Emas merupakan aset fisik, baik itu berbentuk batangan maupun berupa perhiasan. Bagi investor yang memiliki emas dalam bentuk fisik, risiko keamanannya tentu sangat besar. Untungnya, kini sudah banyak investasi emas digital yang bisa memberikan manfaat yang sama dengan kepemilikan emas fisik. Hal ini lebih menjamin keamanan aset yang dimiliki oleh para investor.
Nilai emas yang sebenarnya terletak pada kadar kemurnian emas itu sendiri. Seperti yang diketahui, kemurnian emas diukur dengan karat (K). Emas yang paling murni adalah emas dengan kadar 24K, yang berarti juga punya nilai paling tinggi. Investor emas bisa mendapatkan keuntungan yang mereka harapkan jika membeli emas yang murni dengan kadar tertinggi.
Kalau kamu tertarik untuk membeli emas murni, pastikan kamu membeli dari agen yang terpercaya dan resmi agar tidak mendapatkan produk yang palsu. Hal ini berlaku untuk investasi emas secara fisik maupun digital.
Penasaran bagaimana cara memastikan apakah sebuah emas asli atau palsu? Simak 10 Ciri Emas Asli Serta Cara Membedakannya dengan Emas Palsu Berikut!
Sejumlah investor menginginkan pendapatan pasif atau passive income dari aset yang mereka miliki. Namun, sayangnya disinilah kekurangan emas. Sebagai aset investasi, logam mulia ini tidak memberikan pendapatan pasif. Itulah mengapa emas disebut tidak bisa memberikan imbal hasil yang positif, kecuali jika dijual ketika harganya sedang naik.
Emas juga tidak lepas dari pengaruh inflasi. Ketika inflasi naik, maka emas juga akan ikut naik. Sebaliknya saat inflasi turun, harga emas juga ikut turun. Namun, jika harga emas berbanding lurus dengan tingkat inflasi, maka tidak demikian dengan suku bunga yang turut berpengaruh juga.
Umumnya, harga emas cenderung turun ketika ada kenaikan suku bunga acuan. Ini karena emas bukan aset investasi yang bisa memberikan imbal hasil teratur, sehingga ketika suku bunga tinggi, biaya peluang (opportunity cost) juga akan ikut naik.
Sebagai contoh, saat seseorang memiliki uang tunai sebesar Rp50 juta. Ia dihadapkan pada 2 pilihan, yaitu membeli emas atau membeli obligasi yang bisa memberikan imbal hasil secara teratur. Investor biasanya lebih menyukai pilihan kedua.
Harga emas juga tidak lepas dari nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Jika kurs rupiah terhadap dolar melemah, maka harga emas akan naik. Tapi jika kurs rupiah menguat, harga emas akan turun.
Baca juga: Ini 7 Cara Investasi Emas Bagi Pemula, Sudah Tau?
Salah satu faktor yang membuat banyak investor tertarik untuk memiliki emas adalah jaminan harga yang relatif naik terus. Hal ini memang tidak salah, tetapi harga emas membutuhkan waktu lama untuk bisa naik secara signifikan. Investasi emas setidaknya harus berjalan selama lebih dari 5 tahun agar perbedaan harganya terlihat.Â
Sementara itu, harga emas juga cenderung volatile atau tidak stabil. Bahkan, harga emas bisa mengalami perubahan setiap harinya meski trennya terus meningkat dalam jangka panjang. Itulah mengapa emas tidak cocok untuk investasi jangka pendek.
Investor akan selalu mengamati tren dan pergerakan inflasi, nilai tukar rupiah, dan suku bunga yang berpengaruh pada harga emas. Pergerakan yang terjadi bisa memicu investor untuk melakukan transaksi logam mulia. Aktivitas ini kemudian juga memicu pelaku pasar lainnya untuk mengambil tindakan. Berbagai hal ini bisa berpengaruh pada harga emas.
Meski emas banyak dinilai sebagai aset investasi yang relatif aman, bukan berarti tidak ada risiko yang has diwaspadai. Oleh karena itu, jika kamu berniat investasi emas, pastikan kamu sudah memahami berbagai risikonya, ya!
Selain emas, dikenal pula investasi bitcoin yang sering dicap sebagai “emas digital”. Perbedaan investasi emas dan bitcoin bisa kamu simak selengkapnya di bawah ini!
Referensi:Â