Banyak orang yang mencoba peruntungan untuk mendapatkan Bitcoin dengan cara melakukan mining. Adapun mining Bitcoin adalah proses verifikasi transaksi sekaligus aktivitas penambahan blok baru ke dalam jaringan blockchain Bitcoin dengan cara memecahkan teka-teki matematika.
Perlu diingat, seiring dengan besarnya jaringan Bitcoin dan ketatnya persaingan antar penambang, kemungkinan untuk mendapatkan untung besar melalui mining saat ini cukup sulit. Belum lagi modal perangkat dan kebutuhan penunjang lainnya yang mahal. Lantas apakah melakukan mining Bitcoin tetap menguntungkan saat ini? Cari tahu jawabannya di artikel berikut!
Mining Bitcoin adalah proses memverifikasi dan menambahkan blok berisikan transaksi-transaksi Bitcoin ke blockchain dengan cara memecahkan teka-teki matematika. Proses ini disebut mining karena melalui proses validasi transaksi dan menambahkan blok baru ke rantai blockchain inilah Bitcoin baru diterbitkan.
Layaknya menambang komoditas seperti emas atau batuan berharga yang membutuhkan tenaga dan usaha, menambang Bitcoin juga membutuhkan tenaga komputasi yang besar. Untuk melakukan validasi transaksi Bitcoin, para penambang harus berlomba-lomba memecahkan teka-teki matematika menggunakan komputer canggih yang dinamakan Application-Specific Integrated Circuit atau (ASIC).
Lebih detilnya, dalam melakukan validasi transaksi tersebut, para penambang diharuskan menyelesaikan puzzle yang berisikan 64 digit kode hexadecimal atau disebut sebagai hash. Berikut adalah salah satu contoh hash yang berisikan 64 digit kode hexadecimal:
💡 Kode hexadecimal mengacu pada 16 baris seiring “hex” berarti enam dan “deca” berarti sepuluh dalam bahasa Yunani. Dalam sistem hexadecimal, setiap digit mempunyai 16 kemungkinan. Namun, seiring sistem numerik hanya menawarkan 10 cara merepresentasikan angka (0-9), oleh karena enam kemungkinan lainnya diisi oleh huruf alfabet, yakni A,B,C,D,E, dan F.
Blok yang paling baru atau yang paling terakhir pada blockchain memiliki hash atau kode alfanumerik yang diproses dari blok sebelumnya. Setiap hash pada satu blok mengacu pada hash di blok sebelumnya dan seterusnya sehingga blok-blok ini saling terhubung membentuk rantai berkelanjutan.
Data dalam blok yang sudah terhubung dalam rantai tidak bisa diubah, karena dengan mengubah data maka kamu akan mengubah semua hash pada blok berikutnya. Hal inilah yang membuatnya dinamakan blockchain dan membuat sistem ini aman dan sulit diretas. Proses verifikasi ini mencegah terjadinya “double spending” atau keadaan di mana Bitcoin yang sama digunakan untuk transaksi yang berbeda.
Mekanisme verifikasi transaksi yang mengharuskan para penambang untuk memecahkan teka-teki matematika ini disebut juga dengan proof-of-work (PoW). Selain Bitcoin, aset crypto lain yang juga menggunakan mekanisme konsensus PoW, adalah LTC, ETC, DOGE, BCH, DASH, KDA, ZEC
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, PoW merupakan mekanisme konsensus yang digunakan oleh Bitcoin. POW sendiri adalah sebuah mekanisme yang mengatur proses penambahan blok-blok transaksi ke dalam blockchain. Penggunaan mekanisme PoW tidak terlepas dari blockchain yang merupakan jaringan terdesentralisasi dan peer-to-peer sehingga memerlukan sebuah cara untuk mencapai konsensus sembari menjaga tingkat keamanan.
Dalam sistem PoW, semua transaksi diproses dan diverifikasi oleh miner atau penambang. Setiap miner akan saling berkompetisi untuk menyelesaikan teka-teki kriptografik dan menggunggah blok ke blockchain. Agar sebuah blok menjadi valid, SHA-256 hash dari blok tersebut harus mempunyai nilai lebih rendah dari tingkat kesulitan saat ini. Adapun, cara untuk memastikan bahwa hash tersebut lebih rendah dari target yang ditentukan adalah dengan menambahkan bilangan bulat yang dinamakan nonce (number used for once) ke dalam blok.
Ketika sebauh hash dinyatakan valid, maka blok baru kemudian ditambahkan ke blockchain. Bagi miners yang berhasil menebak target hash akan mendapatkan imbalan berupa coinbase + biaya transaksi. Seluruh proses penambangan satu buah blok memerlukan waktu 10 menit.
💡 Saat ini, Bitcoin memiliki tingkat kesulitan di level 36,95 triliun. Nantinya, tingkat kesulitan tersebut akan disesuaikan setiap 2016 blok. Jika terdapat kenaikan jumlah penambang Bitcoin, maka tingkat kesulitan akan ikut naik. Namun, jika jumlah penambang turun, maka tingkat kesulitan juga akan turun.
Mekanisme PoW terkenal memiliki keamanan yang sangat bagus dan paling terdesentralisasi dibanding mekanisme konsensus lainnya. Hal ini dikarenakan, untuk bisa meretas blockhain, maka si peretas harus bisa mengontrol 51% dari keseluruhan hashing power. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat sulit lantaran besarnya daya komputasi yang diperlukan untuk mengontrol jaringan sebesar itu. Namun, di satu sisi, PoW membutuhkan energi yang sangat besar sehingga banyak yang menganggap mekanisme ini tidak ramah lingkungan.
Kamu bisa mempelajari soal mekanisme konsensus Proof-of-Stake (PoS) yang jauh lebih ramah lingkungan lewat artikel berikut
Proses mining Bitcoin akan dimulai ketika terjadi sebuah transaksi Bitcoin yang perlu divalidasi. Seperti yang sudah dijelaskan, proses validasi ini akan menghasilkan blok baru yang akan masuk ke dalam rantai blok atau blockchain Bitcoin. Ketika setiap blok baru akan ditambang, maka akan muncul deretan hash baru atau disebut sebagai target hash.
Dalam proses menebak target hash tersebut, diperlukan perangkat ASIC yang akan melakukan proses komputasi dan menghasilkan baris angka sesuai dengan target hash tersebut. Berikutnya, para penambang akan bersaing untuk menjadi yang paling pertama berhasil mendapatkan jawaban yang tepat, atau setidaknya yang paling mendekati deretan angka pada target hash tersebut. Sayangnya, menebak hash tersebut bukanlah perkara yang mudah.
Terlebih, dengan semakin banyaknya jumlah penambang yang berpartisipasi dalam mining Bitcoin. Asal tahu saja, semakin banyak jumlah penambang yang masuk ke mining network, maka tingkat mining difficulty juga ikut meningkat. Oleh karena itu, diperlukan perangkat canggih seperti ASIC yang mempunyai tingkat “hash rate” tinggi. Semakin tinggi hash rate sebuah perangkat, maka semakin besar juga peluang keberhasilannya menebak target hash.
Mengenal lebih jaul soal hash rate beserta fungsinya dalam mining Bitcoin
Ketika salah satu penambang berhasil menebak target hash tadi dan menyelesaikan satu blok Bitcoin, maka akan langsung mendapatkan imbalan berupa Bitcoin sebanyak 6.25 BTC. Dengan harga BTC ketika artikel ini ditulis berada di 19.350 dolar AS, maka imbalan yang diperoleh sebesar 120.938 dolar AS (6.25 x 19.350) atau sekitar 1.88 miliar rupiah. Dengan angka fantastis tersebut, tak mengherankan banyak orang yang akhirnya mencoba peruntungan dengan melakukan mining Bitcoin.
Sebagai informasi, dengan adanya sistem halving, dalam kurang lebih setiap empat tahun, imbalan dari mining Bitcoin akan dikurangi setengahnya. Pada saat pertama Bitcoin diluncurkan pada 2009, imbalan dari mining Bitcoin mencapai 50 BTC. Kemudian, pada halving day 2012, jumlahnya dibagi dua menjadi 25. Lalu pada 2016 menjadi 12.5, dan pada 2020 kemarin kembali dibagi dua menjadi 6.25. Artinya, pada halving day 2024 mendatang, imbalan dari mining Bitcoin akan menjadi 3.125. Proses halving ini akan terus berlanjut hingga 2140 mendatang, atau ketika seluruh pasokan Bitcoin yang sebanyak 21 juta koin sudah masuk ke sirkulasi.
Simak juga penjelasan lebih lanjut mengenai proses mining dan halving Bitcoin dalam video berikut:
Seperti yang kita tahu, Bitcoin dirancang dengan prinsip pasokan yang terkontrol, yakni hanya 21 juta koin saja yang dapat ditambang dan beredar di pasar. Proses mining Bitcoin ini akan terus berjalan kurang lebih hingga tahun 2140 mendatang, atau hingga seluruh 21 juta koin telah berada di sirkulasi. Lantas, ketika seluruh Bitcoin selesai ditambang pada 2140 mendatang, apa yang akan terjadi?
Satoshi Nakamoto sudah memprediksikan hal ini dan menuliskannya di dalam Bitcoin Whitepaper bahwa setelah jumlah koin yang telah ditentukan telah memasuki sirkulasi, insentif dapat beralih sepenuhnya ke biaya transaksi.
Saat ini, imbalan dari proses penambangan terbagi menjadi dua macam, yakni dalam bentuk biaya transaksi yang dibayarkan oleh pemilik Bitcoin yang melakukan transaksi serta imbalan berupa Bitcoin baru. Artinya setelah halving day yang ke-64 pada 2140 mendatang, tidak ada lagi imbalan dalam bentuk Bitcoin baru. Hal ini karena seluruh Bitcoin sudah beredar di sirkulasi.
Pada akhirnya, peran para penambang hanya sebatas menjadi validator transaksi. Oleh karena itu, nantinya imbalan yang diperoleh para penambang hanya berupa biaya transaksi yang dibayarkan oleh pemilik Bitcoin yang melakukan transaksi.
Lalu apakah proses penambangan yang sebatas menjadi validator masih akan tetap menguntungkan? Hal ini cukup sulit untuk dijawab, terlebih 2140 masih sangat jauh sehingga tidak terbayang akan seperti apa perkembangan ke depan. Kendati begitu, satu hal yang kita ketahui apabila harga Bitcoin naik maka biaya transaksi juga ikutan naik.
Sebelum melakukan mining crypto, terdapat beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh para penambang.
Pada fase awal perkembangan aset crypto, untuk melakukan penambangan, kamu sebenarnya bisa sebatas menggunakan perangkat laptop atau PC. Namun, seiring dengan perkembangan jaringan blockchain serta semakin besarnya ekosistem aset kripto, perangkat komputer sederhana sudah tidak bisa lagi digunakan. Saat ini, untuk melakukan mining Bitcoin dan aset crypto lainnya, setidaknya kamu harus mempunyai Application-Specific Integrated Circuit (ASIC).
ASIC menjadi perangkat yang superior untuk kebutuhan mining crypto dikarenakan mampu menghasilkan lebih dari satu triliun kode acak per detik; yakni jumlah tebakan yang secara eksponensial lebih tinggi daripada yang mampu dihasilkan oleh laptop biasa mana pun tiap detik. Dengan demikian, penggunaan ASIC akan memperbesar peluang keberhasilan mining Bitcoin.
Sayangnya, sebuah perangkat ASIC dibanderol dengan harga yang terbilang mahal. Merujuk ASIC Miner Value, saat ini perangkat ASIC yang paling menguntungkan, yakni Antminer KA3 dijual dengan kisaran harga 12.000 dolar AS. Jadi, bagi kamu yang hendak melakukan mining Bitcoin, siap-siap untuk merogoh kocek yang dalam ya.
Selain perangkat ASIC yang mahal, aktivitas mining Bitcoin juga memerlukan daya listrik yang cukup besar. Dengan perangkat ASIC yang terus beroperasi untuk proses penambangan, dan setiap perangkat ini mempunyai daya yang cukup besar, maka kebutuhan listrik juga akan ikut besar.
Sebagai contoh, satu perangkat Antminer KA3 setidaknya memerlukan biaya listrik sekitar 272 dolar AS per bulan. Untuk memperbesar peluang keberhasilan mining Bitcoin, maka diperlukan semakin banyak perangkat ASIC. Artinya, bisa semakin besar juga biaya tagihan listrik setiap bulannya.
Oleh karena itu, banyak para penambang ataupun pool penambang yang berlokasi di negara dengan biaya listrik yang tergolong murah. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya operasional mining Bitcoin. Selain itu, penggunaan sumber energi terbarukan seperti energi matahari juga dilakukan. Hal ini juga sebagai bentuk usaha membuat aktivitas mining Bitcoin bisa lebih ramah lingkungan.
Setelah menyiapkan perangkat hardware, maka langkah berikutnya adalah menyiapkan software yang memungkinkan kamu untuk melakukan mining Bitcoin. Fungsi utama dari software ini adalah menghubungkan perangkat yang kamu miliki dengan jaringan blockchain sehingga bisa membantumu mengawasi dan mengontrol perangkat tersebut. Selain itu, software ini juga berfungsi untuk mengumpulkan hasil dari mining dan kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan Bitcoin.
Setiap software memiliki kelebihan, kekurangan dan karakteristik masing-masing. Hal ini membuat pemilihan software mining sebaiknya berdasarkan kebutuhan dari masing-masing penggunanya. Misalnya, ada software yang cocok bagi pemula lantaran tampilan yang praktis, namun ada juga yang menampilkan beragam fitur sehingga lebih cocok bagi yang sudah ahli.
Berbeda dengan perangkat hardware yang memerlukan modal besar, untuk software mining, kamu bisa mendapatkannya secara cuma-cuma. Namun, pastikan untuk melakukan Do Your Own Research (DYOR) sebelum memilih perangkat software untuk mining Bitcoin. Berikut beberapa daftar software populer yang biasa digunakan untuk mining: CGMiner, ECOS, EasyMiner, Kryptex Miner, Awesome Miner, Pionex, BFGminer, Multi Miner, dan sebagainya.
Dalam melakukan mining Bitcoin maupun aset crypto lainnya, terdapat beragam metode yang bisa kamu pilih sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Sesuai dengan namanya, solo mining merupakan metode mining yang dilakukan seorang diri. Dengan kata lain, kamu perlu membeli perangkat ASIC yang diperlukan, bergabung dengan jaringan blockchain sebagai node, mengunduh dan memasang software yang diperlukan, dan mencoba melakukan mining Bitcoin secara mandiri.
Dengan kondisi ekosistem aset crypto saat ini, metode solo mining cukup sulit dilakukan. Apalagi, tingkat kesulitan Bitcoin saat ini, peluang untuk menjadi pemenang dalam menebak hash adalah satu berbanding 10 triliun. Sekalipun dengan perangkat ASIC yang mumpuni, kemungkinan untuk berhasil masih sangat kecil.
Saat kesulitan melakukan mining Bitcoin secara seorang diri, maka bergabung dengan penambang lainnya bisa menjadi pilihan. Hal inilah yang ditawarkan oleh mining pool. Adapun, mining pool merupakan kelompok besar yang berisikan penambang-penambang yang menyatukan kekuatan perangkat ASIC mereka untuk memperbesar kemungkinan menyelesaikan blok baru pada sebuah jaringan .
Ketika sebuah blok baru berhasil diselesaikan oleh salah satu anggota dari mining pool, maka imbalan yang diperoleh akan dibagikan ke seluruh anggota. Namun, besaran imbalan yang diperoleh akan disesuikan dengan masing-masing kontribusi hash power anggotanya. Sebuah mining pool yang baik akan membuat Bitcoin mining kamu lebih menguntungkan, meskipun perangkat ASIC yang kamu miliki bukanlah yang paling terbaik di antara ASIC lain.
Walaupun dari segi hasil mining pool jauh lebih kecil dibandingkan solo mining, namun cara ini bisa jauh lebih menguntungkan. Hal ini sejalan dengan kemungkinan untuk berhasil menyelesaikan blok baru yang lebih besar dibanding melakukan solo mining. Selain itu, walaupun imbalan yang diperoleh lebih kecil, setidaknya mining pool bisa menawarkan peluang kemenangan lebih besar dan konsisten ketimbang solo mining
Jika solo mining dan pooled mining mengharuskan kamu untuk mempunyai perangkat ASIC dan membayar biaya listrik bulanan, cloud mining memungkinkan kamu melakukan mining Bitcoin tanpa menyiapkan kedua hal tersebut. Lewat cloud mining, kamu bisa menyewa daya komputasi khusus dari perusahaan cloud mining yang ada di berbagai belahan dunia.
Perusahaan cloud mining akan mengenakan tagihan bulanan atau tahunan agar kamu bisa meminjam perangkat mereka. Nantinya, perusahaan mining tersebut yang akan melakukan penambangan dan kamu hanya perlu duduk manis saja. Setiap imbalan yang didapat, nanti akan langsung dibagikan kepada para penyewa.
💡 Adapun, semakin tinggi biaya sewa yang kamu bayarkan, maka akan semakin tinggi juga power hash yang bisa kamu sewa. Dengan demikian, akan semakin besar juga porsi imbalan yang kamu peroleh nantinya.
Model penambangan ini memang terdengar sangat menarik dan praktis, akan tetapi, tak sedikit juga yang justru melakukan scam mengatasnamakan platform cloud mining. Oleh karena itu, pastikan untuk melakukan riset terlebih dahulu mengenai besaran biaya, latar belakang perusahaan, dan detail penting lainnya. Beberapa cloud mining terbesar yang melayani konsumen ritel antara lain Genesis dan Bit Deer.
Jika melihat besarnya modal untuk perangkat serta biaya bulanan yang perlu disiapkan, ditambah dengan ketatnya persaingan dengan penambang lainnya, lantas apakah saat ini mining Bitcoin masih menguntungkan?
Kalkulator profitabilitas, seperti yang ada di Nicehash, dapat membantu para calon penambang untuk menentukan apakah melakukan mining Bitcoin dan aset crypto tertentu memiliki kemungkinan akan untung atau rugi.
Sebagai contoh, perangkat ASIC yang digunakan adalah tiga unit AntMiner L7. Sementara itu, tarif listrik untuk batas daya 6.600 VA ke atas adalah sebesar Rp 1.700 per kWh. Berdasarkan kalkulasi Nicehash, diperkirakan keuntungan harian yang bisa diperoleh adalah Rp 599.891. Angka ini diperoleh menggunakan asumsi 1 BTC adalah 19.156 dolar AS.
Namun, perlu diketahui, modal awal yang diperlukan untuk mempunyai satu unit AntMiner L7 adalah 15.000 dolar AS atau sekitar 233 juta rupiah. Dengan demikian, untuk mempunyai tiga unit AntMiner L7 diperlukan modal awal hampir 700 juta rupiah. Dengan asumsi keuntungan 600.000 rupiah per hari, setidaknya diperlukan 1.167 hari atau sekitar 3 tahun lebih untuk bisa balik modal.
Sebagai catatan, keuntungan yang diperoleh para penambang sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga Bitcoin itu sendiri. Ketika pasar crypto sedang berada dalam tren bearish, bisa saja profitabilitas para penambang mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan tarif listrik yang tetap, namun nilai tukar Bitcoin justru turun. Belum lagi, tidak ada jaminan kita merupakan kelompok yang berhasil menjadi pemenang ketika melakukan mining Bitcoin setiap harinya.
Dengan harga Bitcoin dan aset crypto lainnya yang sangat fluktuatif, serta persaingan yang ketat, cukup sulit untuk menghitung secara tepat berapa keuntungan dari mining Bitcoin. Alhasil, kegiatan mining Bitcoin tidak mempunyai jaminan bagi para penambangnya untuk bisa balik modal dalam waktu yang singkat, mengingat tingginya ketidakpastian hingga perangkat yang mahal serta biaya pemeliharaan dan listrik yang tinggi.
Saat ini, Bitcoin adalah aset crypto yang paling populer untuk ditambang. Namun, seiring dengan Bitcoin yang mempunyai tingkat kesulitan dan persaingan yang sangat ketat membuat banyak penambang berpikir ulang untuk menambang koin ini. Sementara Ethereum yang sebelumnya juga menggunakan mekanisme proof-of-work baru saja beralih ke proof-of-stake (PoS), alhasil ETH ini tak bisa lagi ditambang.
Oleh karena itu, para penambang mulai mencari alternatif koin lain untuk ditambang. Beberapa token-token kecil -yang mempunyai persaingan cenderung tidak ketat dengan penambang lain- mungkin bisa menjadi pilihan. Hanya saja, token kecil ini lebih fluktuatif, jadi keuntungan yang diperoleh lebih sulit untuk diperkirakan.
Selain itu, dari segi profitabilitas, keuntungan yang diperoleh dari menambang token kecil jauh lebih kecil dibanding Bitcoin. Melansir dari WhatToMine, disebutkan beberapa token kecil bisa memberi keuntungan sebesar 2-3 dolar AS per hari. Jika dilihat, angka tersebut memang bukan keuntungan yang besar, namun setidaknya kamu bisa mendapat token secara “gratis”. Belum lagi, ada kemungkinan token-token tersebut nilainya akan naik di kemudian hari. Perangkat yang digunakan untuk mining token-token kecil juga tidak membutuhkan komputer yang sangat canggih.
Bagi kamu yang hendak memilih token untuk ditambang, sebaiknya pertimbangkan beberapa faktor berikut:
💡 Selain Bitcoin, beberapa aset crypto populer lainnya yang bisa ditambang adalah LiteCoin (LTC), Ethereum Classic (ETC), Dogecoin (DOGE), Bitcoin Cash (BCH), Dash (DASH), Kadena (KDA), ZCash (ZEC).
Mining memang menjadi salah satu opsi dalam mendapatkan aset crypto. Namun, membeli aset crypto secara langsung melalui bursa crypto seperti Pintu juga bisa menjadi pilihan dalam mendapatkan aset crypto. Melalui Pintu, kamu bisa membeli dan berinvestasi pada beragam aset crypto seperti BTC, BNB, ETH, dan yang lainnya dengan cara aman dan mudah.
Selain itu, aplikasi Pintu kompatibel dengan berbagai macam dompet digital populer seperti Metamask untuk memudahkan transaksimu. Ayo download aplikasi cryptocurrency Pintu di Play Store dan App Store! Keamananmu terjamin karena Pintu diregulasi dan diawasi oleh Bappebti dan Kominfo.
Selain melakukan transaksi, di aplikasi Pintu, kamu juga bisa belajar soal kripto lebih lanjut melalui berbagai artikel Pintu Academy yang diperbarui setiap minggunya! Semua artikel Pintu Akademi dibuat untuk tujuan edukasi dan pengetahuan, bukan sebagai saran finansial.
Euny Hong, How Does Bitcoin Mining Work? Investopedia, diakses pada 21 Oktober 2022.
Bybit Learn. What Is Crypto Mining and How Does It Work? Bybit, diakses pada 21 Oktober 2022.
Andrey Sergeenkov. How to Set Up a Bitcoin Miner. Coindesk, diakses pada 21 Oktober 2022.
Cristina Criddle. Bitcoin consumes ‘more electricity than Argentina’. BBC, diakses pada 21 Oktober 2022.
Michael Kurko. Best Bitcoin Mining Software. Investopedia, diakses pada 21 Oktober 2022.
Coin Telegraph. How to mine Bitcoin: A beginner’s guide to mine BTC. Coin Telegraph. diakses pada 21 Oktober 2022.
Bagikan