Jakarta, Pintu News – Bitcoin (BTC) mencatatkan salah satu performa bulanan terburuk sepanjang tahun 2025, dengan penurunan lebih dari 17%. Penurunan ini menjadi yang kedua terdalam tahun ini, hanya terpaut tipis dari koreksi pada Februari.
Data pasar menunjukkan bahwa kombinasi faktor makroekonomi global dan tekanan dari investor jangka pendek turut memperparah situasi, menjadikan periode ini krusial untuk dipantau oleh pelaku pasar crypto.

Menurut laporan BeInCrypto, Bitcoin (BTC) anjlok 17,28% sepanjang November 2025, menjadikannya bulan dengan performa terburuk kedua setelah Februari yang mencatat penurunan 17,39%. Ini juga menjadi koreksi bulanan terdalam pada November sejak tahun 2022, berdasarkan data dari CoinGlass.
Bitcoin memulai November di kisaran $110.000 (setara Rp1,83 miliar), sempat turun ke bawah $80.000 (sekitar Rp1,33 miliar), dan menutup bulan di atas $90.000 (Rp1,49 miliar). Volatilitas ini memperlihatkan bagaimana tekanan struktural dan sentimen makro memengaruhi aset crypto teratas tersebut.
Baca Juga: 7 Cara Menabung yang Benar agar Keuangan Makin Aman
Menurut data SoSo Value, total dana keluar dari produk ETF Bitcoin pada November mencapai $3,48 miliar atau sekitar Rp58,0 triliun. Ini merupakan arus keluar bulanan terbesar kedua sejak ETF Bitcoin pertama kali diluncurkan pada 2024.
Arus keluar ETF dimulai secara perlahan pada paruh kedua Oktober dan meningkat tajam pada November, menyusul ketidakpastian global dan kekhawatiran investor institusional. Outflow ini menjadi salah satu metrik penting yang dipantau analis untuk menilai kekuatan dukungan institusional terhadap harga BTC.
Data dari Glassnode menunjukkan bahwa investor jangka pendek mencatat kerugian signifikan, dengan rata-rata realisasi kerugian mencapai $427 juta (Rp7,1 triliun) per hari pada 7-day EMA. Ini menjadi level tertinggi sejak krisis crypto November 2022.
Peningkatan angka ini menandakan banyaknya panic selling dari holder jangka pendek yang menyerah pada tekanan pasar. Realisasi kerugian tersebut memberikan tekanan tambahan bagi harga Bitcoin (BTC), memperburuk koreksi yang tengah berlangsung.
Kondisi makroekonomi global ikut memicu ketidakstabilan pasar cryptocurrency. BeInCrypto melaporkan bahwa keputusan mantan Presiden Donald Trump memperluas tarif terhadap China pada 10 Oktober memicu penilaian ulang risiko pasar secara global.
Selain itu, penutupan pemerintahan Amerika Serikat (US government shutdown) yang terjadi di bulan yang sama turut menekan likuiditas di pasar tradisional. Hal ini menjalar ke pasar crypto dan memperlemah permintaan terhadap aset berisiko seperti Bitcoin (BTC).
Akibat kombinasi tekanan ETF, aksi jual whale, dan pelemahan permintaan institusional, Bitcoin sempat jatuh ke harga terendah tujuh bulannya, di bawah $80.000 (Rp1,33 miliar). Meskipun akhirnya rebound ke level $90.773 (Rp1,51 miliar), struktur pasar belum menunjukkan pemulihan kuat.
Laporan BeInCrypto menyebut bahwa penurunan ini bukan berasal dari distribusi investor jangka panjang, melainkan aksi jual reaktif dari investor jangka pendek. Hal ini memperjelas bahwa tekanan jangka pendek menjadi penyebab utama koreksi harga Bitcoin pada November 2025.
Baca Juga: Kapan Harga Emas Akan Turun Drastis? Ini Penjelasan Lengkapnya
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga Bitcoin hari ini, harga Solana hari ini, Pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Penurunan harga disebabkan oleh kombinasi outflow ETF sebesar Rp58 triliun, pelemahan permintaan institusional, serta kerugian besar dari investor jangka pendek.
Menurut BeInCrypto, harga BTC sempat jatuh ke bawah $80.000 (sekitar Rp1,33 miliar) sebelum pulih di akhir bulan.
Data dari Glassnode menunjukkan kerugian harian rata-rata sebesar $427 juta (Rp7,1 triliun), tertinggi sejak November 2022.
ETF mencerminkan minat investor institusional terhadap Bitcoin. Outflow yang besar menunjukkan penurunan keyakinan pasar.
Ketidakpastian makroekonomi, seperti tarif ekspor dan shutdown pemerintahan AS, memicu penurunan permintaan terhadap aset berisiko termasuk crypto.
© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
The trading of crypto assets is carried out by PT Pintu Kemana Saja, a licensed and regulated Digital Financial Asset Trader supervised by the Financial Services Authority (OJK), and a member of PT Central Finansial X (CFX) and PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). The trading of crypto asset futures contracts is carried out by PT Porto Komoditi Berjangka, a licensed and regulated Futures Broker supervised by BAPPEBTI, and a member of CFX and KKI. Crypto asset trading is a high-risk activity. PT Pintu Kemana Saja and PT Porto Komoditi Berjangka do not provide any investment and/or crypto asset product recommendations. Users are responsible for thoroughly understanding all aspects related to crypto asset trading (including associated risks) and the use of the application. All decisions related to crypto asset and/or crypto asset futures contract trading are made independently by the user.