Jakarta, Pintu News – Dalam beberapa tahun terakhir, perdebatan apakah Bitcoin (BTC) mampu menggantikan emas sebagai aset lindung nilai atau “store of value” terus memanas di kalangan investor dan akademisi. Istilah “digital gold” untuk Bitcoin kini semakin sering digunakan, namun riset ilmiah menyimpulkan bahwa kedua aset ini memiliki karakteristik yang berbeda—baik dalam volatilitas, kegunaan sebagai safe haven, maupun reaksi terhadap krisis ekonomi.
Bitcoin (BTC) sering disebut sebagai “emas digital” karena sifatnya yang langka, terdesentralisasi, dan memiliki suplai terbatas sebesar 21 juta koin. Berbeda dengan mata uang fiat, pencetakan Bitcoin tidak dapat diatur oleh bank sentral, sehingga dianggap kebal terhadap inflasi dan intervensi pemerintah. Dalam hal ini, BTC mirip dengan emas yang selama berabad-abad menjadi pelindung nilai saat gejolak ekonomi melanda.
Namun, menurut penelitian Baur et al. (2018), Bitcoin belum sepenuhnya memenuhi kriteria sebagai safe haven seperti emas. Emas terbukti mampu menjaga nilainya saat terjadi krisis finansial, sementara harga Bitcoin justru cenderung mengikuti sentimen pasar dan mengalami fluktuasi ekstrim. Penelitian lain juga menegaskan bahwa volatilitas Bitcoin jauh lebih tinggi dibandingkan emas, sehingga kurang ideal untuk investor yang menghindari risiko besar.
Baca Juga: Harga XRP Melonjak Lagi: Momentum Meningkat, Mengincar Resistensi Kunci

Salah satu hambatan terbesar Bitcoin (BTC) dalam menggantikan emas adalah volatilitasnya yang sangat tinggi. Sepanjang tahun 2025 saja, harga Bitcoin bergerak dari bawah $76.000 (Rp1.241.308.000) hingga menembus $111.000 (Rp1.803.963.000), jauh dari stabilitas harga emas yang cenderung konsisten. Penelitian Klein et al. (2018) menemukan bahwa korelasi Bitcoin terhadap aset tradisional juga tidak stabil, sehingga kurang efektif sebagai pelindung nilai portofolio berisiko rendah.
Walaupun demikian, beberapa studi terbaru seperti yang dilakukan Xu dan Kinkyo (2023) menunjukkan bahwa Bitcoin justru menjadi hedging jangka pendek yang lebih efektif dibanding emas pada masa krisis tertentu, seperti saat pandemi COVID-19 dan konflik Rusia-Ukraina. Meski belum dapat menggantikan emas sepenuhnya, potensi peran baru Bitcoin sebagai diversifikasi portofolio mulai diakui oleh kalangan institusional.
Secara historis, emas (gold) terbukti ampuh sebagai pelindung nilai terhadap inflasi dan depresiasi mata uang. Penelitian Dyhrberg (2016) menunjukkan Bitcoin mulai menampilkan perilaku serupa, meski masih terbatas oleh rekam jejak yang pendek dan infrastruktur yang belum matang. Analisis lain dari Bouri et al. (2020) menegaskan bahwa kemampuan Bitcoin dalam mengimbangi inflasi masih inkonsisten dan lebih dipengaruhi oleh perilaku spekulan serta tren media sosial, bukan faktor makroekonomi murni seperti emas.
Seiring bertambahnya institusi keuangan yang mulai memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio, terjadi perubahan perilaku harga BTC. Corbet et al. (2019) mencatat bahwa pada masa euforia media, korelasi Bitcoin dengan aset tradisional menurun, namun saat terjadi krisis keuangan, Bitcoin justru bergerak sejalan dengan pasar saham, bukan berlawanan seperti emas.
Perubahan ini menandakan bahwa Bitcoin belum bisa menggantikan peran emas sepenuhnya. Untuk benar-benar dianggap sebagai pengganti emas, Bitcoin harus mampu menunjukkan kestabilan nilai dan ketahanan dalam menghadapi berbagai kondisi krisis di masa depan.
Berdasarkan kajian akademis hingga 2025, Bitcoin (BTC) masih berperan sebagai pelengkap, bukan pengganti emas (gold), dalam portofolio investasi crypto dan cryptocurrency. Meskipun menawarkan fitur kelangkaan dan potensi keuntungan besar, volatilitas dan riwayatnya yang masih singkat membuat Bitcoin belum mampu mengambil alih posisi emas sebagai aset pelindung nilai yang terpercaya. Namun, perubahan bisa saja terjadi seiring berkembangnya regulasi, infrastruktur pasar, serta semakin matangnya ekosistem crypto global.
Baca Juga: $2 Miliar Suntikan Uang Segar, Bitcoin Siap Terbang Lagi? Analis: Sinyal Rally Crypto Besar!
Itu dia informasi terkini seputar crypto. Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga bitcoin hari ini, harga solana hari ini, pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi:
© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
The trading of crypto assets is carried out by PT Pintu Kemana Saja, a licensed and regulated Digital Financial Asset Trader supervised by the Financial Services Authority (OJK), and a member of PT Central Finansial X (CFX) and PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). The trading of crypto asset futures contracts is carried out by PT Porto Komoditi Berjangka, a licensed and regulated Futures Broker supervised by BAPPEBTI, and a member of CFX and KKI. Crypto asset trading is a high-risk activity. PT Pintu Kemana Saja and PT Porto Komoditi Berjangka do not provide any investment and/or crypto asset product recommendations. Users are responsible for thoroughly understanding all aspects related to crypto asset trading (including associated risks) and the use of the application. All decisions related to crypto asset and/or crypto asset futures contract trading are made independently by the user.