Salah satu hambatan utama dari kebanyakan aset kripto sekarang adalah interoperabilitas atau kemampuan komunikasi antar-blockchain. Bagi pengguna, Interoperabilitas adalah kemudahan untuk memindahkan aset kripto ke berbagai jaringan blockchain. Saat ini, memindahkan aset kripto membutuhkan biaya transaksi yang cukup mahal dan langkah-langkah yang cukup rumit. Oleh karena itu, beberapa jaringan blockchain kripto mulai memikirkan permasalahan interoperabilitas sebelum membangun jaringannya dan salah satunya adalah Cosmos . Lalu, apa itu ATOM dan jaringan Cosmos? Bagaimana jaringan Cosmos menyelesaikan masalah interoperabilitas blockchain? Artikel ini akan membahas Cosmos secara lengkap.
Cosmos (ATOM) adalah jaringan terdesentralisasi berisi sekumpulan blockchain yang bekerja secara independen dalam satu ekosistem. Hal ini membuat Cosmos dijuluki sebagai internet of blockchains atau jaringan internet untuk blockchain. Seperti namanya, bayangkan Cosmos sebagai sebuah galaksi besar yang berisi ratusan blockchain sebagai planetnya.
Cosmos bisa melakukan ini dengan mengeluarkan sebuah software development kit (SDK) untuk pengembang yang ingin membuat blockchain di dalam jaringan Cosmos. SDK memudahkan banyak pengembang karena mereka tidak harus membuat blockchain sendiri dari tahap awal sehingga bisa berfokus pada hal seperti pembuatan aplikasi terdesentralisasai (DApps).
Aset kripto bawaan jaringan Cosmos adalah ATOM, yang berguna sebagai staking dan token governance. Menurut Coinmarketcap, Cosmos merupakan aset kripto terbesar ke-19 di dunia dengan kapitalisasi pasar sebesar $9,3 milyar dolar. ATOM sendiri memiliki suplai maksimal sebanyak 286,370,297 dengan harga $32,5 dolar per 1 ATOM (24 Januari 2022).
Kelahiran jaringan Cosmos dimulai dari Tendermint, sebuah algoritma konsensus proof-of-stake (PoS) yang dibuat oleh Jae Kwon, Zarko Milosevic, dan Ethan Buchman pada tahun 2014. Pembentukan jaringan Cosmos dikoordinasi oleh dua organisasi non-profit yaitu Tendermint, inc dan The Interchain Foundation (ICF). Cosmos melakukan ICO pada tahun 2017 dan berhasil mengumpulkan dana sebesar $17 juta dolar. Lalu, jaringan utama Cosmos berhasil diluncurkan pada Maret 2019 dan Jae Kwon mundur sebagai CEO pada Februari 2020.
Pengembangan sisi teknis jaringan Cosmos dipimipin oleh Tendermint, inc yang diketuai oleh Peng Zhong. Saat ini, jaringan Cosmos memiliki 262 aplikasi yang terdiri dari berbagai aplikasi terdesentralisasi, blockchain, dan juga layanan lainnya.
Baca juga: Whitepaper Cosmos
Pada dasarnya, Cosmos merupakan sebuah jaringan terdesentralisasi yang menjalankan berbagai jaringan blockchain independen yang bekerja secara paralel atau bersamaan. Jaringan Cosmos dan semua blockchain di dalamnya menggunakan algoritma konsensus PoS yaitu Tendermint. Tendermint adalah algoritma konsensus yang memanfaatkan teknologi BFT yang memungkinkan terjadinya konfirmasi transaksi meskipun beberapa validatornya bertindak jahat atau aneh.
Baca juga: Apa itu algoritma konsensus proof-of-stake (PoS) dan bagaimana cara kerjanya?
💡 Apa istilah Layer dalam aset kripto?
Layer 0: Jaringan yang berperan sebagai fondasi yang mendukung pembuatan jaringan blockchain di atasnya dan menciptakan interoperabilitas untuk ekosistemnya. Contoh: Polkadot, Cosmos.
Layer 1: Jaringan yang berperan sebagai infrastruktur utama dan menjadi fondasi untuk membangun aplikasi lain di atasnya. Contoh: Ethereum, Bitcoin, Terra, dan Solana.
Layer 2: Jaringan yang berfungsi untuk meningkatkan performa dan kapabilitas Layer 1 di bawahnya. Contoh: Polygon Matic.
Cosmos sering disebut sebagai blockchain layer 0 karena ia menjadi sebuah platform bagi pengoperasian blockchain lainnya. Melalui jaringan Cosmos, semua blockchain di dalamnya dapat berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah perpindahan aset kripto serta transaksi antar jaringan. Cosmos ingin menjadi solusi terhadap permasalahan interoperabilitas blockchain.
Cosmos menggunakan konsep hubs (pusat) dan zones (zona) untuk membedakan antara jaringan pusat Cosmos dan blockchain-blockchain dalamnya. Hubs dan zones bisa dianalogikan seperti bandara atau pun stasiun kereta. Cosmos berperan sebagai pusat yang menghubungkan zona-zona kecil di dalamnya dengan cara yang terdesentralisasi. Layaknya sebuah bandara, Cosmos merupakan bandara pusat yang menangani transit dari satu negara ke negara yang lain.
Dalam blog yang dibuat oleh ICF, Cosmos menyebut dirinya sendiri sebagai sebuah virtual port city atau kota pelabuhan virtual. Interaksi antara hubs dan zones ini dapat terjadi karena semua pengembang aplikasi dan blockchain dalam ekosistem Cosmos menggunakan seperangkat alat pemrograman yang sama yaitu Cosmos SDK dan algoritme konsensus Tendermint.
💡 Apa itu Cosmos SDK?
Cosmos SDK merupakan seperangkat alat pemrograman yang berisikan modul untuk membangun aplikasi yang sesuai dengan standar ekosistem Cosmos. Modul ini menciptakan keselarasan bagi semua blockchain dan aplikasi yang dibangun di atas jaringan Cosmos.
Lalu, bagaimana Cosmos memungkinkan terjadinya komunikasi antarjaringan blockchain? Bagaimana setiap zona bisa berkomunikasi satu sama lain? Jawabannya adalah protokol Cosmos IBC atau Inter-Blockchain Communication. Cosmos meluncurkan protokol IBC pada Maret 2021. Sederhananya, IBC adalah sebuah protokol yang memungkinkan blockchain untuk berbicara satu sama lain. Apabila Cosmos berperan seperti sebuah bandara, protokol IBC merupakan pesawat yang memungkinkan terjadinya perpindahan tersebut.
Namun, pengembang aplikasi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis agar bisa memanfaatkan protokol IBC. Blockchain yang tidak bisa memenuhi persyaratan IBC seperti Bitcoin atau Ethereum dapat memanfaatkan teknologi Gravity Bridge. Jembatan penghubung blockchain ini dapat memfasilitasi perpindahan aset kripto dari jaringan luar (seperti Ethereum) ke dalam ekosistem Cosmos dan sebaliknya. Pada 19 Januari 2022, Gravity Bridge Cosmos-Ethereum berhasil diluncurkan.
Saat ini, fungsionalitas protokol IBC masih sangat terbatas dan pengembang blockchain dalam jaringan Cosmos belum memiliki insentif besar untuk menggunakan IBC. Namun, banyak pembaruan Cosmos akan menambahkan fungsi terhadap protokol IBC seperti interchain security, interchain accounts, dan integrasi NFT. Beberapa pembaruan ini berpotensi menjadi katalis dan dorongan agar pengembang pada jaringan Cosmos memanfaatkan protokol IBC. Penerapan IBC yang lebih meluas dapat meningkatkan interoperabilitas jaringan Cosmos dan penggunaaan token ATOM.
Layaknya jaringan blockchain dengan algoritma PoS, Cosmos memungkinkan kamu untuk melakukan staking menggunakan ATOM. Menurut stakingrewards, rata-rata bunga yang kamu dapat dari staking Atom adalah sekitar 11-14%. Apabila melakukannya melalui Cosmos Hub, kamu akan mendapatkan 9,7%. Staking merupakan salah satu cara mendapatkan pendapatan pasif dari aset kripto yang kamu miliki. Kamu perlu berhati-hati dalam menitipkan uangmu saat staking karena kamu dapat kehilangan asetmu apabila validator yang kamu pilih tidak dapat dipercaya.
Ekosistem Cosmos mencangkup jaringan luas yang berisi berbagai jenis layanan aset kripto mulai dari blockchain seperti Terra, pertukaran tersentralisasi seperti Crypto.com, sampai aplikasi finansial terdesentralisasi Anchor Protocol. Saat ini, jika kamu ingin menggunakan Anchor Protocol menggunakan ATOM, kamu masih harus menukarkan token ATOM menjadi UST secara manual. Namun, hal ini akan berubah dengan fitur interchain account yang memungkinkan kamu memiliki satu dompet kripto yang dapat digunakan dalam beberapa blockchain berbeda dalam ekosistem Cosmos.
Di tahun 2021, ATOM mencatat all-time high di September 2021 dengan harga mencapai $44.7 dolar. Dalam satu tahun terakhir, harga ATOM mencatat kenaikan harga kurang lebih 332%. Kenaikan ini dianggap cukup kecil dibandingkan kenaikan harga altcoins lain seperti LUNA dan MATIC yang harganya melonjak ribuan persen dalam satu tahun lalu. Mereka yang membeli ATOM pada bulan Juni-Agustus 2021 mendapatkan keuntungan hingga 500% saat ATOM mengalami pump pada September-November 2021. Di saat LUNA, MATIC, dan FTM yang naik lebih dari 1000% pada tahun 2021, kenaikan harga ATOM dianggap cukup kecil.
Hal’ ini disebabkan oleh beberapa faktor internal dari jaringan Cosmos. Pertama, pada awal hingga pertengahan 2021 ATOM tidak memiliki kegunaan selain sebagai token staking. Pada periode ini, banyak aplikasi yang dibangun pada jaringan Cosmos masih dalam tahap pengujian. Kedua, banyak blockchain dalam ekosistem **Cosmos baru memanfaatkan fitur IBC pada Q3-Q4 2021 seperti Terra. Terakhir, pembaruan jaringan Cosmos banyak yang ditargetkan untuk 2022. Oleh karena itu, kita bisa melihat ATOM mulai menunjukkan kekuatannya pada akhir 2021 dan hal itu terbawa hingga sekarang pada awal 2022.
Salah satu kekhawatiran tentang ATOM adalah seberapa cepat ia bisa meluncurkan beberapa pembaruan krusial. Peningkatan Theta akan membawa liquid staking, intechain account, intechain security, dan cetak biru untuk penciptaan NFT pada Cosmos. Cosmos berencana menerapkan pembaruan Theta pada Q1 2022. Jangan lupa untuk selalu melakukan analisis fundamental dan teknikal sebelum berinvestasi dalam aset kripto manapun.
Pengembang Cosmos membuat tulisan yang menjabarkan petajalan 2022, di mana roadmap koin ATOM ini berisi beberapa milestone yang ingin dicapai. Kebanyakan milestone di bawah akan dicapai melalui sebuah pembaruan yang disebut Theta yang berencana diluncurkan pada Q1 2022.
Kamu bisa mulai berinvestasi dan membeli token ATOM pada aplikasi Pintu. Melalui Pintu, kamu bisa membeli ATOM dan aset kripto lainnya dengan cara yang aman dan mudah.
Selain itu, aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Referensi:
Bagikan