Untuk memaksimalkan keuntungan yang bisa didapatkan, sebelum melakukan trading ada baiknya kamu memahami analisis fundamental, teknikal dan on-chain. Pemahaman ini dibutuhkan agar setiap keputusan yang kamu ambil saat trading sudah didasari oleh riset dan prediksi harga di masa depan. Apa sebetulnya contoh dan perbedaan analisis fundamental, teknikal dan on-chain? Simak selengkapnya di artikel ini.
Analisis fundamental adalah analisis yang bertujuan untuk memahami suatu aset dengan mempertimbangkan beberapa aspek, seperti dasar kegunaan aset kripto tersebut, jumlah orang yang menggunakannya dan juga tim di balik pembuatan aset tersebut.
Melakukan analisis fundamental berguna untuk menentukan apakah harga suatu aset dinilai terlalu tinggi atau terlalu rendah, dan juga diperlukan untuk mengetahui bahwa potensi masa depan suatu aset tidak hanya dinilai dari kinerja aset tersebut di periode sebelumnya. Namun juga dengan cara memperhitungkan kondisi mikroekonomi dan makroekonomi.
Kalau kamu ingin tahu lebih lanjut seperti apa cara melakukan analisis fundamental, berikut ini adalah contohnya yang bisa kamu lakukan sebelum mempertimbangkan untuk membeli bitcoin.
Contoh: Bitcoin memiliki suplai yang terbatas, yaitu hanya 21 juta koin yang dapat ditambang. Sementara saat ini jumlah bitcoin yang ada di peredaran sudah mencapai sekitar 18,7 juta, sehingga jumlah bitcoin yang dapat ditambang semakin sedikit. Seperti yang kita ketahui, semakin sedikit suatu barang, akan semakin mahal harganya.
Selain itu, teknologi blockchain Bitcoin menjadikannya aset yang permisionless, atau tidak membutuhkan perantara (seperti bank atau institusi lain) untuk menggunakannya. Aset ini tahan sensor atau tidak ada yang dapat melarang penggunaannya. Hal ini membuat semakin banyak yang mengadopsinya, baik dari investor retail hingga institusi besar termasuk pemerintahan.
Aspek-aspek di atas adalah bagian dari fundamental analisis yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memutuskan untuk membeli bitcoin. Mempertimbangkan aspek-aspek terbatasnya jumlah koin yang bisa ditambang, dan teknologi Bitcoin adalah bagian dari fundamental analisis yang bisa kamu pertimbangkan sebelum memutuskan apakah bitcoin cukup berharga untuk kamu beli sebagai aset.
Selain contoh di atas, memahami alasan di balik tingginya harga suatu koin meme seperti Dogecoin, misalnya, dengan cara mencari tahu seberapa banyak usernya, seberapa orang yang membicarakannya di media sosial maupun di google, juga termasuk ke dalam analisis fundamental.
Jadi, pastikan kamu memperhatikan aspek-aspek yang disebut di atas sebagai langkah awal sebelum memutuskan untuk membeli sebuah aset.
Berbeda dari analisis fundamental, analisis teknikal berarti menganalisa aset dengan memprediksi masa depan pasar berdasarkan data-data di periode sebelumnya. Berikut adalah contoh analisis teknikal yang bisa diaplikasikan saat hendak memprediksi nilai bitcoin sebelum membelinya.
Contoh: Pada Bitcoin, ada proses yang disebut dengan halving, yaitu proses untuk memastikan bahwa hanya akan ada 21 juta bitcoin yang beredar di dunia. Setiap kira-kira 4 tahun, bitcoin yang baru dicetak dan dihadiahkan kepada penambang akan dipotong nilainya menjadi setengah.
Ketika Bitcoin diluncurkan pada tahun 2009, penambang mendapat 50 BTC setiap kali mereka memvalidasi transaksi atau membuat blok baru. Saat ini bitcoin sudah mengalami proses halving sebanyak 3 kali dengan yang terakhir terjadi pada Mei 2020, yang mengurangi imbalan miner menjadi 6,25 BTC/blok.
Berdasarkan cycle di antara proses halving tersebut, kita bisa mempelajari tren harga bitcoin dan menjadikannya sebagai acuan apa yang akan terjadi pada harga bitcoin di masa depan.
Satu hal yang perlu diperhatikan saat melakukan analisis teknikal adalah hubungan antara bitcoin dengan koin-koin lainnya atau altcoins. Sebagai investor, penting untuk mengetahui bahwa cryptocurrency, meskipun berbeda dalam banyak hal, masih sangat bergantung satu sama lain. Sehingga ketika satu aset kripto naik atau turun dalam hal ini misalnya bitcoin, aset kripto yang lain hampir pasti akan mengikutinya juga. Hal ini juga perlu kamu perhatikan sebelum memulai trading.
Analisis on-chain adalah metode analisis yang biasa dilakukan oleh trader profesional, dan ini adalah yang membedakan analisis yang dilakukan untuk membaca pasar saham dan pasar kripto. Analisis ini pada dasarnya metode analisis yang dilakukan berdasarkan kumpulan informasi mengenai transaksi suatu aset. Berikut adalah contohnya.
Contoh: Melalui sebuah portal berbayar seperti Glassnode, kamu bisa melihat aktivitas yang dilakukan oleh holder bitcoin, apakah mereka lagi depositing ke in flow volume atau bitcoin dikeluarkan dari exchange. Biasanya kalau ada exchange inflow atau bitcoin dimasukan ke exchange berarti bitcoin tersebut mau di jual.
Hal ini dapat berarti harga akan turun. Sebaliknya ketika ada bitcoin exchange outflow atau bitcoin dikeluarkan dari exchange, berarti bitcoin yg dibeli dari exchange mau disimpan ke cool wallet. Dengan demikian dapat diprediksi harga bitcoin akan naik.
Analisis on-chain biasanya dilakukan oleh trader professional karena informasi seperti inflow volume dan outflow volume hanya bisa diketahui melalui portal berbayar.
Setelah memahami perbedaan analisis fundamental, teknikal dan on-chain di atas, kalau kamu tertarik untuk memulai trading aset kripto, kamu bisa download Pintu, aplikasi jual beli aset kripto yang telah terdaftar resmi di BAPPEBTI. Dengan Pintu, kamu bisa investasi aset kripto mulai dari IDR 11.000 saja dan dalam jumlah yang sama secara berkala dengan fitur Dollar Cost Averaging (DCA). Cukup unduh Pintu dan klik fitur “DCA” yang dapat Anda temukan di halaman beranda aplikasi.
Bagikan