Jakarta, Pintu News – Harga Bitcoin (BTC) memang sudah pulih dari flash crash Jumat lalu, tapi kenaikan menuju level $125.000 bisa saja tertunda. Tiga faktor utama dari pasar global dan sentimen investor saat ini menjadi penghalang utama menuju all-time high baru.
Berikut penjelasan lengkapnya, berdasarkan laporan Cointelegraph oleh analis Marcel Pechman.

Menurut laporan dari The Wall Street Journal yang dikutip Cointelegraph, hanya 17.000 lapangan kerja tercipta di AS selama September — turun dari 22.000 pada Agustus. Ini memperkuat sinyal perlambatan ekonomi AS, yang berdampak langsung pada selera risiko investor.
Imbasnya, permintaan terhadap obligasi AS melonjak, menekan imbal hasil (yield) 2-tahun mendekati 3,5%. Ini mencerminkan peningkatan minat pada aset “aman”, dan menandakan bahwa banyak investor menghindari pasar crypto sementara waktu, termasuk Bitcoin.
Ditambah lagi, ketidakpastian hubungan AS-Tiongkok menjelang batas waktu 10 November untuk perpanjangan kesepakatan tarif menambah kekhawatiran pasar. Presiden Trump sempat melunak, tapi belum ada kepastian nyata soal kelanjutan negosiasi.
Baca Juga: Pasar Memecoin Tambah $10 Miliar Pasca-Krisis: Apa Langkah Selanjutnya bagi Para Trader?

Salah satu metrik penting yang diperhatikan adalah funding rate negatif di pasar futures, khususnya di Binance. Ini artinya, posisi short (jual) harus membayar biaya leverage, yang menunjukkan pasar lebih cenderung bearish. Di saat yang sama, pasar lain sudah kembali normal, membuka potensi arbitrase yang biasanya hanya terjadi saat likuiditas terganggu.
Joe McCann, CEO Asymmetric Financial, menyebut bahwa “kemungkinan besar ada market maker besar yang terkena likuidasi besar” saat crash Jumat lalu. Ini memperburuk kepercayaan terhadap stabilitas harga antar exchange, termasuk munculnya perbedaan harga ekstrem.
Menurut Cointelegraph, banyak trader masih memilih menahan diri untuk masuk kembali karena takut crash terulang. Kepercayaan terhadap sistem derivatif crypto belum sepenuhnya pulih.

Selain data ketenagakerjaan yang lemah, shutdown pemerintahan AS telah menunda rilis data ekonomi penting seperti inflasi konsumen dan biaya grosir. Hal ini membuat Federal Reserve tidak punya cukup data untuk memutuskan arah suku bunga ke depan — dan membuat investor makin bingung arah pasar.
Regulasi baru dari Tiongkok juga memperumit sentimen pasar. Mereka memperketat kontrol ekspor logam tanah jarang, bahan penting untuk industri teknologi global, termasuk crypto mining. Hal ini disebut “provokatif” oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan dapat memperburuk ketegangan dagang.
Tanpa kejelasan dari sisi regulasi, ekonomi global, dan sentimen geopolitik, perjalanan BTC menuju $125K berpotensi tertunda selama beberapa minggu hingga bulan, kata Cointelegraph.
Kekuatan Bitcoin untuk bangkit dari flash crash sebesar $19 miliar memang menunjukkan minat jangka panjang masih besar. Namun, selera risiko investor jangka pendek menurun drastis.
Dengan kombinasi data ekonomi negatif, ketegangan geopolitik, serta ketidakpastian sistem derivatif, potensi Bitcoin menembus Rp2.070.000.000 ($125.000) bisa tertunda. Untuk saat ini, investor disarankan tetap memantau metrik penting dan menunggu sinyal pasar lebih jelas.
Baca Juga: BTC & ETH Bangkit Usai “Wipeout Terbesar Sehari dalam Sejarah Kripto”: Ini Alasannya!
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga bitcoin hari ini, harga solana hari ini, pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Referensi:
© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
The trading of crypto assets is carried out by PT Pintu Kemana Saja, a licensed and regulated Digital Financial Asset Trader supervised by the Financial Services Authority (OJK), and a member of PT Central Finansial X (CFX) and PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). The trading of crypto asset futures contracts is carried out by PT Porto Komoditi Berjangka, a licensed and regulated Futures Broker supervised by BAPPEBTI, and a member of CFX and KKI. Crypto asset trading is a high-risk activity. PT Pintu Kemana Saja and PT Porto Komoditi Berjangka do not provide any investment and/or crypto asset product recommendations. Users are responsible for thoroughly understanding all aspects related to crypto asset trading (including associated risks) and the use of the application. All decisions related to crypto asset and/or crypto asset futures contract trading are made independently by the user.