidang lain, misalnya manufaktur, umumnya memiliki tingkat produksi dan jumlah pendapatan yang lebih fluktuatif sehingga rasio coverage yang dimiliki bisa mencapai angka tiga atau bahkan lebih tinggi tergantung jumlah pendapatan pada periode tersebut.

Oleh sebab itu, pihak investor maupun pemberi pinjaman perlu melakukan evaluasi terkait hasil rasio ICR perusahaan dengan cara membandingkannya dengan perusahaan lain yang bergerak pada bidang industri yang sama.

Angka minimum ICR yang dianjurkan adalah sebesar 2. Namun, pihak investor maupun pemberi pinjaman umumnya menetapkan nilai ICR perusahaan sebesar minimum 3 sebagai batas aman.

Nah, itu dia penjelasan singkat mengenai pengertian dan rumus Interest Coverage Ratio hingga contoh analisisnya yang sangat bermanfaat bagi kreditur dan investor. Cukup mudah dipahami, bukan?

Berbicara tentang investasi, belakangan ini semakin banyak jenis investasi yang beredar di pasaran, mulai dari saham, forex, deposito, hingga crypto. Investasi crypto sendiri bisa dilakukan dengan mudah di Pintu! Mulai dari Rp11.000, kamu sudah bisa membeli aset crypto pertamamu, lho!

Selamat berinvestasi!

Baca juga: Belajar Crypto Secara Gratis di Pintu Akademi

Referensi:

Adam Hayes, Interest Coverage Ratio. Diakses tanggal: 16-11-2021

Corporate Finance Institute, Interest Coverage Ratio. Diakses tanggal: 16-11-2021

Go Cardless, What is the interest coverage ratio? Diakses tanggal: 16-11-2021

J.B. Maverick, What Is a Good Interest Coverage Ratio? Diakses tanggal: 16-11-2021

My Accounting Course, Interest Coverage Ratio. Diakses tanggal: 16-11-2021

Bagikan

Artikel Terkait

Artikel Blog Terbaru

Lihat Semua Artikel ->