Sanering dan Redenominasi: Dua Jalan Berbeda dalam Kebijakan Moneter

Updated
November 30, 2025

Jakarta, Pintu News – Sanering adalah kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah atau bank sentral dengan cara menurunkan nilai nominal suatu mata uang secara drastis. Tujuannya adalah untuk mengendalikan inflasi yang tidak terkendali, mengurangi jumlah uang beredar, dan menstabilkan kondisi ekonomi. Berbeda dengan redenominasi yang hanya menyederhanakan angka tanpa mengubah daya beli, sanering justru mengurangi daya beli uang yang beredar di masyarakat.

Sanering sering dilakukan saat kondisi ekonomi suatu negara mengalami krisis parah, seperti hiperinflasi atau ketidakseimbangan fiskal yang ekstrem. Kebijakan ini biasanya disertai dengan penggantian uang lama menjadi uang baru dengan nilai yang lebih rendah.

Kelebihan Sanering

  • Mengendalikan Inflasi: Sanering efektif menurunkan jumlah uang beredar secara cepat.
  • Mencegah Krisis Lebih Lanjut: Dapat mencegah hiperinflasi semakin memburuk.
  • Menstabilkan Sistem Keuangan: Mengurangi tekanan terhadap sistem keuangan nasional.

Kekurangan Sanering

crime scene kyiv police
Tumpukan uang dolar AS dan euro disita di TKP. Sumber: Kepolisian Kyiv
  • Mengorbankan Tabungan Masyarakat: Nilai simpanan dan aset masyarakat bisa anjlok drastis.
  • Menurunkan Kepercayaan Publik: Bisa memicu kepanikan dan hilangnya kepercayaan terhadap pemerintah.
  • Dampak Sosial: Meningkatkan kemiskinan dalam jangka pendek akibat daya beli yang menurun drastis.

Baca Juga: 7 Cara Jual Beli Emas Tokenisasi di Pintu, Mulai dari Rp11.000 dan Bisa 24/7

Perbedaan Sanering dan Devaluasi

AspekSaneringDevaluasi
TujuanMengurangi jumlah uang beredar dan daya beliMeningkatkan daya saing ekspor
MekanismePemotongan nilai uang secara langsungPenyesuaian nilai tukar mata uang terhadap mata uang asing
DampakMenurunkan daya beli domestikMembuat barang impor lebih mahal, ekspor lebih murah
PenerapanDomestik (nilai uang dipotong)Eksternal (nilai tukar turun terhadap USD, dll)

Kapan Sanering Terjadi di Indonesia?

Sanering pernah terjadi di Indonesia pada 25 Agustus 1959, di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Saat itu, nilai pecahan Rp500 dan Rp1.000 diturunkan masing-masing menjadi Rp50 dan Rp100. Hal ini dilakukan untuk meredam hiperinflasi pasca kemerdekaan dan perang. Efeknya sangat terasa: daya beli masyarakat anjlok dan kepercayaan terhadap mata uang rupiah menurun drastis.

Pengaruh Sanering terhadap Aset Kripto

Jika sanering diterapkan kembali di masa depan, aset kripto seperti Bitcoin atau Ethereum bisa menjadi alternatif penyimpanan nilai. Beberapa dampak yang mungkin terjadi:

  • Peningkatan Permintaan Kripto: Masyarakat yang kehilangan kepercayaan terhadap mata uang nasional akan mencari aset lindung nilai (safe haven).
  • Kripto Jadi Pelarian Modal: Seperti saat inflasi tinggi, kripto bisa menjadi tempat pelarian modal karena tidak terikat oleh otoritas moneter lokal.
  • Regulasi Bisa Mengencang: Pemerintah mungkin memberlakukan pembatasan konversi aset digital jika dianggap memperburuk krisis.

Namun, penting dicatat bahwa kripto juga bersifat volatil dan tidak sepenuhnya bebas risiko. Investor perlu mempertimbangkan secara matang strategi lindung nilai menggunakan aset digital.

Baca Juga: Panduan Lengkap Menabung Emas Digital di 2025 – Simpel, Aman, Bisa Mulai dari Rp11.000!

Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga Bitcoin hari iniharga Solana hari iniPepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.

Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.

*Disclaimer

Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.

FAQ – Sanering

1. Apa itu sanering?
Sanering adalah kebijakan pemotongan nilai uang secara drastis oleh pemerintah dengan tujuan mengurangi jumlah uang beredar dan mengendalikan inflasi. Kebijakan ini biasanya diterapkan saat kondisi ekonomi sangat kritis, seperti hiperinflasi.

2. Apa bedanya sanering dengan redenominasi?
Sanering mengurangi daya beli uang (nilai riilnya), sedangkan redenominasi hanya menyederhanakan nominal tanpa mengubah daya beli. Misalnya, redenominasi mengubah Rp1.000 menjadi Rp1, tapi barang tetap bisa dibeli dengan nilai yang sama. Sanering sebaliknya, bisa membuat uang Rp1.000 hanya bernilai Rp100 dalam hitungan riil.

3. Kapan sanering pernah terjadi di Indonesia?
Sanering pernah dilakukan pada tahun 1959 saat Presiden Soekarno menjabat. Saat itu, nilai nominal pecahan Rp500 dan Rp1.000 dipotong menjadi masing-masing Rp50 dan Rp100.

4. Apa dampak sanering terhadap masyarakat?
Sanering bisa mengurangi nilai tabungan dan aset masyarakat secara drastis, menurunkan daya beli, serta menimbulkan kepanikan jika tidak disertai komunikasi dan strategi ekonomi yang kuat.

5. Apakah sanering masih mungkin terjadi di era modern?
Meskipun kecil kemungkinannya, sanering tetap bisa terjadi jika kondisi ekonomi nasional memburuk secara ekstrem. Namun, kebijakan yang lebih umum digunakan saat ini adalah devaluasi, redenominasi, atau pengetatan moneter.

6. Apa pengaruh sanering terhadap aset kripto seperti Bitcoin?
Aset kripto berpotensi menjadi alternatif penyimpan nilai ketika kepercayaan terhadap mata uang fiat melemah akibat sanering. Kripto bisa mengalami lonjakan permintaan karena dianggap lebih aman dan tidak dikontrol oleh pemerintah.

7. Apakah kripto bisa melindungi kekayaan saat terjadi sanering?
Kripto seperti Bitcoin dapat berfungsi sebagai alat lindung nilai (hedge) dalam kondisi tertentu, karena tidak terpengaruh langsung oleh kebijakan pemotongan nilai uang. Namun, volatilitas dan regulasi tetap menjadi faktor risiko yang harus diperhatikan.

8. Apa langkah yang bisa diambil masyarakat jika terjadi sanering?
Beberapa langkah yang bisa dilakukan meliputi: mendiversifikasi aset (termasuk ke aset riil seperti emas atau kripto), menjaga likuiditas, dan memantau kebijakan ekonomi pemerintah secara aktif.

Referensi

Author
Intifanny
Share

Latest News

See All News ->

© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.

The trading of crypto assets is carried out by PT Pintu Kemana Saja, a licensed and regulated Digital Financial Asset Trader supervised by the Financial Services Authority (OJK), and a member of PT Central Finansial X (CFX) and PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). The trading of crypto asset futures contracts is carried out by PT Porto Komoditi Berjangka, a licensed and regulated Futures Broker supervised by BAPPEBTI, and a member of CFX and KKI. Crypto asset trading is a high-risk activity. PT Pintu Kemana Saja and PT Porto Komoditi Berjangka do not provide any investment and/or crypto asset product recommendations. Users are responsible for thoroughly understanding all aspects related to crypto asset trading (including associated risks) and the use of the application. All decisions related to crypto asset and/or crypto asset futures contract trading are made independently by the user.

pintu-icon-banner

Trade on Pintu

Buy & invest in crypto easily

Pintu feature 1
Pintu feature 2
Pintu feature 3
Pintu feature 4
Pintu feature 5
Pintu feature 6
Pintu feature 7
Pintu feature 8
pintu-icon-banner

Trade on Pintu

Buy & invest in crypto easily

Pintu feature 1
Pintu feature 2
Pintu feature 3
Pintu feature 4
Pintu feature 5
Pintu feature 6
Pintu feature 7
Pintu feature 8