Jakarta, Pintu News – Pasar cryptocurrency kembali diguncang badai besar. Pada Jumat lalu (10 Oktober 2025), beberapa altcoin utama di bursa Binance seperti Cosmos (ATOM), IoTeX (IOTX), dan Enjin (ENJ) tiba-tiba anjlok hingga nyaris nol rupiah, meski di bursa crypto lain nilainya masih normal.
Kejadian langka ini membuat komunitas crypto gempar dan menimbulkan pertanyaan besar: apakah ini kesalahan sistem, aksi likuidasi massal, atau ada masalah yang lebih serius di baliknya?
Dalam kurun waktu hanya beberapa jam, pasar crypto kehilangan sekitar $850 miliar atau setara Rp14.087 triliun, menjadikannya kejatuhan paling drastis sejak ambruknya FTX pada 2022. Bitcoin (BTC) yang sempat diperdagangkan di kisaran Rp2,05 miliar ($124.000), terjun hingga ke level Rp1,74 miliar ($105.000)—turun sekitar 10–15%. Namun, nasib altcoin jauh lebih buruk.

Beberapa token seperti Cosmos (ATOM), IoTeX (IOTX), dan Enjin (ENJ) bahkan sempat menyentuh harga nol di Binance, sementara di bursa lain seperti Coinbase dan Kraken nilainya masih bertahan.
Misalnya, ATOM hanya turun sekitar 53%, IOTX turun 46%, dan ENJ merosot 64,5%—tidak ada yang benar-benar nol seperti di Binance. Perbedaan ekstrem ini membuat investor menduga adanya gangguan teknis atau kelebihan beban sistem di bursa terbesar dunia tersebut.
Fenomena ini sempat memicu kepanikan luas, dengan jutaan pengguna mengeluh di media sosial karena order jual mereka tereksekusi pada harga yang tak masuk akal. Para analis pun menyebutnya sebagai “flash crash terbesar dalam sejarah altcoin modern.”

Data dari CoinGlass menunjukkan bahwa sekitar $20 miliar atau Rp331 triliun posisi crypto terlikuidasi dalam 24 jam antara 9–10 Oktober. Jumlah ini 20 kali lebih besar dari likuidasi massal saat pandemi COVID-19 pada 2020. Lebih dari 1,6 juta trader kehilangan seluruh posisi mereka karena efek domino dari perdagangan leverage di Binance.
Baca juga: Pasca Crash Besar-besaran, Gimana Kondisi Market Crypto Hari Ini (13/10)?
Leverage memungkinkan trader meminjam modal tambahan untuk memperbesar potensi keuntungan—namun juga memperbesar risiko kerugian. Saat harga anjlok, sistem otomatis Binance langsung menjual aset yang dijadikan jaminan (collateral) untuk menutup kerugian tersebut. Akibatnya, tekanan jual meningkat tajam, harga kian jatuh, dan sistem memasuki spiral negatif.
Menurut Arthur Hayes, pendiri BitMEX, kondisi tersebut diperparah oleh mekanisme cross-margin liquidation, di mana satu posisi gagal dapat menyeret seluruh portofolio pengguna. “Pertukaran besar seperti Binance sedang menjual collateral dalam jumlah besar secara bersamaan,” ujarnya di platform X (Twitter).
Ketika tekanan jual meningkat, server Binance juga dilaporkan mengalami overload. Banyak pengguna mengeluhkan akun beku, order tertunda, hingga stop-loss yang gagal tereksekusi, memperparah kekacauan yang terjadi.
Selain tekanan likuidasi, beberapa analis menilai bahwa market maker besar seperti Wintermute sempat menarik likuiditasnya dari Binance akibat lonjakan volatilitas dan keterlambatan sistem. Akibatnya, order beli menghilang sesaat, dan sistem secara otomatis menampilkan harga “nol” pada beberapa token karena tidak ada pembeli aktif di pasar.
Situasi ini sangat mirip dengan flash crash Ethereum (ETH) pada 2017 di bursa GDAX (sekarang Coinbase Pro), di mana harga ETH sempat anjlok ke Rp1.657 ($0.10) hanya dalam hitungan detik karena efek serupa. Setelah itu, harga kembali pulih, namun banyak trader yang sudah kehilangan saldo akibat likuidasi otomatis.
Kejadian serupa di Binance menunjukkan betapa rapuhnya ekosistem perdagangan crypto saat volume transaksi melonjak ekstrem. Walaupun token-token seperti ATOM, IOTX, dan ENJ kembali ke harga normal, reputasi bursa terbesar dunia ini sempat terguncang.
Menanggapi insiden ini, Yi He, salah satu pendiri sekaligus Chief Customer Service Officer Binance, menyampaikan permintaan maaf resmi. Ia mengakui bahwa “sebagian pengguna mengalami kendala transaksi akibat volatilitas ekstrem dan lonjakan trafik sistem.”
Baca juga: Harga 1 Pi Network (PI) di Indonesia Hari Ini (13/10/25)
CEO Binance, Richard Teng, juga menambahkan, “Kami meminta maaf kepada semua pengguna yang terdampak. Kami tidak mencari alasan—kami mendengarkan, belajar, dan berkomitmen memperbaiki sistem kami.” Binance memastikan akan memberikan kompensasi kepada pengguna yang mengalami kerugian nyata akibat kegagalan sistem, namun menegaskan bahwa kerugian akibat fluktuasi harga pasar tidak termasuk dalam kategori kompensasi.
Pihak Binance juga berjanji melakukan audit teknis menyeluruh dan memperkuat sistem pencegahan likuidasi massal agar kejadian serupa tidak terulang.
Itu dia informasi terkini seputar crypto. Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan berita crypto terkini seputar project crypto dan teknologi blockchain. Temukan juga panduan belajar crypto dari nol dengan pembahasan lengkap melalui Pintu Academy dan selalu up-to-date dengan pasar crypto terkini seperti harga bitcoin hari ini, harga coin xrp hari ini, dogecoin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli crypto memiliki risiko dan volatilitas tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi:
© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
The trading of crypto assets is carried out by PT Pintu Kemana Saja, a licensed and regulated Digital Financial Asset Trader supervised by the Financial Services Authority (OJK), and a member of PT Central Finansial X (CFX) and PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). The trading of crypto asset futures contracts is carried out by PT Porto Komoditi Berjangka, a licensed and regulated Futures Broker supervised by BAPPEBTI, and a member of CFX and KKI. Crypto asset trading is a high-risk activity. PT Pintu Kemana Saja and PT Porto Komoditi Berjangka do not provide any investment and/or crypto asset product recommendations. Users are responsible for thoroughly understanding all aspects related to crypto asset trading (including associated risks) and the use of the application. All decisions related to crypto asset and/or crypto asset futures contract trading are made independently by the user.