Dalam komunitas crypto, terdapat pepatah yang sering dilontarkan terkait menyimpan aset crypto yaitu “not your keys, not your crypto”. Maksud dari kalimat ini adalah jika kamu tidak memiliki kunci terhadap asetmu, maka dia bukan benar-benar aset milikmu. Hal ini berhubungan dengan desentralisasi dalam industri crypto, di mana kamu mempunyai kontrol penuh terhadap semua asetmu. Menyimpan aset crypto secara mandiri juga biasa disebut dengan self-custody. Artikel ini akan membahas lengkap tentang apa itu self-custody, bagaimana cara kerja self-custody, dan langkah yang perlu kamu lakukan agar asetmu aman.
Peristiwa FTX pada awal November menjadi sebuah pengingat tentang pentingnya cara kita menyimpan crypto yang kita miliki. Hal ini kembali memunculkan perdebatan tentang menyimpan aset dalam bursa pertukaran (custody wallet) atau menggunakan self-custody. Dalam dompet custodial, bursa pertukaran seperti Pintu, Binance, dan FTX bertugas menyimpan aset kripto milikmu dan menjaganya dengan aman. Semua bursa pertukaran crypto tidak memiliki hak untuk menggunakan aset crypto milikmu tanpa persetujuan. Namun, banyak orang lebih memilih memiliki kontrol penuh terhadap aset crypto-nya.
Non-custodial atau self-custody adalah situasi di mana kamu menyimpan aset crypto secara mandiri dalam sebuah dompet yang tidak disimpan atau dikuasai oleh pihak ketiga. Ini sama seperti menyimpan uang kertas di dalam dompetmu sendiri dan bukan di bank. Tujuan dan fungsi self-custody pada crypto adalah memastikan bahwa aset crypto kita tidak dikontrol oleh orang lain. Konsep self-custody sendiri sejalan dengan prinsip desentralisasi crypto di mana kita tidak lagi memanfaatkan otoritas atau perusahaan pihak ketiga.
Dalam self-custody pada crypto, kamu bisa memilih dari puluhan dompet non-custodial yang daring (online) atau pun luring (offline). Kedua jenis dompet ini memiliki kelebihan dan kekurang masing-masing yang nanti akan kita bahas. Namun, keduanya sama-sama memberikanmu kontrol terhadap aset crypto milikmu.
Kejadian FTX mengingatkan kembali kita terhadap prinsip “Not your keys, not you crypto”, dan bagaimana kita perlu memilih CEX yang tepat untuk menyimpan aset crypto. Dalam hal ini, Pintu sudah merilis laporan transparansi Pintu tentang keutuhan aset pengguna Pintu dan bagaimana kita memastikan asetmu aman.
Lalu, apa yang membuat sistem self-custody lebih aman dan lebih dipilih dibanding sistem custodial? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengerti cara kerja self-custody dan dompet non-custodial.
Dalam sistem self-custody, kamu akan menentukan password dan juga mendapatkan kunci pribadi yang biasa disebut recovery phrase atau seed phrase. Kunci pribadi ini merupakan komponen paling penting dalam sistem self-custody karena ia satu-satunya cara kamu (atau orang lain) mendapatkan akses ke dalam aset di dalamnya. Sebuah seed phrase terdiri dari 12, 18, atau 24 kata acak yang memiliki susunan spesifik. Saat ingin mengakses dompetmu, kamu harus memasukkan seed phrase dalam urutan kata yang sesuai atau kamu tidak bisa mengaksesnya.
Tahukah kamu? Seorang pria bernama James Howell membuang hard drive miliknya yang ternyata menyimpan 7.500 BTC. Howell tidak bisa mengakses BTC miliknya karena Hard drive ini menyimpan private key. Artinya Howell tidak bisa mengakses BTC senilai triliunan rupiah. Jadi, jaga private key milikmu dan jangan menjadi James Howell berikutnya!
Selain adanya kunci pribadi atau private key, dompet crypto juga memiliki public key, sebuah alamat publik yang kamu gunakan untuk menerima, mengirim aset crypto, dan juga berinteraksi dengan aplikasi terdesentralisasi. Alamat public key ini adalah alamat yang bisa kamu temukan saat mencari transaksi pada situs seperti Etherscan dan BscScan.
Lalu, kenapa alamat dompet kamu disebut sebagai public key? Ini karena ia juga berperan seperti sebuah kunci. Kamu perlu membuka kunci ini dengan menyetujui perintah “sign” setiap kali kamu berinteraksi dengan platform baru. Ini juga berguna sebagai lapisan keamanan terhadap spoofing.
Perbedaan antara custody dan non-custodial adalah di mana kamu menyimpan asetmu. Dalam cara penyimpanan custody, kamu mempercayakan aset crypto kepada bursa pertukaran terpusat (CEX) dan mereka (seharusnya) menyimpan asetmu sampai kamu jual atau pindahkan. Sementara itu, sistem non-custodial menyimpan aset dalam dompet crypto pribadi yang jadi tanggung jawab penuh dirimu sendiri.
Selain itu, menggunakan dompet custodial dalam bursa pertukaran memudahkanmu membeli, menjual, dan mengirim aset crypto karena platform CEX memang khusus dibuat untuk ini. Sementara itu, dompet crypto pribadi biasanya sedikit lebih rumit. Dalam dompet non-custodial kamu perlu memahami tentang biaya gas, cara mengirim dan menerima transaksi, dan cara berinteraksi dengan DEX yang berbeda. Namun, pada akhirnya ini dilakukan agar kamu memiliki kontrol penuh terhadap aset pribadimu.
Apakah Self-Custody Aman?
Teknologi self-custody sudah berkembang pesat sejak awal ia diciptakan. Kini, kebanyakan risiko keamanan dalam menggunakan dompet self-custody datang dari sisi pengguna. Maka dari itu, keamanan dompet pribadi crypto juga bergantung pada penggunanya untuk menyimpan private key dengan aman dan tidak berinteraksi dengan situs berbahaya.
Terakhir, dalam penyimpanan custodial pada CEX, kamu tidak perlu memisah-misahkan dompetmu karena dompet pada bursa pertukaran bisa menyimpan semua jenis aset crypto. Sementara itu, tidak semua dompet self-custody kompatible dengan banyak blockchain. Dompet digital seperti MetaMask dibuat khusus untuk token dengan format Ethereum seperti ERC20. Di sisi lain, Dompet perangkat keras seperti Ledger Nano X bisa mendukung banyak blockchain.
Kedua sistem penyimpanan aset tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan kamu perlu memilih yang sesuai denganmu. Bagian di bawah ini akan menjelaskan tentang jenis-jenis dompet self-custody.
Dompet digital crypto adalah sebuah dompet self-custody yang terkoneksi ke internet. Ia juga biasa disebut sebagai hot wallet (disebut hot karena ia terhubung dengan internet). Pada umumnya, terdapat dua jenis dompet digital yaitu dompet sebagai aplikasi seluler dan ekstensi pada browser.
Kelebihan utama self-custody dompet crypto jenis ini adalah ia ringan, gratis, dan bisa digunakan di mana saja. Kehadiran dompet digital juga salah satu alasan kenapa metode self-custody bisa dilakukan oleh siapa saja karena dompet ini hanya membutuhkan koneksi internet dan browser populer seperti Chrome, Microsoft Edge, dan Safari.
Namun, kelemahan dari dompet digital adalah permasalahan keamanan. Dompet-dompet digital ini sangat rentang terhadap modus penipuan seperti phishing, giveaway palsu, dan spoofing. Modus-modus penipuan ini biasanya melakukan dua hal yaitu berusaha mengambil private key milikmu atau membuatmu berinteraksi dengan platformnya dan menguras aset dalam dompetmu.
Contoh beberapa dompet digital: MetaMask, XDeFi, Trust Wallet, Wallet Connect, Atomic Wallet, Exodus Wallet, Argent, Phantom Wallet, dan Keplr.
Dompet fisik crypto atau hardware wallet adalah sebuah gawai khusus yang berfungsi untuk menyimpan aset crypto milikmu. Hardware wallet juga biasa disebut sebagai cold wallet karena tidak terkoneksi ke jaringan internet. Hardware wallet memiliki keamanan lebih canggih dan ia hanya bisa digunakan setelah terkoneksi menggunakan USB. Ia dianggap sebagai alat penyimpanan crypto yang paling aman. Namun, hardware wallet memiliki harga yang tidak murah (1-3 juta rupiah) dan kamu tetap bisa kehilangan asetmu apabila gawai ini hilang.
Jenis dompet fisik crypto lainnya adalah sebuah papan besi yang mencetak 24 kalimat recovery seed. Ledger menjual dompet papan besi ini dengan harga 1,5 juta di mana setiap sisi dapat menyimpan 12 kata dan setiap kata dapat diubah lewat huruf yang bisa digeser.
Selain itu, teknologi dompet fisik ini semakin canggih. Beberapa hardware wallet memberikanmu kemampuan untuk menjual dan membeli crypto langsung dari gawai ini. Kebanyakan hardware wallet juga bersifat multichain di mana kamu bisa menyimpan berbagai aset crypto dari banyak jaringan blockchain.
Contoh beberapa dompet fisik populer: Trezor, Ledger, Ellipal, dan Safepal.
Salah satu prinsip utama menggunakan dompet digital non-custodial adalah tidak menyimpan private key pada tempat yang terkoneksi dengan internet (daring). Ini terutama penting untuk dompet crypto digital seperti MetaMask. Usahakan simpan private key secara manual pada kertas atau dalam tempat yang hanya kamu yang memiliki akses.
Ini dilakukan untuk mencegah private key yang hilang akibat peretasan terhadap gawai dan melalui internet. Aplikasi seperti browser dan media sosial menjadi titik masuk yang mudah ditembus bagi peretas yang ingin mengambil private key pengguna crypto.
Hal penting lain yang bisa kamu lakukan adalah menyebarkan tempat penyimpanan aset crypto milikmu. Kamu bisa menyebarkan asetmu dalam beberapa dompet crypto yang sudah disebutkan di atas. Ini merupakan praktik keamanan dasar untuk mencegah kejadian tidak terduga. Misalnya, 50% aset kamu simpan dalam dompet fisik, 25% dalam dompet MetaMask yang biasa kamu gunakan, dan 25% sisanya dalam bursa pertukaran. Dengan ini, kamu tidak akan kehilangan semua asetmu jika terjadi peretasan atau kejadian tidak diduga lainnya.
Aturan umumnya adalah selalu simpan mayoritas asetmu dalam tempat paling aman dan sebarkan sisanya untuk kebutuhan trading atau jualbeli jangka pendek dan menengah.
Terakhir, kamu perlu mengerti tentang beberapa metode penipuan umum dalam industri crypto. Beberapa metode penipuan ini juga spesifik menargetkan pengguna crypto yang menggunakan dompet non-custodial digital. Contoh beberapa modus penipuan yang menargetkan dompet non-custodial adalah spoofing, fake airdrop, dan phishing.
Pada tahun 2021, angka kerugian akibat penipuan mencapai angka $7,8 miliar dolar AS pada 2021, meningkat sebanyak 82% dari 2020. Menurut Chainalysis, angka kerugian crypto paling tinggi terjadi dalam bull market.
Ketiganya jenis penipuan ini memiliki metode berbeda yang tujuannya sama yaitu membuatmu terhubung dengan situs palsu yang akan menguras aset crypto milikmu. Biasanya kamu akan diinstruksikan berinteraksi dengan smart contract, menghubungkan dompet digital ke dalam suatu situs, atau mengikuti sebuah link yang sudah dimodifikasi.
Maka dari itu, selalu perhatikan alamat situs yang kamu kunjungi (apakah ia resmi atau tidak), jangan tergoda iming-iming imbalan gratis, dan selalu verifikasi secara mandiri.
Kamu bisa memahami lebih dalam tentang penipuan dalam crypto pada artikel “Scam Dalam Crypto dan Cara Menghindarinya”.
Kamu bisa mulai berinvestasi pada token aset crypto dengan membelinya di aplikasi Pintu. Berikut cara membeli crypto pada aplikasi Pintu:
Selain itu, aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Kamu juga bisa belajar crypto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Bagikan