Jakarta, Pintu News – Lonjakan aktivitas derivatif, ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed, dan dominasi perdagangan leverage menjadi kombinasi yang memicu risiko likuidasi besar-besaran di pasar cryptocurrency. Berdasarkan data dari CoinGlass dan analisis pakar, September 2025 berpotensi menjadi bulan dengan volume likuidasi tertinggi sepanjang sejarah crypto.

Menurut data dari CoinGlass, nilai total posisi terbuka (open interest) di pasar derivatif crypto mencapai $220 miliar atau sekitar Rp3.637 triliun pada September 2025. Angka ini mencerminkan meningkatnya eksposur leverage dari para trader.
Lonjakan open interest sering kali menjadi sinyal awal potensi likuidasi massal, terutama saat volatilitas pasar meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa banyak trader membuka posisi besar dengan ekspektasi pergerakan harga jangka pendek.
Pakar pasar menyebutkan bahwa kondisi seperti ini membuat pasar sangat rentan terhadap guncangan, bahkan oleh sentimen ekonomi yang kecil sekalipun.
Baca Juga: Prediksi Mengejutkan Jake Claver, CEO Digital Ascension Group: XRP Akan Tembus $25!

Masih dari sumber yang sama, CoinGlass mencatat bahwa volume perdagangan Bitcoin (BTC) dalam bentuk perpetual futures mencapai delapan hingga sepuluh kali lipat dibandingkan dengan volume spot. Artinya, trader lebih banyak berspekulasi daripada benar-benar membeli aset.
Perdagangan derivatif memperbesar efek dari setiap fluktuasi harga, karena posisi leverage dapat dengan cepat menghapus modal dalam waktu singkat. Ketika harga bergerak melawan arah posisi, likuidasi otomatis terjadi.
Dominasi derivatif ini menunjukkan bahwa pasar lebih dipenuhi spekulasi jangka pendek ketimbang investasi jangka panjang, yang menambah ketidakstabilan secara sistemik.
Meskipun banyak pelaku pasar merasa sudah memperkirakan keputusan suku bunga dari Federal Reserve, analis seperti Crypto Bully di platform X menyatakan bahwa hasil FOMC tidak menjamin arah tren harga. Justru, keputusan tersebut sering memicu volatilitas ekstrem.
Volatilitas yang tinggi ini sering menjadi pemicu terjadinya “liquidation cascade”, di mana satu likuidasi memicu likuidasi lainnya secara beruntun. Hal ini sering kali diperparah oleh posisi leverage tinggi yang tersebar di berbagai platform.
CoinGlass melaporkan bahwa terdapat “cluster” likuidasi yang signifikan baik di atas maupun di bawah harga Bitcoin saat ini, yang berarti pergerakan harga ke dua arah bisa memicu gelombang likuidasi.

Peta likuidasi dari CoinGlass menunjukkan bahwa jika harga Bitcoin turun ke level $104.500 (sekitar Rp1,73 miliar), potensi likuidasi posisi long bisa mencapai $10 miliar atau sekitar Rp165 triliun.
Sebaliknya, jika harga BTC naik di atas $124.000 (sekitar Rp2,05 miliar), posisi short akan menderita kerugian hingga $5,5 miliar atau setara Rp90,9 triliun. Hal ini menggambarkan ketegangan di kedua sisi pasar.
Para trader kini berada di situasi serba salah, karena baik posisi beli maupun jual memiliki risiko likuidasi yang tinggi.
BeInCrypto juga mencatat bahwa beberapa altcoin, termasuk Ethereum (ETH) dan Ripple (XRP), menghadapi risiko likuidasi serupa. Posisi leverage yang tinggi dan ekspektasi pasar terhadap altcoin menjadi kontributor utama.
Altcoin cenderung lebih volatil dibanding Bitcoin, sehingga efek likuidasi bisa lebih merusak. Bahkan sedikit koreksi harga dapat memicu serangkaian likuidasi posisi besar.
Analis Luckshury memperingatkan bahwa trader derivatif pada dasarnya “bertarung” melawan bursa. Oleh karena itu, manajemen risiko dan pemetaan zona likuidasi sangat penting untuk meminimalisir kerugian.
Baca Juga: Analis Maartunn Sebut Pola Pasar Kripto Desember 2024 Kembali Terulang, Apa Artinya?
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga bitcoin hari ini, harga solana hari ini, pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi:
© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
The trading of crypto assets is carried out by PT Pintu Kemana Saja, a licensed and regulated Digital Financial Asset Trader supervised by the Financial Services Authority (OJK), and a member of PT Central Finansial X (CFX) and PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). The trading of crypto asset futures contracts is carried out by PT Porto Komoditi Berjangka, a licensed and regulated Futures Broker supervised by BAPPEBTI, and a member of CFX and KKI. Crypto asset trading is a high-risk activity. PT Pintu Kemana Saja and PT Porto Komoditi Berjangka do not provide any investment and/or crypto asset product recommendations. Users are responsible for thoroughly understanding all aspects related to crypto asset trading (including associated risks) and the use of the application. All decisions related to crypto asset and/or crypto asset futures contract trading are made independently by the user.