Struktur modal adalah proporsi hutang dan ekuitas yang digunakan perusahaan untuk mendanai kegiatan operasional dan pengembangan usaha. Struktur modal tidak hanya dapat mempengaruhi pendapatan pemegang saham, namun juga menentukan keberlangsungan perusahaan saat menghadapi resesi atau depresi ekonomi. Dimana pada saat itu bunga bank akan mengalami kenaikan atau penurunan yang memberi dampak langsung terhadap keuangan perusahaan.
Modal dalam dunia bisnis memiliki arti sederhana yakni uang, dimana uang tersebut nantinya digunakan untuk membeli persediaan, membayar gaji pegawai, melakukan pengembangan bisnis, dan sebagainya.
Struktur modal yang didominasi oleh hutang ketimbang ekuitas dapat dikatakan memiliki daya ungkit dan struktur modal yang agresif. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki struktur modal yang didominasi ekuitas dapat dikatakan sebagai perusahaan dengan struktur modal konservatif.Â
Dapat dikatakan, struktur modal yang agresif dapat menghasilkan keuntungan yang besar disertai risiko yang tinggi. Sedangkan struktur modal konservatif menjanjikan risiko kecil diikuti dengan potensi laba yang juga kecil.
Namun, untuk menemukan struktur modal yang tepat, manajemen perlu melakukan analisis dengan mempertimbangkan beberapa aspek tertentu. Agar kamu lebih paham bagaimana manajemen dapat menentukan struktur modal yang ideal, simak penjelasannya berikut ini!
Struktur modal adalah rasio antara hutang dan ekuitas, yakni dua sumber utama pendanaan pada suatu perusahaan. Memahami hubungan antara dua konsep pendanaan ini dapat membantu investor maupun pemegang kepentingan lain untuk dapat menilai risiko yang dimiliki suatu perusahaan.
Dalam pengertian lain, struktur modal adalah rasio seimbang antara hutang dan ekuitas. Manajemen perusahaan dan pemegang saham mayoritas akan mempertimbangkan proporsi hutang dan ekuitas yang ideal bagi struktur modal perusahaan.
Dilihat dari fungsinya, struktur modal adalah persentase dari modal yang dikelola perusahaan untuk mendanai kegiatan operasional dan pengembangan usaha. Modal tersebut umumnya berasal dari hutang dan ekuitas, dimana masing-masing sumber pendanaan tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Sebagai contoh, suatu perusahaan memiliki pendanaan yang terdiri dari hutang sebesar Rp1 miliar dan ekuitas sebesar Rp600 juta. Dari pernyataan barusan kita dapat menemukan bahwa perusahaan tersebut memiliki D/E ratio sebesar 1,67 atau lebih besar dari 1.0. dengan demikian perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang didominasi oleh hutang dibanding ekuitas.
Jadi, struktur modal adalah komposisi pendanaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional dan pengembangan perusahaan. Sebagai contoh, sebuah perusahaan memiliki struktur modal yang terdiri dari 40% obligasi, 10% saham preferen, dan 50% saham biasa.
Baca juga: 15 Manfaat Pasar Modal Bagi Investor, Emiten, dan Pemerintah
Untuk memahami struktur modal yang terdapat dalam suatu perusahaan, diperlukan pengenalan mengenai komponen apa saja yang membentuk struktur modal perusahaan. Umumnya, struktur perusahaan terbagi menjadi dua komponen yakni hutang dan ekuitas. Masing-masing dari komponen tersebut memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing, berikut ini penjelasannya:
Hutang merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana operasional. Beberapa keunggulan struktur modal yang terdiri dari hutang adalah pengurangan pajak. Pembayaran bunga dapat masuk dalam kategori pengeluaran perusahaan sehingga dapat digunakan untuk mengurangi kewajiban pajak. Selain itu, pendiri perusahaan juga dapat mempertahankan kepemilikan saham sehingga dapat mengelola perusahaan tanpa intervensi pemegang saham. Pendiri perusahaan juga berhak atas porsi laba yang lebih besar dibandingkan jika perusahaan harus menjual kepemilikan saham.
Modal yang diperoleh dari hutang dianggap sebagai pendanaan dengan biaya modal yang rendah tergantung dari kinerja keuangan perusahaan. Biaya modal adalah estimasi perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengetahui berapa laba minimum yang harus didapatkan perusahaan sebelum mengajukan pendanaan. Sebuah perusahaan dengan skor kredit yang tinggi bisa mendapatkan pendanaan dari kreditur atau bank dengan bunga yang lebih rendah dibanding dengan perusahaan dengan skor kredit yang rendah.
Perusahaan rintisan seringkali mendapatkan modal awal melalui pinjaman dari anggota keluarga atau dari kartu kredit. Beberapa pengusaha juga cukup beruntung untuk mendapatkan Kredit Tanpa Agunan (KTA) dari program pemerintah dengan bunga yang kecil. Pinjaman bahan baku dari supplier dan Obligasi (surat hutang) juga termasuk dalam kategori modal hutang.Â
Pada sumber pendanaan ekuitas, perusahaan biasanya mendapatkan modal dari dana pribadi atau hasil patungan anggota keluarga. Setiap anggota yang ikut berkontribusi akan dianggap sebagai pemegang saham yang nantinya akan mendapatkan imbalan berupa dividen dengan besaran sesuai dengan persentase keikutsertaan dalam pendanaan. Beberapa perusahaan rintisan juga mendapatkan suntikan modal dari modal ventura (venture capital, VC) atau angel investor.Â
Keuntungan perusahaan yang tidak diambil atau umum disebut laba ditahan termasuk sumber pendanaan ekuitas. Sumber pendanaan ini dapat meningkatkan nilai saham dan dapat digunakan untuk melakukan pengembangan, akuisisi, dan ekspansi bisnis. Modal ekuitas adalah jenis pendanaan dengan biaya modal tertinggi karena perusahaan harus menunjukkan laba yang besar untuk menarik minat investor.
Jenis lain dari struktur modal adalah policyholder capital, yakni dana yang dimiliki oleh perusahaan asuransi yang diperoleh dari nasabah yang membayar premi asuransi. Uang tersebut tidak dapat diambil oleh nasabah kecuali terdapat klaim asuransi. Dana tersebut dapat digunakan untuk investasi atau dipinjamkan.
Menentukan struktur modal adalah hal penting yang perlu dilakukan manajemen didasari prioritas kebutuhan perusahaan. Manajemen dapat memilih apakah perusahaan harus lebih banyak menggunakan hutang untuk menjaga kepemilikan dan mendapatkan lebih banyak laba, atau lebih banyak ekuitas untuk menjauhkan perusahaan dari risiko kebangkrutan.
Hal lain yang perlu diperhatikan saat menentukan struktur modal adalah jenis bisnis yang dijalankan. Jenis bisnis yang memiliki siklus musiman dirasa kurang cocok dengan struktur modal yang terdiri dari hutang. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya saat bisnis mengalami penurunan kinerja musiman. Oleh karenanya manajemen perlu menambahkan ekuitas sebagai opsi pendanaan utama pada struktur modal perusahaan.
Manajer keuangan juga akan mempertimbangkan faktor inflasi dan suku bunga sebelum mengambil keputusan untuk berhutang. Manajer yang baik juga akan mengurangi beban keuangan perusahaan dengan meningkatkan margin, produktivitas, dan mengatur keuangan dengan lebih bijak.
Baca juga: 15 Manfaat Pasar Modal Bagi Investor, Emiten, dan Pemerintah
Investor individu umumnya berharap segera keluar dari hutang, berbanding terbalik pada perusahaan besar. Kebanyakan perusahaan paling besar di dunia melandasi sebagian besar struktur modalnya pada satu pertimbangan, biaya modal. Yang nantinya lebih lazim disebut dengan DuPont model.
Untuk dapat memutuskan struktur modal yang ideal bagi perusahaan, manajer menganalisis menggunakan menggunakan perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang. Â
Biaya modal rata-rata tertimbang atau weighted average cost of capital (WACC) merupakan rata-rata biaya modal setelah pajak dari semua sumber pendanaan seperti saham biasa, saham preferen, obligasi, dan jenis hutang lainnya. Biaya modal rata-rata tertimbang adalah cara yang digunakan untuk menentukan required rate of return (RRR) atau minimum laba, yang nantinya digunakan untuk membayar biaya modal.
Untuk dapat menghitung WACC seorang manajer perlu melakukan analisa pada berbagai biaya pada semua komponen yang ada pada masing-masing metode pendanaan tersebut. WACC juga dianggap sebagai biaya yang harus dibayar untuk menarik minat investor, baik itu pemegang saham atau pemegang obligasi. Semakin besar WACC, semakin besar minat investor tapi keuntungan perusahaan menjadi semakin kecil.
Untuk dapat menemukan perusahaan yang memiliki struktur modal yang baik, investor dan analis menggunakan alat bantu analisis bernama D/E rasio. D/E rasio dapat ditemukan dengan membagi jumlah total hutang dengan total ekuitas.
Perusahaan dengan struktur modal dengan D/E ratio yang tinggi dianggap memiliki risiko yang lebih besar, tergantung sektor industrinya. Perusahaan dengan sektor industri yang berbeda akan menggunakan struktur modal yang berbeda. Perusahaan yang padat modal seperti manufaktur akan menggunakan lebih banyak hutang ketimbang ekuitas. Sedangkan perusahaan padat karya seperti perusahaan perangkat lunak dan perusahaan jasa akan lebih didominasi ekuitas daripada hutang pada struktur modal perusahaan.
Perusahaan yang memiliki terlalu banyak hutang dapat dikatakan berada dalam risiko kredit. Namun, perusahaan yang terlalu didominasi pendanaan ekuitas dapat dikatakan kurang memanfaatkan potensi untuk tumbuh atau membayar terlalu banyak biaya modal. Sebab ekuitas dianggap sebagai pendanaan dengan biaya modal yang tinggi.Â
Sayangnya, tidak ada rasio multifungsi yang bisa membantu analis dan manajemen sebagai panduan dalam menjalankan perusahaan. Yang dapat menentukan baik tidaknya struktur modal adalah manajer itu sendiri, bergantung pada sektor apa bisnis dijalankan, pada level apa industri telah berkembang, berapa suku bunga yang berlaku, dan bagaimana regulasi pemerintah mempengaruhi kondisi ekonomi.
Seiring waktu, manajemen dapat merubah strategi struktur modal, hal ini dikenal sebagai rekapitalisasi. Sebuah perusahaan dapat melakukan rekapitalisasi dengan menukar posisi hutang dengan ekuitas.Â
Sebagai contoh, jika perusahaan dirasa memiliki terlalu banyak hutang, maka manajemen dapat menerbitkan ekuitas lebih banyak seiring dengan pengurangan liabilitas( hutang). Sebaliknya jika manajemen merasa ekuitas terlalu besar, maka perusahaan dapat menerbitkan obligasi atau mencari pinjaman sembari melakukan pembelian saham kembali (buyback).Â
Itu sebabnya struktur modal yang ideal bagi setiap perusahaan berbeda-beda tergantung dari situasi ekonomi, kebijakan pemerintah mengenai pajak dan suku bunga, siklus bisnis, biaya modal, dan faktor lain.
Sebagai investor individu, kamu juga wajib memiliki portofolio yang terdiri dari berbagai aset yang menguntungkan dan juga aman, salah satunya adalah cryptocurrency.Â
Cryptocurrency adalah salah satu instrumen yang menunjukkan kinerja terbaik dan potensi keuntungan yang besar. Meskipun mengandung risiko yang tinggi, kamu tetap bisa berinvestasi dengan aman, caranya denga memilih cryptocurrency yang memiliki fundamental yang bagus seperti Cardano, Polkadot, Ethereum, Bitcoin, dan sebagainya.
Kamu juga bisa mendapatkan pasif income melalui cryptocurrency, caranya dengan menginstall aplikasi Pintu dan gunakan fitur PTU Staking dan Pintu Earn.
Tidak hanya itu, kamu juga bisa meningkatkan pengetahuan dengan membaca artikel di blog Pintu dan Pintu Academy.
Buruan download aplikasinya di App Store atau Play Store!
Referensi:
Alicia Touvila, Capital Structure Definition, Types, Importance, and Examples, diakses tanggal 28 Oktober 2022Â
Adam Hayes, Cost of Capital: What It Is, Why It Matters, Formula, and Example, diakses tanggal 28 Oktober 2022Â
Marshall Hargrave, Weighted Average Cost of Capital (WACC) Explained with Formula and Example, diakses tanggal 28 Oktober 2022Â
Jason Fernando, Debt-to-Equity (D/E) Ratio Formula and How to Interpret It, diakses tanggal 28 Oktober 2022Â
Joshua Kennon, An Introduction to Capital Structure, diakses tanggal 28 Oktober 2022
Rosemary Carlson, What Is Capital Structure, diakses tanggal 28 Oktober 2022