Jika kita membicarakan tentang sejarah penerapan standar akuntansi di Indonesia, tentu kita tidak asing lagi dengan istilah GAAP. Pasalnya, sebelum Standar Akuntansi Keuangan (SAK) melakukan konvergensi terhadap IFRS (International Financial Reporting Standards), standar akuntansi keuangan sempat mengacu pada US-GAAP. Apa itu GAAP dan bagaimana 10 Prinsip dalam Standar Akuntansi GAAP? Yuk, simak pembahasannya lengkapnya di artikel berikut ini.
GAAP atau juga dikenal sebagai US-GAAP merupakan akronim dari Generally Accepted Accounting Principles. GAAP adalah serangkaian prinsip dan peraturan yang harus diikuti oleh seluruh perusahaan di Amerika Serikat, khususnya perusahaan publik, saat menyusun laporan keuangan tahunan. Standar Akuntansi US-GAAP disusun dan dikembangkan oleh Financial Accounting Standard Board (FASB).
GAAP menggunakan pendekatan otoritatif dalam menganalisis proses akuntansi sehingga mungkin akan menimbulkan inkonsistensi dan sangat kontras terhadap laporan keuangan perusahaan yang tidak menerapkan GAAP.
Tujuan utama penerapan GAAP adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan telah lengkap, konsisten, dan dapat dibandingkan. Dengan demikian, pelaporan keuangan akan membantu investor dalam memahami dan menganalisis informasi penting dalam laporan keuangan, sekaligus membandingkan kinerja perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Baca juga: 10 Manfaat Laporan Keuangan Bagi Investor
Setelah memahami tentang apa itu GAAP, kamu juga perlu memahami apa saja 10 prinsip yang terkandung dalam GAAP, antara lain:
Berdasarkan prinsip ini, setiap akuntan yang bekerja pada perusahaan di wilayah yurisdiksi tertentu, wajib untuk menerapkan US-GAAP sebagai standar akuntansi keuangan. Hal ini berarti mereka juga wajib untuk mematuhi seluruh peraturan yang terkandung dalam GAAP sebagai suatu standar akuntansi keuangan.
Masing-masing akuntan harus memegang komitmen untuk menerapkan standar akuntansi keuangan yang sama pada setiap proses pelaporan keuangan guna memastikan bahwa laporan keuangan dapat diperbandingkan antar periode akuntansi.
Apabila terdapat perubahan terhadap kebijakan akuntansi keuangan, maka akuntan harus mengungkapkan dan menjelaskan alasan mengapa hal itu dilakukan pada catatan kaki atas laporan keuangan (CALK).
Berdasarkan prinsip ini, setiap akuntan harus berkomitmen untuk menyajikan informasi dalam laporan keuangan yang akurat sesuai dengan gambaran kondisi perusahaan. Akuntan juga tidak diperkenankan untuk memihak pada siapapun.
Prinsip ini berkaitan dengan konsistensi, di mana setiap metode yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan harus sama dari waktu ke waktu. Hal ini bertujuan agar laporan keuangan dapat diperbandingkan antara periode yang satu dengan periode lainnya.
Berdasarkan prinsip ini, setiap angka yang tercantum dalam laporan keuangan – baik itu positif atau negatif – harus dilaporkan sebagaimana mestinya. Hal ini harus dilakukan oleh akuntan tanpa mengharapkan kompensasi apapun, termasuk dari perusahaan.
Para akuntan diwajibkan untuk selalu berhati-hati dalam menyusun suatu laporan keuangan. Selain itu, penyusunan laporan keuangan juga harus didasarkan atas adanya fakta yang didukung oleh bukti transaksi yang kuat, serta pentingnya menghindari spekulasi.
Berdasarkan prinsip ini, setiap akuntan harus mengakui, mencatat, dan menyusun laporan keuangan atas aset perusahaan dengan asumsi bahwa perusahaan akan dapat tetap beroperasi sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, akuntan harus mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki aspek keberlanjutan hingga ke masa yang akan datang.
Prinsip ini secara spesifik mengatur tentang pengakuan dan pencatatan suatu transaksi. Dalam prinsip ini, masing-masing transaksi harus diakui, dicatat, dan dilaporkan sesuai dengan periode akuntansi yang relevan.
Baca juga: Apa itu Transaksi Internal dan Transaksi Eksternal dalam Akuntansi?
Prinsip ini berkaitan dengan proses pengungkapan melalui laporan keuangan. Dalam prinsip ini, para akuntan diwajibkan untuk mengungkapkan seluruh data dan informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Terakhir adalah prinsip itikad baik yang berasal dari istilah Latin, yakni uberrimae fidei. Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan harus bersikap jujur dan memiliki niat yang baik saat menjalin hubungan dengan pihak lain.
Meskipun IFRS dan GAAP merupakan dua macam standar akuntansi keuangan yang banyak dijadikan acuan, terutama di dunia Internasional, rupanya baik IFRS maupun GAAP memiliki beberapa perbedaan, antara lain:
Perbedaan paling mendasar antara IFRS dan GAAP terletak pada metode pencatatan persediaan. US-GAAP menyebutkan bahwa terdapat tiga macam metode pencatatan persediaan, yakni LIFO (last-in-first-out), FIFO (first-in-first-out), dan average method.
Sementara metode pencatatan LIFO dianggap tidak mencerminkan keadaan persediaan sebenarnya pada standar akuntansi IFRS. Oleh sebab itu, IFRS hanya mengakui dua macam metode pencatatan persediaan, yakni FIFO dan average method.
Selain metode pencatatan persediaan, perlakuan akuntansi terhadap aset tidak berwujud (intangible asset), seperti goodwill, pada standar akuntansi IFRS juga berbeda dari GAAP.
Standar akuntansi IFRS mengakui adanya intangible assets apabila aset tersebut diperkirakan dapat memberikan manfaat ekonomi di masa yang akan datang. Sementara pada standar akuntansi GAAP, aset tidak berwujud diakui sesuai dengan harga pasar (market value) tanpa adanya kemungkinan penyesuaian di masa depan.
Baca juga: Apa Perbedaan Market Value vs Book Value?
Berikutnya, hal yang membedakan antara IFRS dan GAAP adalah sifat dari standar akuntansi tersebut. GAAP merupakan serangkaian peraturan yang bersifat mutlak dan harus diterapkan serta diikuti sebagaimana tertulis. Hal inilah yang menyebabkan minimnya perbedaan interpretasi dan implementasi antar perusahaan yang menerapkan GAAP.
Sebaliknya, IFRS bersifat lebih fleksibel karena merupakan serangkaian prinsip akuntansi. Dengan demikian, IFRS jauh lebih terbuka terhadap interpretasi dan implementasi yang berbeda-beda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
IFRS dan GAAP juga memiliki perbedaan dalam hal pengakuan pendapatan (revenue). Berdasarkan GAAP, pendapatan diakui pada saat pendapatan direalisasi atau diperoleh. Intinya, pendapatan tidak diakui sampai terjadi pertukaran antara barang atau jasa. Setelah terjadi pertukaran, maka akuntan harus mengakui dan mencatat transaksi.
Sebaliknya, IFRS mengakui pendapatan pada saat terjadi penyerahan nilai (value). Berdasarkan prinsip tersebut, maka terdapat dua macam metode pengakuan pendapatan, yakni:
Terakhir, perbedaan antara IFRS dan GAAP terletak pada klasifikasi utang. GAAP mengklasifikasikan utang atau kewajiban dalam dua kategori, yakni kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Penggolongan tersebut didasarkan atas jangka waktu jatuh tempo. Sementara pada standar IFRS, penggolongan kewajiban tidak dibedakan secara jelas.
Itu dia ulasan lengkap mengenai apa itu GAAP berikut prinsipnya dalam akuntansi, serta perbedaan GAAP dengan IFRS. Temukan banyak informasi lain seputar akuntansi dan finansial, maupun crypto di Pintu.
Pintu sendiri adalah platform jual beli kripto online di Indonesia yang telah terdaftar resmi di Bappebti. Di Pintu, kamu bisa berinvestasi dan trading aset kripto mulai dari Rp11.000 saja, lho! Selain itu, kamu juga bisa belajar investasi cryptocurrency yang belakangan ini sedang ramai dilakukan oleh masyarakat maupun selebritas Indonesia secara mudah di Pintu Akademi.
Tunggu apalagi, download Pintu sekarang!
Referensi:
Accounting.com Staff. What Is GAAP? Diakses tanggal: 15-02-2022
Corporate Finance Institute. IFRS vs. US GAAP. Diakses tanggal: 15-02-2022
Jason Fernando. Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Diakses tanggal: 15-02-2022