Jakarta, Pintu News – Saat memasuki 2026, XRP menghadapi kombinasi faktor yang bisa membuatnya “diburu” kembali — atau justru “terseret” jika ekspektasi tak terpenuhi. Berikut lima poin utama berdasarkan proyeksi dan data terbaru.
Pada Agustus 2025, gugatan lama antara Ripple dengan U.S. Securities and Exchange Commission (SEC) resmi ditutup, dengan kesepakatan denda dan penarikan banding. Keputusan ini menegaskan bahwa penjualan XRP di bursa publik bukanlah penawaran sekuritas — menjadikan status hukum XRP jauh lebih jelas daripada sebelumnya.
Dengan berakhirnya ketidakpastian regulasi, pintu terbuka bagi institusi, dana besar, dan investor institusional untuk memasuki pasar, tanpa khawatir terhadap risiko hukum besar.
Baca Juga: 3 Sektor Saham yang Diprediksi Diborong Investor Saat Sektor Teknologi Melemah

Setelah regulasi diringankan, spot ETF untuk XRP sudah diluncurkan di AS pada 2025. Produk ETF ini memudahkan institusi dan manajer aset untuk mengalokasikan dana ke XRP dalam bentuk portofolio resmi — meningkatkan daya tarik XRP sebagai aset institusional.
Selain itu, stablecoin RLUSD yang diluncurkan oleh Ripple sejak akhir 2024 telah tumbuh cukup cepat. Sebagai stablecoin berbasis dolar yang berjalan di jaringan XRPL, setiap transaksi RLUSD tetap mengonsumsi XRP sebagai biaya jaringan — ini bisa memperkuat utilitas jangka panjang XRP jika adopsi stablecoin dan penggunaan XRPL terus meningkat.
Beragam prediksi untuk harga XRP di 2026 menunjukkan rentang besar, mencerminkan ketidakpastian pasar:
Jika sejumlah ETF besar (dari manajer aset besar) melakukan launch secara penuh dan menarik aset institusional dalam jumlah besar, maka likuiditas dan permintaan untuk XRP bisa melonjak — memberi dorongan kuat pada harga.
Adopsi RLUSD dan perluasan penggunaan XRPL dalam pembayaran lintas batas atau tokenisasi dapat meningkatkan utilitas jangka panjang XRP. Semakin banyak koridor pembayaran atau transaksi menggunakan XRPL + RLUSD, semakin besar potensi penggunaan XRP sebagai “utility token” — bukan sekadar aset spekulatif.
Kritik terhadap bull case XRP menyebut bahwa banyak dari faktor positif — seperti ETF, stablecoin, dan kemitraan institusional — sudah “tercermin” dalam harga saat ini. Jika tahun 2026 tidak muncul katalis baru, potensi upside bisa terbatas.
Kompetisi dari stablecoin lain (misalnya USDC, USDT), jaringan pembayaran lain, atau bahkan CBDC, bisa mengurangi kebutuhan terhadap XRP. Jika institusi memilih menggunakan stablecoin atau rails lain daripada XRP, permintaan untuk XRP bisa jauh lebih rendah dari ekspektasi.
Baca Juga: 4 Risiko Utama Cardano (ADA) di Desember 2025 yang Harus Dipantau Investor Crypto
Ikuti kami di Google News untuk mendapatkan informasi terkini seputar dunia crypto dan teknologi blockchain. Cek harga Bitcoin hari ini, harga Solana hari ini, Pepe coin dan harga aset crypto lainnya lewat Pintu Market.
Nikmati pengalaman trading crypto yang mudah dan aman dengan mengunduh aplikasi kripto Pintu melalui Google Play Store maupun App Store sekarang juga. Dapatkan juga pengalaman web trading dengan berbagai tools trading canggih seperti pro charting, beragam jenis tipe order, hingga portfolio tracker hanya di Pintu Pro.
*Disclaimer
Konten ini bertujuan untuk memperkaya informasi pembaca. Pintu mengumpulkan informasi ini dari berbagai sumber yang relevan dan tidak terpengaruh oleh pihak luar. Sebagai catatan, kinerja masa lalu aset tidak menentukan proyeksi kinerja yang akan datang. Aktivitas jual beli kripto memiliki risiko dan volatilitas yang tinggi, selalu lakukan riset mandiri dan gunakan uang dingin sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli Bitcoin dan investasi aset kripto lainnya menjadi tanggung jawab pembaca.
Karena kombinasi tiga faktor besar: berakhirnya gugatan hukum terhadap Ripple (memberi kejelasan regulasi), peluncuran spot ETF XRP, serta adopsi stablecoin RLUSD — ketiganya dianggap sebagai pendorong utilitas dan likuiditas yang signifikan.
Dalam skenario paling konservatif, model-kuantitatif memperkirakan XRP bakal berada di kisaran US$ 2,15–3,00 sepanjang 2026.
Risiko utama: adopsi institusional atau stablecoin gagal tumbuh signifikan, persaingan dari stablecoin lain atau CBDC, serta potensi “kelebihan harapan” karena banyak faktor positif sudah tercermin dalam harga saat ini.
Ya — karena RLUSD dibangun di atas XRPL, setiap transaksi RLUSD tetap menggunakan XRP untuk biaya jaringan. Jika RLUSD dan XRPL banyak digunakan, hal ini bisa meningkatkan utilitas riil dan permintaan dasar terhadap XRP.
Tidak ada jaminan. Prediksi bullish hanya menjadi salah satu dari banyak skenario. Karena volatilitas tinggi dan ketidakpastian eksternal — dari regulasi global hingga kondisi makro pasar — hasil akhir sangat bergantung pada realisasi faktor-faktor fundamental.
© 2025 PT Pintu Kemana Saja. All Rights Reserved.
The trading of crypto assets is carried out by PT Pintu Kemana Saja, a licensed and regulated Digital Financial Asset Trader supervised by the Financial Services Authority (OJK), and a member of PT Central Finansial X (CFX) and PT Kliring Komoditi Indonesia (KKI). The trading of crypto asset futures contracts is carried out by PT Porto Komoditi Berjangka, a licensed and regulated Futures Broker supervised by BAPPEBTI, and a member of CFX and KKI. Crypto asset trading is a high-risk activity. PT Pintu Kemana Saja and PT Porto Komoditi Berjangka do not provide any investment and/or crypto asset product recommendations. Users are responsible for thoroughly understanding all aspects related to crypto asset trading (including associated risks) and the use of the application. All decisions related to crypto asset and/or crypto asset futures contract trading are made independently by the user.